Ingin menerima, namun takut.

6.4K 249 1
                                    

Hari ini sekolah dipulangkan lebih awal, karena ada rapat guru untuk calon siswa baru. Sera segera pulang, karena hari ini ia harus kerja. Ya tentu saja untuk memenuhi kebutuhannya. Sera bekerja di sebuah kedai makanan bergaya ala Jepang, yang  tak jauh dari rumahnya.

Walaupun hanya bekerja sebagai pelayan, gajihnya cukup untuk membeli beberapa kebutuhannya dalam sebulan, ya walau terkadang ia bisa sama sekali tak makan apabila sudah tanggal tua karena uangnya ia gunakan untuk tugas-tugas sekolah.

Sesampainya di rumah, Sera langsung bersiap-siap untuk bekerja. Setelah mandi dan berpakaian seragam tempatnya bekerja. Ia langsung meninggalkan rumahnya dan pergi ke tempat kerjanya. Beberapa anak murid sekolahnya sering ia jumpai di kedai tempatnya bekerja, mungkin bukan beberapa tappi "hampir" semuanya tahu kalau ia bekerja disana.

Dan tak jarang ia akan di hina secara terang-terangan dengan kata-kata kasar, seperti 'yaelah udah freak pembokat lagi', 'ih lu ga pantes ya sekolah di sma bagus kayak sekolah gua, karna apa? lu tuh cuman pelayan' dan masih banyak lagi hinaan yang di terima oleh Sera jikalau dengan murid lain sekolahnya di tempatnya bekerja.

Namun, itu sama sekali tak menyurutkan semangat Sera untuk bekerja disini. Persetan dengan kata-kata orang lain, ia tak peduli toh ia juga tak mengemis kepada mereka. Jadi apa yang harus di takuti. Sekitar 15 menit ia sudah sampai disini, kedai dengan nama 'oishii sushi'  tempatnya bekerja untuk menyambung hidup.

Setelah mengabsen dan menaruh tasnya di dalam loker. Ia langsung memulai pekerjaannya. Baru saja ia ingin membersihkan meja yang sudah di penuhi dengan gelas dan piring kotor. Tiba-tiba ada suara barito laki-laki yang familiar di telinganya.

"eh, lu temen sebangku gue kan? lu ngapain disini? bentar lu kerja disini?" Iya itu Bintang, teman sebangkunya. Sebentar apa tadi? teman? ah entahlah mungkin otak Sera sudah koslet. Sera hanya menanggapi pertanyaan Bintang dengan gumaman sambil terus melanjutkan pekerjaannya tak menanggapi Bintang. Dan Bintang hanya manggut-manggut setelah mendengar gumaman Sera.

"oh iya kita belum kenalan, gue Bintang Alvahrezi. mau panggil Bintang atau apapun gue terima. nama lu siapa" Bintang terus saja memperhatikan perempuan didepannya yang kini tengah terlihat sibuk.

"hmm segitu ga ada kerjaanya lo ya? ga lliat kalo gue lagi kerja? bisa tolong pergi? maaf gue sibuk" Sera menatap sinis ke arah lekaki di depannya ini sebentar setelah itu ia melanjutkan kembali pekerjaanya.

"yaampun jawab aja si, abis itu gue pergi janji. sumpah gue bingung mau manggil lu apa" ucap Bintang lagi.

"Sera, Seraya Aulia" jawab Sera tanpa memalingkan wajahnya dari meja yang tengah ia bersihkan.

"oh okok, yaudah kalo gitu gue pergi, bye" ucap Bintang lagi dan setelah itu pergi meniggalkan Sera. Saat ia mulai berjalan menjauhi Sera, namun wajahnya tetap menolek ke perempuan itu.

Sera menghembuskan nafasnya kasar saat merasa Bintang sudah jauh darinya. Iya ini langkah terbenar yang ia ambil. Tak menanggapi Bintang, terjauh dari siksaan-siksaan cewek-cewek populer angkatannya dan kemudian lulus dengan tenang.

Saat Sera membalikkan badannya dengan membawa nampan yang berisi piring dan gelas kotor. Ia melihat lelaki itu lagi sedang duduk di meja pelanggan dengan sorot mata yang mengarah ke arahnya. "mau apa si tuh cowok elah" gumam Sera dalam hati.

Tak mau berlama-lama melihat lelaki itu, ia bergagas masuk kedalam dapur dan segera mencuci piring dan gelas kotor yang ia bawa. Baru saja ia selesai mencuci piring, ia di beri tahu oleh temannya kalau ada seorang pemuda yang hanya ingin di layani pesanannya oleh dirinya. Sera menghela napasnya lagi, ia sudah tau siapa lelaki itu. Sudah berapa kali ia menghela napas akibat lelaki itu?

Alone.Where stories live. Discover now