Ada, namun tak dipedulikan.

10K 360 6
                                    

Seraya Aulia terbangun dari tidurnya karena suara alarm yang memekakan telinga. Sera langsung bangun dari tidurnya dan melangkahkan kaki ke kamar mandi.

Sera keluar dari kamar mandi dengan seragam putih abu-abu yang sudah melekat di tubuhnya. Sera menghela napasnya saat melihat pantulan dirinya dari cermin. Muka pucat, mata sembab karena menangis dan bagian mata bawah yang menghitam karena kebiasannya yang susah tidur.

Sera menyampirkan tas di bahu kanannya dan bergegas keluar kamarnya. Buat sebagian remaja seumur Sera, mereka akan di sambut oleh kedua orang tuanya yang sudah menunggu di ruang makan untuk sarapan bersama. Namun tidak untuk Sera, saat ia sampai di ruang makan ia akan di sambut pemandangan gelas-gelas kotor yang sebelumnya sudah ia pakai. 

Sekali lagi ia menghela napasnya, nanar melihat ke arah meja makan. Ia tersenyum masam dan langsung meninggalkan rumahnya bergegas menuju sekolah.  

Sekolah sudah cukup ramai, banyak siswa-siswi yang mengenakan baju putih-biru dengan segala atributnya. Mulai dari rambut yang di beri pita, topi dari belahan bola sampai tas dari kantung plastik. Sera tersenyum kecut ketika, memori itu terputar kembali di otaknya.

Memori saat Sera dulu sama seperti mereka, baru memulai kehidupannya di bangku SMA. Saat itu kehidupan Sera masih bahagia, dengan keluarga yang harmonis dan setelah itu semuanya hilan. Hilang tanpa bekas. 

Tak mau terlalu terhanyut dalam masa lalunya, Sera langsung melangkahkan kakinya kembali memasuki ke pekarangan sekolah. Sera merasa semua orang yang melihatnya mentap dengan tatapan mencemooh. Membuat Sera jalan sambil tertunduk tak memperhatikan jalan di depannya. Hingga ia terjatuh karena bahunya tertabrak oleh seseorang. 

Sera meringis saat bokongnya beradu dengan lantai sekolah yang keras dan bahunya yang terasa sakit akibat tabrkan tadi. "eh eh sorry sorry gue ga liat tadi lagi buru-buru " Sera mendengar suara barito seorang laki-laki dan melihat ada sebuah uluran tangan di depan mukannya. 

Namun ia tak mau menerima uluran tangan itu, ia tak mau kejadian setahun yang lalu terulang lagi. Kejadian dimana Sera di bully oleh kaka kelasnya karena, tertangkap basah sedang di tolongi oleh cowok populer di sekolah mereka. 

Dengan seluruh tenaganya, ia coba untuk bangkit dari jatunya. Ia menunduk tak mau melihat wajah lelaki di hadapnnya ini. "a-aah ga-gapapa, gue duluan permisi" Ucap Sera singkat dan langsung meninggalkan lelaki itu.

Lelaki ini bingung, ada ya jaman sekarang orang tak mau di tolongin. Dan menolak melihat wajahnya. " Aneh" gumam lelaki ini. Dia -Bintang Alvahrezi- langsung melanjutkan perjalananya yang sempat tertunda untuk  ke ruang tu sekolah, karena ada beberapa berkas yang belum lengkap. Iya, Bintang adalah siswa baru di sekolah ini- SMA Negeri 4 Jakarta- 

Sesampainya dilantai 3 tempat kelas 12 berada, Sera langsung mencari namanya di daftar nama yang sudah di tempel oleh guru di jendela kelas. Dan ternyata namanya tercantum di daftar nama kelas 12 Ips 4. Sera segera masuk kedalam kelas tersebut. Kelas ini sudah dalam keadaan ramai dan semua bangku yang sudah ditempati. 

Namun ternyata Sera salah, ia hanya melihat satu-satunya bangku yang belum terisi ada di pojok kelas. Namun itu tak masalah baginya, menurutnya semua tempat itu sama saja. Mau di depan ataupun di belakang, toh masih di dalam-dalam kelas juga.

*Kringg*kringg*kringg*

Bel sekolahpun berbunyi. Para murid yang sedari tadi diluar berhamburan masuk kedalam kelas dan duduk di tempatnya masing-masing. Namun bukannya tenang, kelas semakin ramai. Semua murid di kelas ini-kecuali Sera- sedang bercengkrama bersama teman-teman mereka. 

Di tempatnya sendiri, Sera sedang menikmati waktunya dengan membaca novel yang tempo hari baru ia pinjam di perpustakaan dan menggunakan headset untuk menghalau suara ribut yang tercipta dari kelasnya.

Alone.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang