tulus? ku harap begitu.

5.3K 218 0
                                    

plak*

Terdengar suara tamparan yang begitu keras, Bintang sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Dengan sangat-sangat jelas ia, melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang ayah melukai anaknya sendiri dan anaknya itu seorang perempuan. Betapa kasarnya lelaki itu.

Setelah menampar Sera, Dion langsung meninggalkan anaknya itu yang kini tengah menangis dan memegangi pipinya yang telah di tampar Dion. Bintang langsung menyembunyikan tubuhnya saat melihat lelaki itu berjalan menjauh dari Sera yang berarti akan berjalan melawatinya.

Setelah mendengar langkah kaki itu semakin menjauh, Bintang memberanikan dirinya untuk keluar dari persembunyiannya. Ia langsung berlari ke arah Sera yang tengah memeluk kakinya, menyembunyikan wajahnya di sela-sela kakinya dan terus menangis.

Bintang melihat bahu Sera yang terlihat sangat rapuh itu bergetar, segelintir ingatan kejadian tadi yang menimpa Sera berpuar di otaknya. Bintang menyentuh bahu itu, awalnya Sera menghindar saat merasakan sentuhan di bahunya. Dengan perlahan ia mengangkat wajahnya, ingin melihat siapa yang menyentuh bahunya.

Setelah wajah Sera sudah manatap wajah Bintang, mata mereka bertemu. Bintang tak kuasa menahan dirinya untuk memeluk perempuan di depannya ini. Dengan sekali tarikan, sekarang Sera sudah ada di dalam rengkuhan Bintang. Sera pun semakin menangis sejadi-jadinya saat Bintang memeluknya.

Bintang tak peduli kalau nantinya seragamnya akan basah karena air mata Sera. Sera tak memberontak saat tubuhnya di tarik kedalam pelukan Bintang, namun satu kata yang dapat menggambarkannya perasaannya kini. Nyaman.

Bintang terus mengelus punggung dan rambut Sera secara lembut. Setelah cukup lama mereka berpelukan dan Sera yang menangis di dalam pelukan Bintang. Kini Sera sudah cukup tenang, dengan perlahan ia melepaskan pelukannya, walaupun dalam hatinya terpaksa.

"ga usah ngomong apa-apa dulu karna gue udah tau semuanya, gue liat semuanya. jadi lu ga bisa ngeles" ucap Bintang memotong ucapan Sera. Sera hanya memutar bola matanya setelah mendengar ucapan Bintang.

Kini mereka sudah duduk bersampingan dengan punggung bersandar di dinding dan kaki yang di lipat di depan dada. "jadi bener itu tadi bokap lu? kalo belum mau atau belum siap cerita gapapa gausah dipaksain" Ucap Bintang sambil menatap langit yang kini bulan telah berani menapkan wujudnya.

Sera menghela napasnya sambil memejamkan matanya. "iya itu tadi bokap gue, lu liat tadi gue di apain aja sama dia?" Tanya Sera tampa memalingkan wajahnya dari kedua ujung sepatunya. Bintang menolehkan wajahnya menatap wajah Sera. "iya malah sejak lu ditarik di depan resto" Sera langsung menolehkan wajahnya menatap wajah Bintang. Dan kini mata mereka bertemu dan terkunci.

Dengan cahaya yang kurang memadai, Bintang dapat melihat pipi lebam dan ujung bibir Sera yang robek bekas tamparan. Bintang terulur tangannya untuk menyentuh pipi Sera. "ini pasti sakit" Sera sempat menegang saat tangan hangat Bintang menyentuh permukaan kulit pipinya yang sakit.

Sera hanya mengangguk saat Bintang berkata pasti pipinya sakit. Sera menatap mata abu-abu Bintang bersinar karna cahaya bulan, ia mencari kepalsuan dari perlakuan Bintang kepada dirinya namun Sera tak dapat menemukannya.

"Ser, pulang yuk udah malem" tiba-tiba suara Bintang membuyarkan lamunannya "eh?ah iya udah malem" Jawab Sera sambil temanggut-manggut. Bintang sudah berdiri terlebih dahulu, kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membantu Sera berdiri. Namun sama seperti sebelumnya Sera hanya meliat tangan Bintang tanpa berniat menerima.

"tolong untuk kali ini terima niat baik gue" Sera terkejut saat mendengar suara Bintang yang menyadari penolakan darinya. Sera langsung menerima menerima uluran tangan itu. "makasih" ucap Sera sambil merdiri dari duduknya.

Alone.Where stories live. Discover now