prolog.

17.2K 519 12
                                    

Ada satu titik dimana, seseorang akan merasakan dirinya itu butuh seseorang yang menemaninya. Walau dia sudah bersih keras kalau ia bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Tapi nyatanya memang kodratnya seorang manusia yang harus hidup berdampingan dengan manusia lain.

"Berasa kesindir" ucap Sera saat ia membaca artikel tentang kelemahan manusia di sebuah web. Malas membaca artikel itu lebih lanjut, Sera langsung menutup laman web tersebut dan berjalan ke arah ranjang.

Sera membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Menatap kosong ke arah langit-langit kamar yang berwarna putih. Ia tersenyum masam saat mengingat kehidupannya yang berantakan.

Sera menghela napas panjang sambil membalikkan tubuhnya dan membenamkan wajahnya ke kasur. Memikirkan semua yang telah terjadi di dalam kehidupannya sekitar 2 tahun belakangan ini.

Kalau boleh jujur ia lelah, sangat lelah. Lelah otak, fisik dan juga hati. Tapi, tak ada yang bisa ia lakukan. Tak ada juga yang peduli ia mau mau melakukan apa.

Karna semuanya telah pergi, pergi meninggalkannya. Pergi dari kehidupannya. Meninggalkan luka yang cukup mendalam bagi dirinya.

Ada satu titik dimana, seseorang akan merasakan dirinya itu butuh seseorang yang menemaninya.

Sera kembali tersenyum masam ketika ia mengingat sepenggal kalimat dalam artikel yang tadi ia baca. Mungkin artikel itu benar, Sera merasa kalau ia sedang berada di titik itu.

Ia menginginkan seseorang yang mampu menjaganya, menemaninya dan mengerti perasaanya. Namun ia sadar, siapa yang mau hidup bersamanya. Orang tuanya saja pergi meninggalkannya.

Sudah setengah jam Sera terhanyut dalam pikirannya sendiri. Sera bangkit dari tidurnya berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya. Siapa tau membuatnya sedikit lebih rileks.

Sera tersenyum kecut saat ia melihat jam yang ada di dinding kamarnya. 11.45 malam, Sera menghela napas panjang. Besok hari pertamanya duduk di bangku kelas 12 namun sampai sekarang matanya tak mau juga menutup.

Kejadian seperti ini sering terjadi oleh Sera saat ia hendak tidur. Dan berakhiran ia bangun terlambat dengan wajah kusut dan mata bagian bawah yang menghitam layaknya mata panda.

Lagi pula, jauh di lubuk hatinya. Ia juga tak mau seperti ini. Hidup layaknya mayat hidup yang hidup segan mati tak mau.

Ia ingin menikmati masa mudanya seperti kebanyakan remaja perempuan seusianya. Bersenang-senang bersama teman-teman, tertawa lepas seperti tak mempunyai beban dalam hidup dan mendapatkan kasih sayang berlimpah dari orang tua.

Tapi apa daya Sera, ia hanya remaja yang kesepian. Tak mempunyai siapa-siapa lagi. Ia sebatang kara.

Orang tuanya bercerai, sebelumnya ia tinggal bersama ayahnya. Namun ayahnya berubah saat perceraian itu. Tak ada lagi percakapan seru penuh tawa yang belum ternodai kata-kata kasar, makian dan teriakan.

Ayahnya menjadi seorang pemabuk, penjudi dan pemain wanita. Ayahnya jarang pulang, sekalinya pulang hanya untuk memukuli Sera.

Dan setelah itu ayahnya pergi dan tak pernah kembali. Lalu Ibunya, Sera tak tahu dimana keberadaan sang Ibu. Setelah perceraian itu Ibunya hilang tanpa jejak.

Jadi sekarang tinggalah Sera, hidup di rumah yang penuh dengan kenangan. Tak terasa cairan bening itu jatuh dari pelupuk matanya.

Saat memori kenangan indah itu terputar kembali di otaknya. Sebenci apapun Sera kepada orang tuanya, tapi tak dapat ia pungkiri kalau saat ini ia rindu mereka -kedua orang tuanya-, rindu akan kasih sayang yang mereka berikan kepada Sera.

"Aku kangen... kalian Ma, Pa.. aku kangen" ucap Sera. Ia mengucapkan hal itu hingga berkali-kali sampai akhirnya matanya terpejam, lalu tertidur dalam keadaan meringkuk di atas kasur sambil memeluk dirinya sendiri.

Satu hal yang ia takuti ketika bangun, mimpinya lebih indah dari pada hidupnya. Kalau boleh ia minta, ia memilih untuk tidak di berikan mimpi indah karna itu akan membuatnya semakin tertekan.

a/n:

Jangan lupa di vomments! Terimakasih.

592words.

Alone.Where stories live. Discover now