Sakit.

2.1K 119 1
                                    

Dengan terburu-buru Shilla bersiap pergi ke Rumah Sakit, setelah mendapatkan kabar kalau abangnya masuk Rumah Sakit.

"selamat siang, maaf saya sekertaris Bapak Bintang. Saya ingin memberi tahu kalau Bapak Bintang masuk Rumah sakit, tadi saya menemukannya pingsan di atap kantor" Ucap seseorang disebrang sana yang menelfon Shilla.

"Baik Pak, saya akan segera kesana. kalau boleh tau rumah sakit mana ya pak?" Jawab Shilla.

"Rumah Sakit Harapan Kita Mba" jawab orang itu.

"baik pak sekali lagi saya ucapin terimakasih ya pak" jawab Shilla, lalu memutuskan sambungan telfon.

"mau kemana Shill buru-buru banget?" Tanya Ibu Shilla yang sedang memasak di dapur.

"abang masuk rumah sakit mah, tadi ada yang ngabarin ke aku" jawab Shilla dengan nada khawatir.

"masuk rumah sakit? yaudah deh kalau gitu mama ikut juga ya" jawab sama Ibu, seraya mebersihkan tangannya dengan air.

"aku tunggu di mobil ya ma" ucap Shilla lalu bergegas keluar rumah.

"iya sebentar, mama ambil tas mama dulu" saut sang Ibu.

Dengan kecepatan yang lumayan tinggi Shilla mengendari mobilnya, ia takut kalau terjadi apa-apa dengan Abangnya. Sebenarnya ia sudah tau sejak 3 hari yang lalu, abangnya menjadi lebih pendiam dan telihat sedih. Namun, ia tak tahu apa yang terjadi dengan abangnya.

"semoga abang gapapa ya ma" ucap Shilla disela-sela mengemudinya.

"aamiin, kamu udah tau dimana abang kamu di rawat?" jawab sang Ibu.

"udah, ga jauh dari kantor abang" saut Sera.

Sang Ibu mengangguk mengerti.

Setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit diperjalanan, akhirnya mereka berdua pun tiba di Rumah Sakit dimana Bintang di larikan.

"aduh aku lupa nanya kamar nomer berapa lagi" Shilla menepuk jidatnya.

"yaudah telfon lagi aja ke nomer yang tadi nelfon kamu" saut sang Ibu.

Shilla langsung merogoh tasnya dan mengambil telfonnya. Menghubungi nomor sekertaris Bintang.

"halo pak, maaf ini saya udah di Rumah sakitnya, kamarnya nomer berapa ya pak?" tanya Shilla ke seseorang disebrang sana.

"lantai 3, kamar Akasia, nomer 3b mba" jawab Sekertaris Bintang.

"terimakasih pak" SHilla menutup sambungan telfon.

"ayo ma" Shilla langsung berjalan ke arah lift, diikuti Ibunya.

Sesampainya di kamar perawatan Bintang , Shilla dan Ibu langsung memasukinya setelah memastikan kalau itu memang benar kamar Bintang.

"abang" ucap Shilla dengan mata berkaca-kaca.

Disana, Bintang terbaring lemah di atas kasur rumah sakit dengan selang infus di tangan kanannya. Wajah dan bibirnya tampak pucat, tak secerah biasanya.

Toni tersenyum ke arah Shilla dan Ibu Bintang.

"Abang saya kenapa Pak?" Tanya Shilla to the point.

"ah sebelumnya perkenalkan saya Toni" Toni mengulurkan tangannya, dan simabut oleh Shilla dan Ibu Bintang secara bergantian.

"jadi tadi di kantor..."

"Pak? Pak Bintang. Bapak dimana ya pak? Devan ada perlu katanya sama Bapak. Pak, denger saya ga?" Teriak Toni seraya menyisir tempat tersebut.

Lalu penglihatannya mengangkap sepatu yang telihat familiar.

"Kayanya kenal ni gua sama bi sepatu" Toni berjalan mendekat kesepatu tersebut.

"Astagifirullahaladzim"

Dengan cepat Toni langsung menghampiri tubuh Bintang yang tergeletak di atas atap.

"pak, pak Bintang bangun pak. aduh kenapa ini ya? " Toni menepuk-nepuk pipi Bintang, namun sang empunya pipi hanya diam tak sadarkan diri.

Toni merogoh sakunya dan mengambil ponselnya, menghubungi karyawan lain untuk membantunya mengankat Bintang.

"halo Ga ke atap sekarang, ini pak Bintang pingsan" ucapnya kepada seseorang yang ditelfonnya.

Tak lama kemudian ada beberapa karyawan datang ke atap.

"kok bisa dah Ton, kenapa pak Bintang?" Tanya salah satu karyawan.

"mana gua tau, gua kesini doi udah pingsan, eh buruan bantu angkat kasian ini kepanasan" ucap Toni.

Lalu mereka mengangkat tubuh Bintang dan membawanya kerumah sakit.

"Terus kata dokter apa?" Tanya Shilla setelah mendengarkan penjelasan dari Toni.

"Pak Bintang kecapean dan kurang nutrisi, ditambah lagi dia lagi banyak pikiran" jawab Toni.

"Makasih ya Pak Toni saya gatau kalau ga ada bapak gimana anak saya" ucap Ibu Bintang.

"Iya Bu ini sudah kewajiban saya, kalau gitu saya permisi balik ke kantor ya Bu, Mba. Mari" ucap Toni, lalu pergi setelah mendapatkan izin dari Shilla dan Ibu Bintang.

Shilla duduk di sebelah kasur Bintang. Menatap wajah abangnya dengan sedih, lalu menggegam tangannya yang terasa dingin tak hangat seperti biasa.

"Abang kenap si bang, kok bisa sampe sakit kayak gini" lirig Shilla.

"Ma sebentar aku keluar dulu ya, mau nelfon kak Sera" ucap Shilla seraya pergi keluar kamar.

Ibunya mengangguk, walau tak tahu siapa yangd dimaksud Shilla.

"Halo, kak Sera ini Shilla, kak Bintang masuk rumah sakit kak, kakak bisa kesini? Iya, rumah sakit harapan kita, lantai 3 kamar Akasia nomer 3b. Iya kak" Ucap Shilla.

Setelah sambungan terputus, Shilla kembali masuk ke dalam kamar Bintang.

Sementara itu, Sera bersiap untuk pergi ke rumah sakit tempat Bintang dirawat.

"Maafin aku, karna aku bikin kamu jadi sakit" Batin Sera, saat ini ia sudah di perjalanan menuju rumah sakit.

Sesampainya di sana, dengan ragu Sera membuka pintu kamar perawat Bintang. Jujur, ia belum siap bertemu Bintang. Ia masih sama kacaunya dengan 3 hari yang lalu.

Tapi ia sadar, ia tak boleh seperti ini terus. Bukannya hanya menyakitkan fisiknya, namun juga hatinya.

Walau ia bisa terus mengatakan kalau ia tak mau bertemu dengan Bintang, namun tidak dengan hatinya. Nyatanya rindu ini lebih menyakitkannya dari pada fakta kemarin.

Karna, mau sekarang atau nanti, ia harus pasti akan tau juga. Harusnya ia bersyukur mempunya kekasih yang perhatiaan dengannya. Bukannya menjauhinya.

*****
SESUAI JANJI KU KEMARIN, MALAM INI DIRI Q UPDATE KEMBALI.

IHH SENENG TUH W UPDATE MULU.

Makanya pencet bintangnya biar w semangat nulisnya . WKWK

SEMOGA SUKAK.

TERUS JADI PENGEN PENCET BINTANG DEH.

AKU SI NO PROBLEM KALO KALIAN PENCET BINTANGNYA HEHE.

DAN JUGA.

(Ingat! Mohon maaf apabila ada kesalahan tulisan. Yang dikarenakan typo yang tidak ketulungan. Karna sesungguhnya, manusia tak pernah luput dari salah dan dosa)

Sekian dan terimakasih.

Bubay.

Love, afra❤️

Alone.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz