Ada, namun tak dipedulikan.

Start from the beginning
                                    

Sedang terhanyut-hanyutnya dalam alur cerita novel yang ia baca, Sera bingung telinganya tiba-tiba sepi. Sekarang tak terdengar lagi suara anak-anak yang ribut. Sera memalingka wajahnya dari novel yang sedang ia baca.

Betapa kagetnya Sera saat melihat Pak Seno -guru sejarahnya- sudah berdiri di depan kelas dengan sorot mata mengarah kepada dirinya. Buru-buru Sera melepas headset dari telinganya dan menutup novel yang berjudul Mockingjay karya Suzanne Collins. Semua tatapan anak kelas tertuju padanya dengan sorot mata yang mengintimidasi.

Sera menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia tak suka di perhatikan seperti ini. Ia tak suka dengan sorot mata yang di berikan semua anak-anak kepada dirinya. Hingga suara dehemman Pak Seno membuat semua anak-anak yang menatapnya kembali melihat ke arah depan.

"Baik, pasti kalian sudah kenal Bapak. iya Bapak wali kelas kalian untuk 2 semester kedepan. Bapak disini tak mau berbasa-basi, ah itu dia sudah datang" Semua anak di kelas 12 ips 4 bingung dengan kalimat terakhir Pak Seno. 'ah itu dia sudah datang'  semua siswa-siswa betanya-tanya siapa yang datang.

"Assalamualikum maaf Pak saya lama". Riuh bisik-bisik berdengung panjang saat cowok yang dimaksud Pak Seno tadi berjalan masuk kedalam kelas. Rambut hitam pekat, alis tebal dan kumis tipis yang menambah kemanisan cowok ini.

"nah anak-anak ini Bintang pindahan dari Bandung yang akan menjadi teman baru kalian di kelas ini, nah silahkan nak Bintang perkenalkan nama kamu"

"Hallo! perkenalkan gue Bintang Alvahrezi pindahan dari Bandung. Semoga kita bisa berteman dengan baik"

"Bapak pikir perkenalan Bintang tadi sudah cukup jelas, jadi Binang sekarang sudah boleh duduk di tempat yang kosong"

"Baik Pak, terimakasih" Bintang menganggukkan kepalanya pada Pak Seno, lalu berjalan kearah bangku kosong -meja Sera- yang berada di pojok kelas. Bintang duduk di samping Sera yang sekarang tangah menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Hi! semoga kita bisa jadi teman sebangku yang baik ya" Ucapnya, diiringi senyuman tulus. Namun Sera sama sekali tak menggubris perkataan Bintang. Sera malah memalingkan wajahnya menghadap tembok di sebelah kananya.

Satu hal yang ia takuti adalah ia akan dibully oleh perempuan populer seangkatannya apabila, ia menanggapi Bintang. Masa bodo dengan pemikiran Bintang terhadapnya, Ia cuman mau menikmati masa-masa terakhirnya di bangku SMA dengan tenang tanpa gangguan dari cewek-cewek itu.

Di sisi lain, Bintang menatap bingung kepada perempuan di sebelahnya. Baru kali ini dia, tidak di tanggapi oleh seorang perempuan. Saat ia ingin memulai percakapan kembali, Bintang mendengar beberapa siswa yang berbisik tentang perempuan di sebelahnya.

'yeh dasar gatel'

'liat aja dia kalo berani ngedeketin Bintang abis dia sama gua'

'dasar sok lemah, dia begitu biar keliatan menyedihkan tuh di mata Bintang biar Bintang iba sama dia'

Dan ada banyak lagi umpatan-umpatan yang di dengar Bintang untuk perempuan yang akan menajdi teman sebangkunya selama setahun kedepan. Bintang membalikkan wajahnya menghadap papan tulis, lalu ia mengambil buku dan pulpen dari dalam tasnya. Lalu menuliskan sesuatu untuk Sera agar tidak terlihat terlalu mencolok.

Bintang menggeser bukunya dan menyenggol pelan lengan Sera dengan sikunya. Sera menolehkan wajahnya ke Bintang tanpa mengangkat kepalanya.

'kalo lu ada masalah bisa cerita sama gue kok' Serangkai kalimat yang di tuliskan Bintang di buku tulis pada lembar terakhir untuk Sera. Perlahan membuat hati Sera berangsur menghangat. Namun ia langsung mengahalau semua rasa yang ia rasakan tadi, lalu mengambil pulpen di dalam kotak pensilnya.

Alone.Where stories live. Discover now