The Cursed One (Part 3)

Start from the beginning
                                    

Aku janji, kau akan selamat, bisiknya dalam hati kepada Lilith yang sedang terlelap di atas pangkuan Eterna.

***

2 jam berlalu, belasan kilometer ditempuh jauh ke Utara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

2 jam berlalu, belasan kilometer ditempuh jauh ke Utara. Dataran Virgo, di sanalah ketiganya menapak, di sebuah dataran berpadang hijau, berhiaskan reruntuhan sakral yang berusia ratusan milenium, terbengkalai dibuang jaman, terkikis oleh angin dan waktu.

Claude menerka dari tepian stasiun, menatap saksama ke arah rindangnya hamparan rumput di sejauh mata memandang. Begitu asri, namun penuh akan hawa gaib yang bertebaran. Eterna pun mengikuti geriknya, menempelkan kedua tangannya pada pagar pembatas di tepian balkon di samping Claude, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan.

Claude membuat lidahnya berdecak sebelum berkata, "Rupanya, tempat ini masih angker seperti dulu."

"Apa saja mahluk gaib yang kau lihat?" tanya Eterna.

"Wanita berbaju sutera, iblis bertanduk ganda, lalu ada naga yang menggeliat di semak-semak."

"Aku tidak melihat apa-apa." Lilith menyusul dari belakang setelah menggantungkan tasnya di atas pundak.

"Itu karena kau tidak memiliki mata yang sama sepertiku." Claude melangkahkan kakinya ke kanan, mendekati deretan anak tangga yang menuju ke bawah. "Ayo, kita akan menemui temanku, Thomas, di bawah sana."

"Apa ia tinggal di sini?" Lilith mengekor di belakangnya, berselang singkat dengan Eterna yang mulai ikut melangkah.

"Tidak, tapi ia bekerja di sini. Beberapa bulan yang lalu, Tho-- AAAHH!!"

Tepat setelah anak tangga ketiga, Claude tak sengaja merobohkan sebuah penopang besi di bawah kakinya menapak, membuatnya tergelincir dan jatuh menuju dasar pondasi stasiun. Beruntung, refleksnya yang terlatih membuat tubuhnya dengan sendirinya berguling tepat setelah kakinya menyentuh permukaan tanah. Debu pun bertebaran di tempatnya mendarat, mengepul tebal hingga membuat tubuhnya tak kasapmata.

"CLAUDE!!" sahut Eterna dan Lilith bersamaan.

"Aku baik-baik saja!" balas Claude dengan napas yang terengah. "Hati-hati! Tangganya sudah keropos!"

"Apa kau bisa naik ke sini?" tanya Eterna.

"Tidak perlu," Claude mengibas-ngibaskan tangannya ke sana kemari, berusaha menyapu debu yang bertebaran di sekelilingnya. "Aku akan mencari jalan keluar dan menunggu kalian di bawah!"

"Baiklah!" balas Eterna dengan sahutan lantang.

Claude menapakkan kakinya menjauh dari tempatnya mendarat, berjalan ke sekeliling kerangka besi yang menua, seraya berharap ia menemukan jalan keluar dari bawah sana. Sorotan mentari menusuk melalui celah-celah lantai yang berlubang di atasnya, menghasilkan sebuah garis cahaya yang miring ke bawah, memandikan debu yang bergerak zig-zag di udara. Matanya masih menerka dalam cahaya yang remang, memerhatikan dalam-dalam seluk beluk kerangka yang mungkin bisa menunjukkannya sebuah jalan keluar. Sampai akhirnya, secercah cahaya yang berbentuk garis vertikal terlihat, menandakan sebuah jalan keluar yang terletak jauh di ujung sana. Kakinya pun terpancing untuk melangkah ke sana, menapak di atas beton bertabur debu yang tebal. Ada tirai di sana, dua helai kain tebal yang membatasi cahaya di luar.

The Sacred Witcher Act I: The CurseWhere stories live. Discover now