Chapter 23

3.8K 534 22
                                    

'BOBBY ?!'

Seruan Chloe dan Chrissy membuat Calum, Michael dan Lee keluar dari ruangan dan menghampiri mereka berdua yang tercengang di depan monitor. 

'What... the...' Michael melangkah mundur. Ia tak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya di monitor cctv saat ini. Tak mungkin Bobby hidup kembali sementara tiga peluru sudah menembus dada dan perutnya. 

'Mereka menuju kemari.' Calum berbalik dan mendekati Harry serta Rose yang masih tak sadarkan diri. 

'Tapi Bobby...' Chrissy tak bisa menyelesaikan kalimatnya, ia bahkan tak tahu apa yang harus dikatakan sekarang. 

'We gotta go !' seru Michael menarik Lee ke ruangan kaca untuk mengambil sisa senjata. 

Chrissy berlari membantu Calum mengangkat Harry, sementara Chloe memapah Rose yang setengah sadar. Tak ada yang bisa berpikir jernih tentang Bobby saat ini, yang mereka tahu, Bobby merelakan nyawanya demi menyelamatkan Lee, Michael, Calum dan Chrissy - seharusnya ia tak bisa berjalan secepat itu dengan tatapan tajam ke setiap kamera cctv yang terpasang.

Lee mengambil senapan berukuran sedang, melemparkannya pada Michael sementara ia memilih untuk memasukkan tiga pisau yang tersisa ke dalam sarung pisau yang terpasang di pinggangnya. Michael dan Lee memutuskan untuk tidak mengambil katana dan memilih mengambil sebuah pistol yang tergeletak di meja, bersamaan dengan senjata launcher mereka tadi. 

'Kita tak punya pilihan lain, selain menghadapi mereka di pintu.' ucap Michael pada Lee. 

'Lindungi aku dari belakang, mereka cukup banyak.' Lee berjalan keluar, di ikuti Michael yang terlihat lebih panik. 

Melihat Chloe sudah memapah Rose, serta Calum dan Chrissy yang memapah Harry, Lee tak punya pilihan selain membiarkan dua orang setengah sadar itu memperlambat aksi mereka melarikan diri nanti. Lee menembakkan tiga peluru ke intercom sampai hancur, pintu baja itu berderit terbuka. Michael bersiaga di belakang Lee, tugasnya tak hanya melindungi teman-temannya di belakang tapi juga Lee yang berdiri paling depan. 

Mereka berjalan keluar dari ruang kendali. Lorong porak-poranda, banyak mayat petugas Lab dan agen berserakan. Lee terus mengarahkan pistolnya ke depan, bersiaga jika sewaktu-waktu Bobby dan para agen itu muncul. Meskipun tak ada suara apapun di lorong yang mereka lewati selain langkah kaki mereka sendiri, tapi Lee yakin Bobby dan agen-agen pengkhianat itu sedang mengincar mereka saat ini. Bobby - bahkan menyebut nama itu dalam pikirannya saja mampu membuat amarah Lee memuncak. Ia melihat jelas Bobby mati di lorong saat menghalau para agen, sangat jelas darah mengotori lantai lorong saat itu, dan sekarang... temannya itu muncul sebagai seorang musuh. tatapannya bukan lagi tatapan bodoh sekaligus hangat dari Bobby yang dikenalnya. 

'Bagaimana jika Bobby datang untuk menolong kita ?' Chloe memecah keheningan yang tercipta selama mereka berjalan waspada di lorong putih itu. 

'Kau sudah gila.' hanya itu jawaban Lee. langkahnya terhenti mendengar suara langkah dua orang, atau mungkin seseorang. 

Michael memegang erat senapannya, sementara Lee menahan nafasnya sebelum ia memberi aba-aba pada Michael dan yang lain untuk mundur mungkin untuk beberapa langkah. Derap langkah itu makin dekat, Lee berjalan mundur begitu juga dengan Michael dan yang lainnya. Lee sedikit membungkuk, bersiap berlari. Michael mengarahkan senapannya lurus ke persimpangan lorong. Langkah itu makin dekat dan makin cepat. 

Lee berlari. 

'Lee !' 

Brrrugghk !

Lee beralari, melompat, menghantam pria besar berseragam CIA dengan lututnya, tepat mengenai dadanya. Chrissy bahkan tak menyangka kalau Lee seberani itu. Lee dengan cepat merampas launcher di tangan pria besar botak itu dan kembali menghampiri teman-temannya. Michael menurunkan senapannya. 

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Where stories live. Discover now