Chapter 16

4.2K 645 25
                                    

Lee dan Bobby masih terus berjalan. Setelah tiga jam tertidur keduanya memutuskan untuk berjalan menelusuri hutan, mencari teman-temannya yang lain. Hening, hutan di pulau itu terasa mati, tak ada suara apapun selain ranting yang berjatuhan dan suara langkah mereka. Tak ada binatang yang terlihat, Lee terus melangkah di depan, mengabaikan rasa sakit di tubuhnya akibat terperosok ke dalam jurang. Tanah-tanah dan pepohonan miring berada di sisi kanan mereka, dan terus turun hingga berujung di bawah - sekitar tiga puluh meter dari jalan setapak yang mereka lewati.

'Ku kira pulau ini terlalu kecil hingga kita dengan mudah bertemu waktu itu, saat pertama kali sampai di pulau aneh ini.' Bobby membuka suara setelah hampir tiga jam mereka berjalan.

'Tapi seperinya pulau ini mulai melebar, hingga kita masuk ke jurang.' Sarkas, Lee tak jauh berbeda dengan Michael dan Harry yang selalu bicara sarkas - sesuka hati mereka.

'Aku jadi merindukan Michael dan Harry.' Bobby berjalan mendahului Lee.

Belum lama mereka bergabung menjadi sebuah tim, tapi entah kenapa mereka sudah sangat solid dan saling percaya satu sama lain seolah dari mereka tak akan ada yang berani berkhianat atau mementingkan diri sendiri. Lee hanya berjalan mengikuti Bobby sampai ia terjungkal karena menabrak Bobby yang tiba-tiba berhenti.

'Fuck you Bobby.' Umpat Lee yang berdiri dan melihat apa yang ada di depan sampai membuat Bobby berhenti berjalan.

'Tolong katakan kalau ini bukan kandang singa.' Bobby bergumam, matanya menatap lurus. Pepohonan tumbuh sedikit di depan, kemudian tanah miring terhampar luas dan berujung pada sebuah benteng besi raksasa yang menjulang sampai berpuluh-puluh meter ke atas, tak ada apapun yang bisa dilihat dari luar benteng besi itu.

Matahari mulai menampakkan diri, semakin terang hingga Lee dan Bobby bisa melihat jelas apa yang ada di depan mereka. Hampir di ujung hutan, dan benteng besi raksasa itu seolah memberi mereka harapan kalau penelitian mereka akan berakhir pada sebuah laboratorium alien. Itulah yang Bobby pikirkan saat ini.

'Kita istirahat saja dulu. Otakku tak bisa berpikir.' Lee duduk, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

Michael, Calum dan Chrissy menghilang, dan sekarang mereka terpisah dari Harry dan Chloe, tidak mungkin bagi mereka berdua untuk menerobos masuk ke benteng besi itu, mencari tahu apa yang ada di dalamnya dan kenapa pulau ini sangat terpencil, bahkan untuk bisa sampai ke pulau ini mereka harus mempertaruhkan nyawa di samudera luas. Ini tak masuk akal bagi Lee.

'Kita harus menemukan yang lainnya.' Bobby berdiri, bersandar di salah satu pohon.

'Kalau kau ingat jalan ke tempat ini, aku akan mengikuti saranmu.' Sahut Lee mememperhatikan benteng besi di kejauhan itu.

Bobby menghela nafas berat. Benting itu ada di depan mereka, tapi tempat mereka berada sekarang adalah jurang, masih sekitar tiga puluh meter untuk sampai ke atas. Lee memikirkan teman-temannya yang lain, apa mereka masih hidup, atau mereka menemukan sesuatu yang aneh sepertinya sekarang ini, atau mereka justru hanya diam memikirkan jalan keluar dari pulau ini tanpa peduli pada misi penelitian mereka. Lee mengacak rambutnya frustasi. Situasinya benar-benar sulit dimengerti.

'Kalau begitu, kita masuk ke dalam benteng besi itu dan cari tahu apa yang sebenarnya ada di pulau ini. Area 211 ini, aku yakin area 211 adalah pulau ini.'

Mendengar perkataan Bobby, otak Lee dipaksa berputar kembali untuk mencari cara agar mereka berdua bisa masuk ke dalam benteng besi itu dan mencari tahu apa yang terjadi dengan pulau ini.

'Kita pikirkan caranya. Malam ini, kita istirahat disini.' Jawab Lee.

**

Secret Office, Basement 2, CIA - Miami

'Ini sudah enam hari dan masih tidak ada tanda-tanda dari mereka. Apa kau yakin kalau hanya Michael dan Calum yang tersisa ?' Profesor Marry memperhatikan monitor besar di ruang pelacak, Liam sibuk dengan keyboard, mengakses pelacak yang ada di jam tangan para agen lainnya, berharap mereka masih hidup dan keberadaan mereka ditemukan secepatnya.

'Ada yang aneh.' Louis memutar kursinya ke monitor besar di depan Liam.

Liam yang tadinya menunduk pun menatap monitor besar yang ada di depannya, menampilkan peta area 211 beserta pancaran gelombang magnetiknya. Profesor Marry memperhatikan Louis dan monitor bergantian.

'Apa kalian tidak melihat, kalau Michael dan Calum sudah berpindah posisi ?' Louis menunjuk dua titik biru yang menempel, 'Lihat baik-baik. Posisi mereka berpindah hampir satu mil dari posisi semula, dan kalau diperhatikan, posisi mereka tidak di bawah gelombang magnetik. Area ini tidak memiliki gelombang magnetik !'

Liam berpindah ke monitor sebelahnya, mulai mengaktifkan kamera di jam tangan Calum dan Michael. Sementara Louis mulai mencari sinyal lain dari area tempat Michael dan Calum berada. Hanya area itu yang tidak tertutup gelombang magentik dan memungkinkannya untuk melacak sinyal lain dari area itu.

'Kerja bagus. Temukan mereka, pastikan apa yang terjadi dan kirimkan kode pada mereka agar mereka tahu kalau kita mengawasi disini. Beritahu final mission pada mereka. Aku yakin mereka menemukan area 211 itu.' Profesor Marry berbalik dan masuk ke ruangannya.

'Kerja bagus anak-anak !'

Louis dan Liam berhenti dari pekerjaan mereka, saling pandang sampai akhirnya berdiri dan berbalik. Profesor Hopkins dan para petugas keamanan sudah masuk ke kantor rahasia mereka. Dua orang petugas keamanan sudah menahan Profesor Marry, mengarahkan moncong senapan mereka ke kepala Profesor Marry.

'Kalian memasang alat penangkal gelombang magnetik tanpa ijin, melacak mereka tanpa memberitahuku kalau mereka masih hidup. Ini masalah serius.' Ucap Profesor Hopkins dengan tajam.

'Tidak ada yang boleh menyentuh area itu.' Kalimat terakhir itu disambut dengan rentetan peluru yang mengacaukan kantor rahasia milik Profesor Marry.

Liam dan Louis merunduk, menghindar dari tembakan membabi buta para petugas keamanan. Liam mengambil alat mirip smartphone ukuran 5,5 inch dan memasukkannya ke dalam bajunya sementara Louis mengambil sebuah chip dan dimasukkannya ke dalam saku celana. Keduanya berusaha berlari keluar kantor sampai akhirnya petugas keamanan menangkap mereka.

'Apa yang kau rencanakan ?!' Teriak Profesor Marry saat ia diseret keluar kantor.

'Aku hanya memberikan subjek baru untuk percobaan adikku, Profesor Grace.' Jawab Profesor Hopkins dengan tenang.

'Apa maksudmu !' Teriak Liam yang berusaha memberontak.

'Tenanglah. Sebentar lagi, kalian akan melihat mahluk ciptaan dan manusia hidup berdampingan.' Profesor Hopkins tertawa ringan.
***

Yeay ! Update lagi !!!!
Semoga kalian suka chapter ini yaa..
Maaf klo sering lama updatenya.
Mohon dimaklumi klo ad typo. :D

Jangan lupa VOMMENT guys !
Tunggu kelanjutannya yaaaa ;)

-Noay97

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Where stories live. Discover now