Chapter 11

4.9K 763 50
                                    

Perih. Sangat perih. Rasa sakitnya seperti ikatan besi hidup di tubuhnya, menusuk dan mencakar dengan ujungnya yang tajam. Dia merasakan pikirannya menjadi gelap untuk kali kedua.

Chrissy dan Lee kembali dari pantai, merobek baju hitam ketat milik Zayn dan membawa satu koper hitam yang terapung di air. Kain robek dari baju Zayn itu digunakan Chrissy untuk membersihkan luka cakar di dada Michael yang masih mengeluarkan darah, walaupun tidak sebanyak dini hari tadi.

Cahaya menyilaukannya ; Michael tak bisa membuka lebar matanya. Sekujur tubuhnya terasa berat dan nyeri, ia masih bisa mendengar suara-suara nafas, berat, kemudian sesuatu yang lembut menempel di dadanya, luka cakarnya.

'Kita butuh air untuk membersihkan lukanya.'

Suara perempuan, seperti suara Chloe. Michael mencoba membuka mata, cahaya menyilaukan itu meredup, berganti dengan hembusan angin sejuk dan titik-titik cahaya putih kekuningan tak beraturan.

'Cairan kuning itu bereaksi ?'

Suara Calum. Pandangannya kembali kabur seiring dengan rasa perih dan nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya, dari luka cakar itu. Sesuatu yang lembut menekan dadanya, tepat di lukanya, seperti pisau daging yang menusuk-nusuk dadanya, sesuatu membalut tubuhnya kencang. Rasa sakit itu semakin membuat Michael kehilangan pandangannya lagi. Tak bisa menangkap apapun selain suara dengung di telinganya. Pikirannya hilang sekali lagi.
**

Michael merasa bahwa waktu yang panjang itu telah berlalu. Ketika dia membuka matanya lagi, bintang-bintang seperti terik cahaya pada siang hari bersinar dari langit yang gelap. Michael mencoba menoleh untuk melihat, tetapi gerakan itu menyebabkan gelombang rasa perih ke sekujur tulang belakangnya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, mempertajam pengelihatannya.

Sesuatu yang disadarinya pertama adalah Chrissy yang tertidur di samping kirinya. Kemudian Lee yang tertidur di samping kanannya, Lee membiarkan Chloe meletakkan kepalanya di lengan kanan Lee, sekilas Lee terlihat damai, tidur dengan posisi terlentang, tangan kanannya seperti merangkul Chloe ke dalam pelukannya. Bobby tidur di samping Chrissy, kemudian Calum dan Harry. Mereka tertidur, di rerumputan tepi sungai. Ya, Michael baru menyadari mereka berada di tepi sungai. Langit malam dengan ratusan bintang, terlihat sekarang.

Sudah berapa lama aku pingsan ? Pikir Michael saat mengingat bagaimana mahluk berbulu itu mengayunkan tangannya, kuku tajam jemari tangan kanannya itu menusuk dan mencakar dadanya. Nafas Michael tertahan saat itu, perih menjalar, membuatnya terjatuh tak sadarkan diri seketika.

'Sudah bangun ?'

Suara itu terdengar pelan, serak ; khas bangun tidur. Michael menoleh ke samping, mendapati Calum yang sudah dalam posisi duduk. Rasa sakit itu masih terasa, tapi semuanya tergantikan dengan kelegaan, melihat teman-temannya baik-baik saja. Melihat Chrissy dan Lee tidur dengan damai.

'Sudah... berapa lama aku pingsan ?' Tanya Michael. Dia merasa suaranya terdengar aneh, lirih, lemah, mungkin serak.

Calum terkekeh, 'Kemarin kau sadar dua kali, lalu pingsan sampai hari ini. Sekarang kau sudah sepenuhnya sadar. Jadi kalau dihitung, kau pingsan dua hari.'

Jawaban Calum cukup membuat Michael sadar, dia benar-benar sekarat kemarin.

'Melihatmu hampir mati, itu cukup membuatku ingin berhenti dari misi bodoh ini.' Ucap Calum, nada sedih dan penyesalan terasa di ucapannya.

'Hampir mati ?' Ulang Michael, bertanya memastikan.

'Kau hampir meninggalkan kami, Mike. Setelah Lee menusuk serum itu, tubuhmu dingin, bibirmu biru, detak jantungmu berhenti. Kami panik.' Jelas Calum yang membuat Michael sadar akan satu hal.

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang