III. Chrissy Costanza

9.4K 1.2K 22
                                    

Aku memilih untuk pergi ke cafetaria, mencari minuman yang kiranya bisa membuatku mengantuk. Aku insomnia selama tiga hari disini, bahkan aku tahu soal Lee dan Bobby yang tengah malam keluar dari kamar hanya untuk mencari jalan keluar dari gedung baja ini.

"Mau ku temani ?"

Aku berbalik, mendapati Lee sedang berjalan menghampiriku. Wajahnya mirip orang jepang, meski sebenarnya dia berasal dari Korea Selatan.

"Ayolah... aku juga lapar." Lee tersenyum merangkulku. Dia memang selalu bersikap baik padaku dan Chloe. Dia juga yang selama tiga hari ini berusaha menurunkan emosi Harry dan Michael.

Hanya butuh sekitar lima menit untuk sampai di cafetaria dari kamar kami. Entahlah, mungkin empat kamar yang kami gunakan itu bisa disebut sebagai kamar istirahat selama kami disini. Aku membiarkan Lee sibuk memilih makanannya di counter pemesanan, sementara aku sibuk memilih softdrink mana yang akan ku minum. Kami makan di cafetaria ini dengan kartu, seperti kartu kredit hanya saja ini untuk membayar makanan.

Lee duduk di depanku, dengan nampan makanan yang penuh. Semangkuk nasi, dua macam sayur dan ada beberapa potong daging yang sepertinya daging panggang itu. Jangan lupakan segelas lemon tea yang dipesannya. Anak ini, apa dia selapar itu ? Atau memang porsi makan orang korea yang berlebihan ???

"Kalau kau lapar, pesan saja." Ucapnya yang mulai melahap makanannya. Ah aku sadar sesuatu, ini siang atau malam ya ? Aku bahkan hanya tahu ini jam dua. Sinar matahari tidak bisa menembus gedung ini. Itu yang membuatku semakin pusing. Tempat ini seperti penjara.

"Kau makan seperti tidak pernah melihat makanan puluhan tahun." Sindirku yang bergidik ngeri melihat cara Lee makan yang terlalu lahap itu. Atau aku saja yang memang tidak nafsu makan ? Entahlah.

Lee hanya tersenyum tipis dan melanjutkan makannya. Aku menyesap coke yang ku beli tadi. Kalau di ingat, aku memang sejak bangun tidur tadi tidak makan, selera makanku turun selama aku di tempat ini.

"Aku tidak menyangka kalau daging ini sama rasanya dengan bulgogi." Ucap Lee disela makannya.

"Bul apa katamu ?"

"Bulgogi. Masakan daging yang paling terkenal di Korea. Oh, apa kau lupa aku ini orang Korea ?"

Aku tertawa. Kadang, Lee bisa begitu lucu tapi saat dia serius, tatapannya tajam. Seperti saat kami semua bicara pada Michael dan Bobby tadi.

"Kau mau mencobanya ?" Tanya Lee menyodorkan sepotong daging dengan sumpitnya.

Astaga, aku baru sadar kalau dia menggunakan sumpit.

"Kau yakin ini enak ?" Tanyaku yang sebenarnya tidak yakin ingin memakan daging dengan saus kecokelatan itu.

Lee mengangguk. Aku tidak bisa menggunakan sumpit, jadi aku melahap daging yang disodorkan Lee padaku. Sejurus kemudian, tepuk tangan terdengar dari dua atau mungkin tiga orang. Aku dan Lee mencari asal suara tepuk tangan itu, dan mendapati Chloe bersama Bobby sedang berjalan mendekat. Aku memutar mata ketika Bobby mengedipkan sebelah matanya ke arahku.

"Ini baru hari ketiga, kau sungguh keren Lee." Bobby menepuk pundak Lee dan duduk disampingnya. Kalau saja dia tidak satu tim denganku, sudah ku patahkan lehernya sejak kemarin.

"Shut up." Jawab Lee dengan nada dinginnya. Dia bisa merubah ekspresi wajahnya dalam tiga detik. Tatapan tajamnya sesekali menusuk Bobby yang masih tertawa.

"Aku ingin menghirup udara segar. Juhur saja, aku benci tempat ini." Chloe bersandar di bahuku. Dia ini lebih muda dariku setahun, tingkahnya masih sangat polos. Menurutku.

"Kalau minggu persiapan selesai, ku rasa kita akan segera keluar dari sini." Jawabku. Menebak.

"Tahu darimana kau, Nona Amerika ?" Sahut Bobby yang ku sambut dengan tatapan tajam seolah siap menerkamnya.

"Menurutku sih begitu..." jawabku tenang.

"Baiklah semuanya, kalian harus menyudahi acara makan malam kalian. Segera kembali ke kamar dan persiapkan diri kalian untuk rapat besok."

Aku tercengang mendengar seruan Rose, agen yang membantu kami selama disini. Dia satu-satunya agen wanita yang aku lihat sejak pertama kali datang.

"Makan malam ? Kau bercanda ?!" Sahut Lee tak percaya.

"Sebaiknya kalian bergegas masuk ke kamar sebelum Profesor yang mengingatkan kalian." Sahut Rose dengan nada sarkasnya.

Mungkin, aku perlu istirahat. Besok, semuanya akan dimulai.

***

Don't forget to comment and vote !

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Where stories live. Discover now