Chapter 4

6.2K 843 19
                                    

Lee menyandang katananya di punggung, memasukkan pisau belati, dua buah pisau lipat di sabuk yang ia gunakan untuk menggantung pisau dan pistol, hanya saja ia tidak membawa pistolnya kali ini. Menyerahkan pistolnya pada Michael. Sama dengan Lee, Chrissy juga menyandang dua katananya di punggung, hanya membawa dua pisau lipat dan sebuah pisau belati. Chrissy memberikan pistolnya pada Chloe yang hanya dibekali senapan dan dua pistol, tanpa pisau apapun seperti Harry. Sementara Calum dan Bobby, dibekali dua pistol dan dua pisau lipat. Michael sendiri memiliki empat pisau lipat, satu pisau belati dan pistol milik Lee.

'Kita harus segera berangkat !' Seru Zayn membuka pintu ruangan baja, kamar mereka.

'Kami bahkan baru setengah jam istirahat setelah latihan.' Keluh Bobby saat berjalan keluar.

'Tak ada waktu lagi.' Sahut Rose.

Chrissy, Bobby, Harry, Chloe, Lee, Michael dan Calum berlari ke lapangan tempat mendaratnya helikopter. Profesor Marry, Assistantnya, pria paruh baya bernama Profesor Hopkins dan sekretaris seksi itu sudah menunggu mereka untuk mengucapkan salam perpisahan sebelum mereka menjalankan misi.

'Lee, berjanji padaku untuk memimpin mereka dengan baik.' Ucap Profesor Hopkins pada Lee yang lebih dulu masuk ke helikopter.

Michael menatap tajam Profesor Hopkins, langkahnya terhenti saat pria paruh baya itu mencengkram pundak kiri Michael.

'Pastikan misi ini berhasil. Kau bukan sekadar seorang gamer, Clifford.' Profesor Hopkins melepaskan tangannya. Tersenyum saat sekali lagi Michael menatapnya tajam.

Rose mendorong Michael untuk segera naik ke helikopter. Suara baling-baling helikopter itu memekakkan telinga, mereka hanya bisa melihat gedung Badan Penelitian Pengembangan Wilayah milik CIA itu dari atas. Mereka meninggalkan gedung itu dan segera menuju ke kapal yang akan membawa mereka mengarungi samudera Atlantik, masuk ke wilayah Segitiga Bermuda dan mencari Area 211.

'Apa kau sudah menyiapkan rancangan untuk menangkal gelombang magnetik itu ?' Bisik Calum pada Chloe.

'Kita tak bisa membuatnya hanya dalam waktu sehari.' Sahut Chloe yang berbisik sangat pelan.

Calum mendesah, padahal ia yakin rancangan yang dibuatnya dengan Chloe itu pasti bisa mengatasi gelombang magnetik yang merusak sistem kapal saat memasuki wilayah segitiga bermuda.

'Jam tangan kalian sudah bisa mengatasi gelombang magnetik itu.' Celetuk Zayn yang berhasil membuat Calum dan Chloe menatapnya.

'Kami yang membuat jam tangan itu, semirip mungkin dengan jam tangan yang diberikan Assistant Profesor Marry kemarin. Kami menggantinya. Kalian tidak perlu cemas.' Jelas Rose.

'Jadi dalam jam tangan ini juga ada pelacak ?' Sahut Lee.

'Tentu saja. Pelacak itu terhubung ke seluruh jam tangan yang kalian pakai, dan juga ke server di kantor pemantau. Liam dan Louis yang memantau keberadaan kalian dan kami, di kantor penelitian. Lantai dua belas gedung itu.' Jelas Rose lagi. Calum dan Chloe tersenyum lega.

'Kenapa kalian mengganti jamnya ?' Tanya Michael yang berhasil merusak ekspresi Zayn dan Rose. Dua agen itu saling pandang.

Michael curiga. Ada yang tak beres dengan semua yang terjadi. Michael bisa membaca ekspresi Zayn dan Rose dengan cepat.

'Sudah ku duga. Ada yang tak beres.' Sahut Harry.

'Kita harus segera turun. Helikopter ini harus kembali ke pangkalan !' Seru Rose membuka pintu helikopter.

Michael menatap tajam Zayn yang diam dan segera turun. Mereka turun dari helikopter, pemandangan samudera luas sudah mengelilingi mereka yang ternyata berada di atas kapal yang mirip kapal perang itu, berukuran cukup besar dengan landasan helikopter. Setelah mereka semua turun, seorang agen tersenyum pada Rose, agen pria yang sedikit lebih tinggi dibanding Zayn.

'Brad ! Antarkan mereka ke kamar !' Seru agen itu pada pria yang mengenakan kemeja biru muda.

'Follow me.' Ucap pria yang dipanggil Brad itu pada Lee, di ikuti yang lainnya masuk ke bagian bawah kapal.

Lagi-lagi kamar berdinding baja sudah disiapkan, tak ada kamar laki-laki ataupun perempuan, mereka bertujuh berada dalam satu kamar lagi dengan ranjang bertingkat. Meskipun berdinding baja, kamar itu memiliki dua jendela bulat yang mengarah langsung kelautan.

'Kalian bisa istirahat sampai besok pagi. Kita akan memasuki zona satu sekitar jam satu siang. Ku harap kalian sudah tahu apa itu zona satu.' Ucap Brad yang meninggalkan mereka setelah mengantar ke kamar.

'Zona satu adalah zona awal kita memasuki kawasan segitiga bermuda. Biasanya dari zona itu, semua sistem navigasi dan komunikasi kacau baru kemudian mati.' Jelas Calum yang duduk di salah satu ranjang.

'Sistem navigasi, jadi kalau kita memasuki zona satu, mesin kapal ini mati ?' Sahut Bobby.

'Benar sekali.'

Semua mata tertuju pada Rose yang berdiri diambang pintu kamar. Tanpa Zayn, dan tanpa agen itu.

'Kalian harus tahu, kalau Profesor Hopkins melakukan penelitian ini karena ingin mencari kebenaran dibalik Segitiga Bermuda. Bukan tentang area 211. Maaf jika aku baru mengatakannya sekarang, aku, Zayn, Sam dan Bradley sama seperti kalian, dikirim untuk mencari tahu tentang Segitiga Bermuda dan area 211. Kalau kita semua mati, hilang, maka penelitian ini gagal seperti dua tahun lalu. Profesor Hopkins akan mencari agen baru, sampai semua misteri Segitiga Bermuda terpecahkan.' Jelas Rose yang berhasil membuat Michael dan Harry menatapnya tajam. Seolah siap kapanpun harus membunuh agen perempuan CIA itu.

'Jadi maksudmu, kita tak akan bisa menyelesaikan penelitiannya dan mati di lautan ?' Sahut Chrissy.

'Tidak. Sejak melatih kalian semua, aku yakin penelitian kali ini akan berhasil. Aku yakin akan keberadaan area 211 itu. Itulah alasanku dan Zayn, membuat jam tangan dengan pelacak dan penangkal gelombang magnetik, meminta bantuan Liam dan Louis untuk memantau. Ini semua juga perintah dari Profesor Marry untuk menambahkan penangkal gelombang magnetik di jam tangan kalian. Karena Profesor Hopkins hanya membuat pelacak pada jam tangan yang kalian, yang diberikan oleh sekretaris seksi itu dan kami menggantinya dengan buatan kami. Tanpa sepengetahuan Profesor Hopkins.' Jelas Rose lagi, semakin membuat mereka tak mengerti.

'Jadi, Profesor Hopkins bisa melacak keberadaan kita semua walaupun kita sudah mati dan melewati zona satu ?' Tanya Lee.

'Memasuki zona satu, semua sistem navigasi dan komunikasi akan terputus, kacau. Saat itulah, Liam bertugas mematikan sambungan pelacak kalian di kantor Profesor Hopkins, jadi hanya kantor Liam yang bisa melacak kita semua disini.' Jelas Zayn yangbsudah berdiri di samping Rose.

'Jangan sebutkan lagi, kalau kita akan mati.' Sahut agen lain, yang bernama Sam.

'Sebaiknya kalian istirahat. Besok adalah hari yang sangat panjang untuk kita semua.' Ucap Rose yang beranjak pergi, begitu juga dengan Zayn dan Sam.
**

Jam tangannya menunjukkan pukul 11.06 pm, tapi Calum masih berdiri di tepi pagar kapal, memperhatikan lautan luas yang seolah tak berujung. Hanya lautan, bintang, dan bulan. Calum hanya diam, merasakan hembusan angin laut yang cukup kencang, tanpa jacket yang menutupi tubuhnya, hanya kemeja pendek biru dongker yang ia kenakan. Tubuhnya kebas dengan udara dingin sekarang.

'Tidak tidur ?'

Calum menatap ke samping, memperhatikan Rose yang sudah berdiri di sampingnya. Agen perempuan yang menyebalkan baginya. Serba tahu dan selalu bertingkah semuanya, menurut Calum.

'Tidak. Kau sendiri ?' Calum kembali menatap lurus ke lautan. Pikirannya terus melayang pada alasan Zayn dan Rose yang mengganti jam tangan mereka.

'Aku harus menjaga kalian, kalau sewaktu-waktu terjadi sesuatu pada kapal ini.' Jawab Rose yang memejamkan matanya, menikmati hembusan angin laut malam hari.

Zona satu. Besok siang kapal ini sudah memasuki zona satu. Apa penelitian ini akan selesai seperti yang dikatakan Rose ? Apa benar area 211 itu ada ? Tapi kenapa perasaanku mengatakan kalau besok akan ada sesuatu yang buruk terjadi.

'Sebaiknya kau tidur. Aku tak yakin, kita punya waktu istirahat setelah ini.'
***

Yeay ! Udah mendekati pertengahan.
Tangan gue bawaannya pngen ngetik chapter selanjutnya mulu.
Semoga kalian suka guys :)
JANGAN LUPA VOMMENT !

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Where stories live. Discover now