Chapter 3

5.4K 855 24
                                    

Beberapa agen CIA masuk, menunggu Chrissy, Lee, Michael, Harry, Bobby, Calum, dan Chloe keluar dari ruangan. Tak ada yang membantah, hanya Michael dan Harry yang menatap tajam ke arah pria paruh baya yang disebut sebagai Penanggung Jawab itu.

Mereka tidak menggunakan lift, tapi justru dengan tangga darurat. Butuh lima belas menit sebelum akhirnya mereka sampai di kamar yang dimaksud pria paruh baya itu. Kamar yang berada di ruangan khusus, bawah tanah. Berdinding baja.

'Sialan.' Umpat Michael dan Harry bersamaan saat senapan para agen CIA itu menodong mereka, memaksa mereka untuk masuk ke ruangan baja yang berisi empat ranjang bertingkat dan satu lemari berukuran sedang.

Pintu baja dengan lubang persegi kecil itu ditutup, bahkan dikunci. Membuat Harry menyumpah serapahi pria paruh baya yang memimpin pertemuan tadi.

'Oh fuck ! Pria sialan !' Umpat Michael mengacak rambutnya frustasi.

'Diamlah bodoh !' Seru Chrissy kesal.

'Jangan membuat emosiku semakin naik, Amerika !' Sentak Michael menatap tajam Chrissy.

'Kau juga orang Amerika, idiot !' Seru Chrissy.

'Diam atau ku lempar pisau ini tepat ke pantatmu !'

'Cukup ! Jangan buat keadaan ini semakin kacau !' Teriak Lee yang tak tahan dengan adu mulut Chrissy dan Michael.

'Mereka mengirim kita untuk misi yang sudah sangat jelas di larang oleh PBB. Apa kau akan tetap pergi ke area sialan itu ?' Sahut Michael pada Lee. Sarkas.

Tidak tahan dengan semua perkataan Michael, Lee menarik kerah baju Michael, mendorongnya hingga punggung Michael menubruk tembok baja cukup keras. Amarahnya sudah tidak terbendung lagi.

'Dengar ! Aku juga tak ingin mati bodoh ! Kalau kau hanya bisa mengeluh, maka diam dan biarkan yang lain berpikir untuk keselamatan kita !' Lee melepas cengkraman tangannya dari kerah baju Michael.

'Ini hanya membuat kita semua terpancing emosi. Membuat kalian bertiga terus berdebat dan aku yakin sebentar lagi akan saling pukul.' Ucap Calum yang akhirnya duduk di salah satu ranjang.

'Setiap kapal dan pesawat yang melintas di segitiga bermuda pasti mengalami kekacauan sistem navigasi dan komunikasi. Itu artinya, ada gelombang magnetik di area itu.' Jelas Chloe tiba-tiba.

'Lusa. Kita akan tetap dikirim ke area sialan itu. Apa kau punya ide ? Paling tidak, bagaimana caranya kita kabur saat mereka mengeluarkan kita dari sini.' Sahut Bobby yang naik ke ranjang diatas Calum. Tengkurap, memperhatikan teman-temannya dari atas ranjang itu.

'Tak ada jalan lain selain mengikuti perintah mereka. Sepertinya, ini berkaitan dengan kematian Profesor Flyke itu. Kakakku pernah menyebutkan soal dosen ilmuwan fisika itu.' Calum ingat, bagaiamana Mali menceritakan tentang ilmu fisika yang menyenangkan, dengan dosen luar negeri yang juga ilmuwan terkenal.

'Team ini, tak mungkin berjalan tanpa pemimpin. Tentukan siapa yang memimpin, putuskan, apa kita harus tetap ke area sialan itu atau kabur dari sini.' Michael bicara cukup tenang, melirik Lee sekilas.

'Kita harus tetap mengikuti perintah mereka. Kabur atau tidaknya, kita lihat saja lusa, saat keberangkatan.' Lee angkat bicara.

'Aku benci tempat ini.' Ucap Chrissy yang duduk bersandar di pintu.

'Sudah ku bilang. Tempat ini memang sepantasnya hancur.' Sahut Michael yang disambut dengan tatapan tajam Chrissy.
***

'Mereka tak akan bisa berhenti. Melihat Calum dan Chloe yang terus memikirkan tentang kecelakaan yang terjadi di segitiga bermuda. Aku yakin mereka bisa menyelesaikan penelitian ini. Gadis blonde itu, dia sangat cerdas.'

211 [BOOK ONE OF 211 SERIES]Where stories live. Discover now