Chapter 31 : Kentarou Kidou

Start from the beginning
                                    

"Kalian berdua bodoh. Lihat tanaman yang ini, sama sekali tidak rusak." Joshi menunjuk ke arah tanaman liar yang menggantung di pagar. "Itu berarti Mahari tidak kabur di pagar belakang."

"Itu sudah pasti dia lewat depan. Kita tadi masuk dengan mudah." Ujarku.

"Disini terdapat dua penjaga dan sekolah ini penjaganya sangat ketat. Jadi itu tidak mungkin."

Jika benar Mahari tidak keluar dari daerah sekolah, jadi kemana dia pergi? Tidak mungkin ada orang yang bisa menghilang di sekolah. Itu sangat tidak logis.

Wajah Joshi tiba-tiba saja membeku. "Tunggu.. kemarin Mahari sempat menyuruhku untuk membuka web Life Game setelah dia bertemu dengan ayah Kaito."

"Apa? Kalian tidak mengajak kami?" Takuma protes.

"Siapa disana?" Suara pria bersuara berat dan aku yakin dia salah satu dari penjaga di sekolah ini.

Joshi mematikan senternya dan sedangkan kami berdua mematikan ponsel kami. Aku melihat jendela yang sedikit terbuka dan aku menuju kesana. Aku berusaha membukanya dan terbuka! kami bertiga memanjat dan masuk ke dalam ruangan yang cukup yakin ini ruang guru yang dapat dilihat dari banyaknya buku yang bertumpuk. Kami menutp kembali jendela dan diam untuk beberapa saat.

Salah satu penjaga datang menghampiri penjaga lainnya. Kami dapat mendengar mereka berdua sedang bercaka[ dan kemudian pergi. otot-ototku tidak lagi menegang.

"Kita selamat dengan memakai keberuntungan Kentarou lagi. Kau bodoh." Joshi memukul Takuma. "Jangan berisik. Kau tahu, tadi kita hampir ketahuan karena kau."

"Gomen. Aku hanya reflex. Kenapa kau tidak memberitahu kami?" Takuma membuat wajah aneh.

"Aku sibuk dengan nenekku yang sakit. Kalau Mahari, ya kalian tahu kan, jika ada yang berhubungan dengan Kaito dia selalu bereflek cepat. Jadi mungkin saja dia tidak bisa menghubungi kalian. Yang terpenting kalian juga disuruh oleh Mahari untuk mengecek web itu."

Benar. Kemarin Mahari sempat menghubungi kami bertiga agar membuka web sialan itu lagi. Dengan dasar apa dia mempunyai pemikiran untuk membuka web itu lagi padahal web itu tidak dapat dibuka. Pasti ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi kemarin.

"Pasti ada sesuatu yang penting yang dibicarakan Mahari dengan Ayahnya Kaito."

Aku setuju dengan pendapat Takuma.

"Jika dia menyuruh kita semua, berarti dia juga melakukannya, kan? Itu berarti dia juga mengecek web itu. Aku cukup yakin dia sangat berusaha untuk tetap membuka web itu dan itu berarti---"

"--- lab komputer." Jawab kami bersamaan.

Mahari pasti berusaha untuk tetap membuka web itu dingat dia itu keras kepala. Pasti dia akan melakukan segala hal untuk mewujudkan keinginannya itu selagi memiliki waktu luang. Dan mungkin saja dia bolos pada pelajaran kedua untuk pergi ke lab komputer.

Joshi bangkit dan menyalakan senternya lagi dan menuju gambar denah yang tergantung di salah satu meja guru.

"Lab komputer berada di lantai dua, tiga kelas dari arah tangga."

Dengan cara yang sama, kami keluar dari jendela tapi jendela yang ke koridor. Kami memperhatikan langkah kami agar tidak terdengar oleh para penjaga dan menaiki tangga. Kami langsung masuk ke lab komputer.

"Kita cek satu-satu." Perintah Joshi

Aku menyalakan satu-satu komputer dan mengecek histori pencarian.

"Apa kalian menemukan sesuatu?" Tanya Takuma.

"Dapat!"

"Sttt." Ujar Joshi. "Jangan berisik."

"Maaf. Tapi lihat. Pas ketika masih pelajaran kedua komputer ini sempat digunakan." Joshi dan Takuma melihat komputer yang kugunakan. "Dan semua menelusuri, ."

Kami saling bertukar pandang satu sama lain dan mungkin saja pemikiran kami sama yaitu Mahari sugguh pergi kemari pada saat pelajaran kedua. Kami berpikir Mahari yang menggunakan komputer ini karena hanya dia satu-satu korban dari Life Game di sekolah ini dan yang mengetahu tentang web Life Game.

"Hei lihat." Takuma menunjuk salah satu link pada urutan paling atas atau yang terakhir dibuka. "Webnya terbuka disini?"

Biasanya jika web atau link yang tak bisa dibuka atau sudah diblock, otomatis ketika kita melihat Histori hanya akan muncul link tapi ini tidak. Pada penelusuran paling akhir di histori, web dapat dibuka.

"Kenapa Mahari dapat membukanya?!" Ujar Joshi frustasi.

Padahal kami telah mencoba untuk membuka web itu tapi tetap tidak bisa atau tidak tersedia. Jadi kenapa webnya dapat dibuka?

"Aku merasakan firasat buruk. Sebaiknya kita besok bertemu dengan ayah Kaito." Usulku.

Mereka berdua mengangguk.

****

Keesokkan harinya kami menemui ayah Kaito di penjara. Walaupun pria yang sedang berhadapan dengan kami memiliki bewok, wajahnya tidak jauh berbeda dengan Kaito.

"Kalian teman anakku? Aku rasa tidak." Kata pria itu.

"Apa paman perlu bukti? Hmm kami tidak punya bukti sih." Kata Takuma sambil menganggukan kepala.

"Kita disini tidak untuk bercanda." Joshi memukul kepala Takuma dan Takuma hanya merisngis. "Kemarin lusa teman kami menemui anda, benarkan?"

"Gadis cantik itu?"

Joshi bangkit dari duduknya. "Ya...ya...benar. Apa yang kalian bicarakan waktu itu?"

"Joshi tenanglah." Aku membuat Joshi duduk kembali.

"Hanya membicarakan Life Game."

Mata kami membelalak ketika ayah Kaito melontarkan kata Life Game. Kenapa dia mengetahuinya padahal dia selama dua tahun ini selalu di penjara.

Dia mulai menceritakan tentang kisahnya yang memilukan. Kami mempercayai ceritanya karena kami juga mengetahui kisah tentang Life Game. Dari istrinya yang dibunuh dan tentang babak dalam Life Game.

"Dua babak?"

"Itu yang dia katakan."

Kita menghadapi 14 level bukan dua babak. Atau berarti... kami memandang satu sama lain. sepertinya kali ini juga, apa yang sedang kami pikirkan sama dan pemikiran itu adalah---

--- Mahari sedang menjalani babak kedua di Life Game.

Life GameWhere stories live. Discover now