Chapter 27 : Mahari Yusa

Start from the beginning
                                    

"Lebih baik dari sebelumnya. Sepertinya kau belum cukup berubah."

"Aku telah berubah." Sangkalku.

"Belum. Temanku juga sekolah di sekolah yang sama denganmu. Dia mengatakan bahwa kau tetap saja cuek."

"Ya, mau bagaimana lagi ini sudah sifatku."

"Ya...Ya. aku sangat tahu itu. Bahkan sangat tahu." Dia melirik jam tangannya. "Sudah jam 9, aku harus pulang. Ayahku akan pulang hari ini."

Ayah? Sayangnya aku tidak bisa melihatnya kembali padaku. Bahkan dia tidak akan pulang. Tapi aku telah menemukan keluarga baru.

Joshi melambaikan tangan dan pergi menjauh hingga aku tidak bisa lagi melihatnya. Bukannya aku langsung pulang, aku mampir ke rumah Kano untuk berdoa disana dan menginap. Tak lupa aku memberi kabar ke orang tua tiriku tentang pergi ke rumah Kano dan mereka mengizinkan. Lagi pula besok hari minggu.

Aku menyusuri jalan yang sepi dan gelap. Aku masih ingat ketika aku menemukan Kano di tengah jalan dalam keadaan mabuk. Sebenarnya aku ingin mengabaikan tapi aku berujung menyeretnya hingga rumahnya. Aku mengetahui letak rumanya dari kartu pelajarnya.

Ketika sampai, aku langsung masuk ke dalam tanpa seorangpun mencurigaiku. Tampaknya mereka tidak terlalu peduli dengan kehadiran Kano yang jarang sekali di rumah dan hanya pada saat-saat tertentu dia akan pulang. Aku mendengar kabar ini dari salah satu tetangga.

Walaupun Kano tidak dipedulikan, aku sering mendapati seorang gadis datang kemari. Aku tidak pernah bertanya tapi aku tahu dia mengenal Kano.

Rumah Kano cukup besar dan memiliki lima kamar. Kamar Kano berada di lantai dua. Saat pertama kali aku ke sana, kamarnya sungguh berantakan. Banyak sekali coret-coretan di dinding dengan coretan tangan dan hampir semuanya tentang penyeselan dan keluarganya. Dari semua coretan terdapat namaku disana. Tertulis bahwa aku adalah 'teman minum' nya.

Aku berlutut di depan foto Kano dan berdoa.

"Semoga kau tenang disana."

Setelah itu aku tidur di kamar Kano.

****

Alarm ponselku berbunyi dan itu berarti sudah pagi. Aku menyikat gigi di depan cermin dan mengganti pakaianku. Aku mengambil roti dari kulkas yang kutinggal beberapa hari lalu dan pergi keluar untuk olehraga pagi. Tapi langkahku berhenti ketika malihat seorang gadis yang tak asing lagi di mataku. Dia nampak terkejut melihatku keluar dari rumah Kano.

"Kau siapa?" gadis berkatamata itu bertanya.

Aku bingung menjawab. Hubunganku dengan Kano hanya teman tapi lebih. Aku tidak bisa menyebutnya sebagai kekasih karena Kano tidak pernah mempertegas pernyataan itu.

"Aku saudara Kano."

"Kaito tidak memiliki saudara."

Ahhh... aku masuk lubang hitamku sendiri.

"Aku teman Kano."

Wajahnya merubah menjadi murung. "Berarti kau dekat dengannya. Kaito tidak pernah memperbolehkan orang lain memanggilnya dengan nama 'Kano'. Ternyata Kaito lebih menyukai perempuan yang dingin."

Apa dia sedang meledekku?

"Giliranku, siapa kau? Sepertinya kau mengenal Kano cukup baik."

"Tentu aku mengenalnya cukup baik karena aku menyukainya."

Aku membeku. Betapa dia mudah mengatakan itu padahal aku sangat sulit mengatakannya.

"Kalau begitu aku pulang." Dia mulai pergi.

Life GameWhere stories live. Discover now