60

3.3K 471 33
                                    


Tiba di rumah, ia berpapasan dengan Kevin yang baru pulang. Melihat papanya membopong Prabas, Kevin pun berlari mendekat penuh kekhawatiran.

"Prabas kenapa, Pa?"

Tio tak menjawab, ia menyuruh Kevin untuk menopang sisi tubuh Prabas yang lain karena pemuda sialan itu berat sekali. Ia yang sudah tua ini disuruh menyeret seekor sapi. Di dalam, Kevin membantu Tio meletakkan Prabas secara melintang di atas sofa.

"Ambilkan air. Setelah itu ke rumahnya dan cari obat penenangnya," perintah Tio. Seperti seorang asisten yang patuh, Kevin langsung bergerak tanpa bertanya.

Tio duduk di sofa kelelahan. Ia memijat kepalanya yang terasa pening. Dalam kesunyian malam itu, ia menatap mata Prabas yang tak bergerak. Anak itu sedang dalam momen bingung. Sebuah stage keheningan setelah kekacauan. Membingungkan sehingga membuatnya linglung. Tio sudah sangat berpengalaman menghadapi orang dengan gangguan kecemasan, bipolar dan beberapa gangguan mental. Dia berpengalaman dengan mantan istrinya.

Dan setelah ini Prabas pasti akan kembali demam. Pria yang bugar juga penyakitan, pikir Tio.

Kevin kembali membawa obat yang ia temukan. Tio melihat botol-botol tersebut dan mengeluarkan satu pil untuk Prabas. Dengan segelas air Tio membantu prabas meminum obatnya. Tio mengusir Kevin agar meninggalkan Prabas agar beristirahat. Prabas sedang lelah karena emosinya terkuras habis. Tio mematikan seluruh lampu, menyisakan sebuah lampu berdiri yang berada di ujung kaki Prabas. Ia mengambil sebuah buku dan ponselnya untuk mengabarkan pada bapak-bapak ronda malam bahwa ia tidak bisa kembali saat ini.

Tio duduk di sofa sendirian membaca buku untuk menghabiskan sisa malamnya. Sepertinya obat yang diminum Prabas mulai bekerja karena matanya perlahan terpejam. Tio merawat Prabas seperti dirinya dulu merawat sang mantan istri ketika wanita itu mengalami episode kambuh yang parah. Hal kecil bagi orang-orang dianggap biasa bisa menjadi trigger yang tidak terduga bagi orang-orang seperti mereka. Memiliki hubungan dengan orang seperti Prabas ini butuh mental yang kuat.

Satu lagi alasan bagi Tio untuk tidak menerima Prabas dalam hidupnya. Tio membuang mukanya saat ia melihat seorang pria yang biasanya terlihat penuh karisma runtuh tak ayalnya sebuah reruntuhan bangunan yang lama tak ditinggal. Kacau, kotor, dan rapuh. Saat ia melirik, Tio melihat air mata yang tumpah dari mata Prabas yang terpejam.

"Hah ... padahal di luar sana banyak sekali perempuan yang mungkin akan berlutut hanya untuk bersama denganmu, nak. Kenapa harus menyiksa diri memaksa harus sama Ai? Takdir memang lucu ya," gumam Tio yang kemudian menutup kembali bukunya karena tidak bisa berkonsentrasi.

Tio pun memejamkan mata, untuk tidur di sofa menunggu Prabas agar anak itu tidak melakukan hal-hal aneh di rumahnya. Jika ketahuan anak itu mencari putrinya, dirinya sendiri yang akan menyeret Prabas dan menendangnya keluar dari rumah. Kelelahannya begitu cepat menyergapi Tio hingga jatuh terlelap tidur.

Entah pada pukul berapa Tio sedikit terbangun akibat suara halus. Sesuatu yang hangat dan lembut kini menyelimuti tubuhnya. Tio perlahan membuka matanya dan melihat putrinya yang kini duduk berjongkok di dekat wajah Prabas.

"Kamu kenapa lagi?" tanya Kaia dengan suara berbisik. Begitu halus sampai Tio harus menajamkan pendengarannya agar ia bisa mendengar ucapan putrinya itu. "Pakai bantal ini biar besok lehermu nggak sakit."

"Ai..."

"Iya, ini aku."

"I'm sorry. Ternyata aku tidak sekuat yang aku pikirkan. Aku ini pria sakit-sakitan."

Tio hampir berdecak karena kesal ucapannya tadi didengar oleh Prabas.

"Sst... tidur, Bas."

Tio tidak tahu harus melakukan apa ketika melihat Kaia memunggunginya dan mengusap rambut Prabas dengan begitu lembut. Rasanya ia ingin tertawa teringat ucapan Prabas yang bilang bahwa ia tidak mungkin bisa menggeser posisi Tio di hati kaia. Namun sebagai seorang ayah yang selalu ada di samping putrinya sejak hari pertamanya di bumi, Tio tahu betul apa yang dirasakan putrinya.

Jangan Bilang Papa!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu