28

5.8K 742 58
                                    

Happy reading! Janlup vote dan komennya!!!

***

Kaia memegang kemeja Prabas lebih erat. Aroma cologne pria melingkupinya membuat Kaia kesulitan bernafas. Bukannya ia tidak menyukainya. Hanya saja aroma itu terlalu menenggelamkannya membuat Kaia tidak bisa berpikir jernih. Terlalu harum. Telinganya yang menempel di dada pria itu bisa mendengarkan bagaimana debaran jantung Prabas yang berdetak sangat cepat. Sama cepatnya seperti miliknya.

Kaia sampai tidak bisa membedakan yang mana detak jantung milik Prabas atau miliknya.

Selain itu kehangatan pria itu begitu menyenangkan sampai membuat Kaia takut. Ia takut merasakan sesuatu yang tidak bisa dihentikan. Ketakutan itu membuat tubuhnya bergetar. Perasaan apa ini? Kaia terus bertanya-tanya karena sejujurnya ia belum pernah merasakan ketertarikan sebesar ini.

Kaia sering memeluk papanya atau Kevin tapi apa yang ia rasakan ini tidak secuil pun ia rasakan seperti dirinya memeluk mereka.

Apa cinta? Kaia menggeleng. Tidak mungkin. DIa tidak boleh jatuh cinta kepada Prabas. Itu tidak mungkin terjadi. Kaia bukanlah seseorang yang cocok yang bersanding dengan Prabas. Juga.... Ia tidak ingin menyakiti perasaan papanya.

Mengingat itu membuat Kaia seketika bersedih. Ia mengusap wajahnya menahan diri untuk tidak menangis. Lebih baik Kaia menjaga jarak secepat mungkin sebelum apa yang ia rasakan saat ini berevolusi menjadi sesuatu yang Kaia takuti.

Kaia memejamkan matanya sebentar ketika Prabas menyentuh sisi wajahnya.

Kaia mencoba mengingatkan dirinya bahwa dalam tiga detik, ia harus melepaskan dirinya dari Prabas. Tiga... dua... satu... Kaia memegang tangan Prabas untuk melepaskan wajahnya.

Prabas melepaskan jasnya agar ia bisa melihat wajah Kaia. pria itu tersenyum puas mendapati Kaia memerah malu.

"Saya kembali ke ruangan dulu. Tolong jaga diri baik-biak. Jangan sampai yang seperti tadi terulang lagi," ujar Kaia yang segera bangun dari pangkuannya kemudian berlari meninggalkan Prabas seorang diri.

Praba hanya tertawa melihat Kaia yang lari ketakutan. Padahal dirinya tidak akan melakukan apa-apa. Tapi seperti seekor kelinci putih yang dikejar oleh serigala, Kaia melarikan diri dari Prabas.

 Tapi seperti seekor kelinci putih yang dikejar oleh serigala, Kaia melarikan diri dari Prabas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu melihat benda kecil berwarna merah yang terjatuh di atas pangkuannya. Itu adalah jepit rambut milik Kaia yang ia kenakan di oninya tadi. Dilihat dari sehelai rambut yang berada di kancing kemejanya, sepertinya rambut gadis itu tersangkut tadi. Prabas pun melepaskan helai rambut itu dan mletakkan di dlaam dompetnya. Untuk jepit rambut milik Kaia, Prabas mengenakannya di dasi, menggantikan pin aluminium yang menjepit dasinya agar tetap rapi.

Pin merah Itu dikenakannya hingga beberapa hari ke depan. Pria itu mengenakannya seperti sebuah aksesoris wajib. Awalnya hal itu membuat para asistennya kebingungan. Kevin bahkan bercanda bahwa Prabas mungkin jatuh miskin sampai tidak mampu membeli pin dasi yang lebih baik.

Jangan Bilang Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang