1

19.9K 1.1K 36
                                    

Yuk, jangan lupa vote dan komennya yang banyak yaa ^^

Kita opeing dulu sama keluarga kecil Saujana ini!!!

***

Langit malam terlihat lebih gelap dari biasanya. Berwarna hitam pekat menutupi cahaya bulan dan bintang-bintang. Ditambah dengan hembusan angin yang semakin kencang membuat suasana lebih dingin dan semakin dingin.

Rintik pertama hujan di tahun tersebut pun mulai turun. Dengan ritme pelan, hujan pertama membawa kesyahduan bagi beberapa orang yang menikmatinya dengan secangkir teh hangat.

Uap mengepul di atas cairan coklat itu, ditiup agar suhu cairan bisa diterima oleh mulutnya yang sensitif. Sepasang bibir ranum menyentuh pinggiran cangkir dan diminum isinnya perlahan.

"Fuah, teh melati papa memang yang paling spesial," ujar seorang gadis yang tengah duduk di sebuah sofa ruang tamu.

Pria berambut panjang bergelombang dengan mengenakan apron hello kitty berjalan mendekat. Sendok kecil di tangannya terisi sedikit oleh sesuap nasi goreng. Pria itu mengulurkan tangannya kepada sang putri. Meminta gadis itu untuk mencicipi hasil masakannya.

Gadis itu membuka lebar-lebar mulutnya untuk menerima suap dari sang ppa. Kunyahnya cukup lamban karena harus meneliti setiap bagian aspek rasa yang menguar di dalam mulutnya.

"Hm, seperti biasa. Sempurna!" puji gadis itu membuat senyum pria itu mereka lebarnya.

Pria itu memeluk sang putri dari belakang dan tak lupa mencium pipi putrinya sambil mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih, sayang. Kalau begitu, ayo kita mulai makan!" ajaknya.

Gadis itu mengernyit. Ia menoleh ke arah pintu sejenak.

"Tapi, Pa... Kayak belum pulang? Kita nggak makan tunggu kakak dulu?"

Pria itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. "Sudah-sudah! Kakakmu sudah besar! Dia bisa makan sisia kamu saja nanti. Yang terpenting Ai makan dulu. Papa nanti sedih kalau Ai sakit perut lagi. Kakakmu pasti bisa ngerti kok kalau kamu makan duluan."

"Tapi, Pa..."

Gadis yang dipanggil Ai itu memiliki nama panjang Kaia Saujana. Orang-orang biasanya hanya memanggilnya dengan Kaia. Namun orang-orang terdekatnya, khusus papa juga kakaknya, memanggilnya dengan Ai.

Kaia berdiri dengan ragu. Hujan rintik-rintik mulai turun semakin deras, sedangkan kakaknya belum juga pulang. Padahal kakaknya sudah berjanji untuk pulang lebih cepat. Kaia lebih kaishan kepada kakaknya ketimbang kasihan kepada diirnya sendiri.

Gadis itu sangat sadar diri akan perbedaan perlakuan papa kepadanya juga sang kakak. Papanya sangat memanjakan Kaia. Kaia dilayani selayaknya seorang putri kerajaan. Gadis berprivilege itu tidak menampik bahwa dirinya sampai di taha seperti ini adalah hasil dari curahan kasih sayang papa juga kakaknya yang berlebihan.

Sedangkan kakaknya, Kevin Saujana, adalah pria berusia dua puluh sembilan tahun yang juga sama-sama suka memberikan kasih sayangnya secara berlebihan. Ia sama sekali tidak protes ketika papa memberikan makanannya kepada Kaia. ia justru merasa senang. Meskipun terkadang papa mereka lebih memprioritaskan kaia, kevin sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Ia justru mendukungnya.

Ya... Kaia hanya hidup bertiga bersama ayah juga kakaknya sejak lima belas tahun yang lalu. Di usianya yang ketujuh tahun, kedua orang tuanya bercerai dan hak asuh anak jatuh pada Tio Saujana. Sejak saat itu Kaia tak pernah lagi mendengar kabar tentang mamanya. Dulu memang rasanya setiap hari, Kaia selalu bertanya tentang wanita itu. Namun seiring berjalannya waktu, kaia mulai sadar bahwa wanita itu tak akan pernah kembali. Mungkin ia juga sudah menemukan kebahagiaannya sendiri di luar sana.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now