24

9.1K 898 22
                                    

Makan malam bersama Prabas tadi malam berlangsung cukup cepat. Kaia melakukan penolakan keras ketika Prabas menawarkannya untuk diantar ke rumah. Papa dan kakaknya sudah pulang, yang artinya mereka akan melihat Kaia diantar Prabas jika pria itu mengantarkannya pulang.

Untuk tawaran lain dari Prabas, Kaia minta waktu untuk berpikir. Ia tidak bisa menjawab sekaligus. Selain karena itu menyangkut uang banyak, itu juga menyangkut bagaimana dia akan menghadapi papa juga kakaknya jika ia tahu bahwa ia memiliki hubungan dengan Prabas Pangestu Salim.

"Boleh saya minta waktu beberapa hari untuk berpikir?' tanya Kaia pada Prabas pada waktu itu dan pria itu mengiyakan.

Setiap hari Kaia diteror Prabas dengan puluhan pesan perhari untuk bertanya tentang jawaban yang Kaia putuskan. Setiap jam, pria itu bisa mengirim satu hingga pesan sekaligus bertanya apakah Kaia sudah memiliki jawabannya atau belum. Namun semakin Kaia menunda, semakin dia bingung harus melakukan apa.

Kaia seperti anak burung yang baru merasakan pengalaman terbang dan langsung tersesat di hutan rimba. Dia tersesat.

Ketika Kaia sedang sibuk merangkai kata-kata untuk memberi Prabas jawaban, tiba-tiba terdengar desas-desus yang begitu keras karena beberapa staf tengah bergosip di sampingnya.

"Bu Martha? Kamu nggak salah lihat? Tapi kenapa? Bukannya konsep mereka sudah diterima dan akan diberikan ke divisi multimedia untuk diproses?"

"Aku juga nggak yakin. Tapi tadi anak HR sendiri yang bilang kalau mereka bertiga diberi Surat Peringatan."

"Kira-kira kesalahan apa yang mereka lakuin? Mereka bertiga pasti melakukan kesalahan etik kan kalau sampai dapat SP?" Gila, Bu martha sudah bekerja di sini lebih dari sepuluh tahun. semuanya aman-aman saja tapi kok bisa kena SP sih?"

Kaia menurunkan ponselnya sejenak untuk ikut mendengar gosip yang sedang dilantunkan oleh empat staf lain.

"Apa waktu rapat kemarin mereka melakukan kesalahan? Kebetulan yang rapat terakhir sama Si Ifrit kan Bu martha, Sakti, sama Winda juga?"

Bu Martha kena SP? Kaia mengedikkan bahunya. Lebih baik dia menghindar dari desas-desus itu. Kaia hanya anak magang, ia tidak ingin sampai terlibat dalam kesalahan di ana. Sedikit lega karena dirinya tidak terlibat dalam presentasi waktu itu. Meskipun ide dan konsep yang mereka bawakan adalah miliknya.

Kaia menghapus kembali kalimat yang sudah ia tulis dan mengetuk sesuatu yang dirasa lebih kayak.

Saat istirahat siang, Kaia menunggu untuk bu martha menyuruhnya untuk melakukan sesuatu tapi kali ini ruangan tempat ia bkerja sangat hening. Para staf memilih untuk makan ke kantin saja. Tidak seperti biasanya, mereka selalu memesan makanan di luar.

"Kaia, mau ikut ke kantin juga?" tanya salah seorang staf perempuan lain.

Prabas memberitahu bahwa dia tidak bisa datang ke rooftop hari ini karena ada rapat kemudian disusul dengan kunjungan ke pabrik untuk memantau progres produk baru mereka juga produksi repacking produk lama mereka. Itu membuat Kaia lega. Ia pun menerima tawaran tersebut dan ia berpapasan dengan Seno yang kebetulan akan ke kantin juga.

Seno mendekat untuk berbisik. "Kaia, apa benar manajer tim-mu dapat surat cinta dari departemen HR?"

Kaia segera menutup mulut Seno. "Ssst... jangan keras-keras. Aku kurang tahu pastinya. Jadi aku nggak bisa kasih jawaban. Takutnya jadi fitnah."

Seno menurunkan tangan Kaia sambil berpikir sejenak. "Apa karena pencurian ide kreatif?"

"Maksudnya?"

"Aku kurang tahu detail pastinya. Tapi waktu rapat itu Pak Prabas menyinggung terkait ini."

Tanpa mereka ketahui, dari ruangan lain keluar beberapa orang yang baru selesai rapat. Suara ramai mesin tik, orang-orang yang berbincang, juga deru mesin kopi tak membuat pria itu kehilangan fokus dari Kaia yang baru masuk ke dalam lift dengan pria lain.

Jangan Bilang Papa! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang