50

4.1K 561 69
                                    

Buat yang salah paham, dua chapter spesial kemarin itu, sama sekali TIDAK ADA SAMBUNGANNYA dengan jalan ceritanya yaaa. Kemarin aku cuma mau buat spesial bab karena sedang berulang tahun, jadi aku tulis cerita iu di luar jalan cerita. Begitu~

Nah, sekarang balik ke jalan ceritanya lagi yaa.

Happy reading ^^

***

Dini hari yang dingin semakin dingin ketika akhirnya setelah lebih dari lima belas tahun Tio membuka alasan yang sesungguhnya mengapa ia menyimpan kebencian yang sangat dalam kepada Prabas dan keluarganya. Baik Kaia dan kevin bisa mengerti sakit hati yang dirasakan papanya. Mereka telah kehilangan sosok wanita yang seharusnya memiliki peran ibu di keluarga mereka. Tapi wanita itu justru menjadikan dirinya sendiri ibu di keluarga lain. Itu adalah sesuatu yang pahit untuk diterima.

Hingga perlahan matahari mulai muncul di sudut timur jendela rumah mereka, ketiganya masih terdiam mencoba melepaskan kusut benang pikiran di kepala masing-masing. Kevin bahkan sampai harus keluar rumah hanya untuk menyesap nikotinnya. Dua batang rokok dihabiskan hanya untuk menerima kepahitan yang ditinggalkan ibunya.

Kaia sendiri hanya duduk diam di samping papanya sambil melamun dan memikirkan cara memutuskan hubungannya dengan Prabas dan menunda hutangnya yang entah sekarang sisa berapa karena sudah lama Prabas tidak update hutangnya setelah kencan-kencan mereka.

Apakah perlu Kaia melakukan kencan terakhir? Kaia menggeleng. Tidak lagi. Kaia tidak boleh mengecewakan papanya lebih jauh lagi. Ia harus memutuskan hubungannya dengan tegas. Setelah itu Kaia harus fokus menyelesaikan studinya.

Tio bangun ketika matahari sudah sepenuhnya naik dan terlihat. Ia akan memasakkan sarapan terbaik untuk kedua anaknya sebagai bentuk permintaan maaf akibat sikap kasarnya tadi malam. Kaia melihat papanya yang masuk ke dapur dan mengenakan celemek merah. Papanya adalah orang yang luar biasa. Saking luar biasanya, Kaia yakin jika papanya pasti bisa mengambil bintang untuknya jika Kaia minta. He can be a mother too.

Melihat papanya yang bekerja sendirian membuat Kaia tak bisa diam. Dia harus melakukan hal lain setidaknya membantu papanya agar papanya tidak bekerja sendirian. Ia mengambil penyedot debu di lemari bawah tangga dan membersihkan ruang tamu. Kevin yang sekarang bisa lebih tenang akibat dua batang rokoknya melihat adik juga papanya yang bekerja. Ia juga tidak bisa hanya berleha-leha seperti ini, tanpa diminta pun Kevin berganti pakaian yang lebih pendek untuk membersihkan kolam ikan milik papanya.

Suara penyedot dedu, suara tatakan dan suara air yang dikuras memenuhi kediaman Tio Saujana pagi itu. Sampai aroma harum menghentikan kegiatan mereka. Kevin dna Kiaa menoleh ke arah meja makan dimana papanya sudah selesai membawa semangkuk besar kuah soto ayam. Kaia dan kevin pun menyegerakan pekerjaan mereka dan bergabung di meja makan.

Tak ada ucapan maaf tapi mereka bertiga tahu kalau mereka semua sudah saling memaafkan. Tio bangun untuk menyediakan sepiring nasi hangat untuk anak-anaknya. Kevin juga bangun untuk menyediakan kuah soto untuk Kaia juga papanya. Kaia sendiri bagian menyediakan segelas air.

"Selamat makan, papa dan kakak," ujar Kaia.

TING!

Saat mereka akan memanjatkan doa bersama, tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi. Mereka bertiga pun saling melirik karena mereka bertiga merasa tidak mengundang siapa-siapa pun hari itu.

"Kalian lanjutin makannya, mungkin paket," ujar Tio yang bangun untuk memeriksa tamu yang kembali membunyikan bel rumah.

Kevin akan memasukkan suapan pertama ketika teringat sesuatu.

"Prabas!"

"Hah?" kaia bingung mengapa tiba-tiba kakaknya untuk menyebutkan nama seseorang yang tidak boleh disebutkan namanya itu di rumah mereka.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now