6

6.2K 780 54
                                    

Hey! Aku bakal upload dua bab tapi tetap minta vote dan komennya yaaa.. Thanks! ^^

Kaia melihat ponselnya. Terdapat sebuah pesan dari nomor yang dikenal di sana. Sambil menunggu mesin printer bekerja, ia membalasnya sebentar. Senyum simpul tak tercipta ketika pengirim pesan menyetujui kesepakatan yang Kaia berikan.

Mereka akan bertemu di mall setelah jam pulang kantor. Karena pria itu adalah pegawai tetap, jadi sering kali ia tidak bisa pulang tepat waktu. Tidak seperti anak magang yang wajib pulang setelah jam kantor usai. Itu sudah ditetapkan oleh undang-undang. Jika sampai pihak perusahaan tahu kalau anak magang bekerja di luar jam kerja, tentu mereka semua akan mendapatkan surat cinta dari Human Resource (HR) akibat kesalahan kode etik kerja.

Sebelum menutup kembali layar ponselnya, Kaia menyimpan nomor tersebut. Menuliskan sebuah nama di sana.

Pangestu Staff lt. 10

Kaia membereskan semua dokumen yang sudah di-print kemudian menyiapkan diri untuk rapat nanti. Semuanya berjalan lancar, Kaia juga ikut serta dalam rapat bersama manajer divisi. Ia menyiapkan semua berkas dan duduk mendengarkan juga mencatat apa yang diperlukan.

Manajer divisi kemudian mengatakan bahwa tim Bu Martha dipilih dan mereka harus menyiapkan semua produk yang akan dibawa pada rapat tanggal lima belas untuk mendapatkan persetujuan dari Direktur Utama yang artinya mereka akan presentasi di depan Dirut!

Kaia ikut bertepuk tangan bersama yang lain tapi ia bisa melihat bagaimana mereka terlihat sangat berat. Mereka senang jika ide mereka terpakai tapi presentasi di depan Si Ifrit? Hampir tak ada yang mau melakukannya.

"Kaia, kami satu tim telah sepakat untuk menggunakan kesempatan ini untuk mengetes kamu. Jika kamu lolos, saya akan langsung menyediakan surat rekomendasi juga mengisi kuesioner evaluasi dari kampus kamu terkait performa kamu."

Kaia yang tak mengerti mengernyitkan keningnya. "Maaf, bu martha. Maksudnya?"

"Kamu kami tugaskan kamu untuk mewakili tim untuk mempresentasikan. Kamu bisa brainstorming sebanyak apapun yang kamu dengan para staf lain. Mereka tidak akan menyusahkanmu, kok. Mereka pasti akan dengan senang hati berbagi."

Kaia melihat sekelilingnya dan semua timnya mengangguk. Mungkin mereka berpikir bahwa Kaia tidak tahu apa-apa terkait rumor yang beredar tentang Direktur Utama mereka. Kaia tahu betul karena setiap hari baik papa juga kakaknya mengeluhkan tentang sikap di Direktur Utama itu.

Kaia sanat ragu. Ia hanya anak magang yang dijadikan tameng untuk para staf tetap. Bagaimana jika ia menolak Tidak, kaia tahu beul artinya jika ia menolak. Bu Martha telah telah memegang lembaran evaluasi untuk Kaia yang akan diserahkan kepada universitas. Nilai akhir Kaia tergantung pada lembaran evaluasi tersebut.

Dengan terpaksa Kaia pun menganggukkan kepalanya.

Mungkin... ia bisa meminta bantuan kakaknya untuk mengajarkannya cara presentasi dari si Ifrit yang terkenal ini.

Setelah mendapatkan jawaban dari aia, mereka semua pun bertepuk tangan. Kali ini tertera jelas raut kebahagiaan mereka, Tidak seperti ketika ide mereka diterima oleh manajer divisi saat rapat tadi.

***

Keesokan harinya tiba.

Kevin menatap punggung adiknya dengan kasihan. Ia sungguh ingin menerkam semua orang di ruangan tim adiknya. Bagaimana bisa anak magang diberikan tugas sekrusial itu. Ia sangat kesal karena tadi malam adiknya berkata bahwa ia ditunjuk oleh timnya untuk melakukan presentasi pada tanggal lima belas nanti.

Sial, ia sangat kesal. Mungkin jika adiknya bekerja di perusahaan lain, Kevin akan mendukung adiknya penuhnya. Menjadi perwakilan tim, ini bisa menjadi pengalaman bagi Kaia. Tapi tidak dengan melakukan presentasi di depan si Ifrit. Bisa-bisa adiknya yang sensitif dan lemah-lembut dicecar mati-matian. Kevin harus segera melaporkan ini kepada papanya dan mencari cara agar pria itu tidak hadir dalam rapat tanggal lima belas nanti.

Ya... kevin harus memutar otak agar Si Ifrit tidak melukai hati kecil adiknya yang sangat berharga.

Kevin pun naik ke lantai sepuluh, menyapa sesama rekan asistennya kemudian mengetuk pintu ruangan bosnya. Ia telah membawa dokumen yang pria itu inginkan.

Di dalam ruangan Direktur Utama, Kevin bisa melihat bagaimana suasana hati Si Ifrit itu terlihat sedikit lebih baik. Kevin jadi takut-takut membawakan jadwalnya untuk hari ini. Ia takut sedikit saja bisa menghancurkan suasana hati bosnya yang terlihat baik hari ini.

"Pak bos, rapat hari ini rapat dengan oran pabrik sudah dijadwalkan."

"Bisa dipercepat tidak?" potong Prabas.

"Maaf?"

"Rapat kita mulainya jam empat kan? Bisa dimajukan jadi jam tiga? Saya ada janji sore ini."

"Janji? Tapi jadwal yang sudah saya buatkan tidak ada janji ini selain jam delapan malam untuk makan malam sama putri dari pemilik perusahaan Astro."

Prabas mengecek ponselnya sekali lagi.

"Nggak, saya terlalu sibuk untuk makan malam. Saya harus meninggalkan kantor jam lima sebelum terlambat."

"Kalau boleh tahu jadwal apa, Pak? Mungkin saya bisa bantu cari jadwal di hari lain."

"Ck, udahlah... saya bilang ini pertemuan penting ya pertemuan penting. Kalau nggak bisa diubah jadwalnya kamu saja yang gantiin saya," jawab Prabas yang terlihat mulai kesal.

Kevin menghirup udara dalam-dalam untuk tetap menjaga keteangannya. Ini hari yang baik. Jumat berkah... jumat berkah... jika dia tetap berbalik hati di bawah tekanan seperti ini, ia pasti akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa.

"Baik, biar saya crosscheck dengan pihak pabrik kemudian ini dokumen yang dibutuhkan."

Kevin meletakkan dokumen tersebut di atas tumpukan dokumen yang perlu diperiksa hari ini.

"Tapi, bos. Terkait pertemuan dengan putri pemilik Astro, itu adalah pertemuan yang sudah dibuat oleh Pak Komisaris sendiri. Saya tidak memiliki kuasa untuk cancel pertemuan tersebut."

Prabas masih membaca dokumen di depannya kemudian membumbui tanda tangan sejenak. Ia menoleh ke arah Kevin.

"Tinggal kamu telpon papamu terus minta Pak Saujana batalin kan beres. Toh, kakek bakal nurut kalau itu keinginan saya."

"Baik, tapi apakah saya boleh tahu alasannya."

"Kevin," panggil Prabas yang mulai kesal karena ia jad tidak bisa fokus bekerja karena harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tidak penting dari asistennya itu. "Keluar dan lakukan saja perintah saya sebelum saya lempar kopi ini ke muka kamu."

Kevin hampir tertawa. Pria itu mengangguk mengerti kemudian meletakkan tangannya di depan dada. Kepalanya menunduk memberikan hormat.

"Baik, baginda. Akan segera hamba laksanakan."

Prabas yang tak terkesan hanya milik kemudian kembali menuliskan sesuatu di atas dokumennya. Setelah Kevin pergi meninggalkan ruangan, ia melirik sekali lagi ke arah pintu memastikan bahwa pria itu tidak tiba-tiba muncul seperti kebiasaannya.

Harus Prabas akui, Kevin adalah asisten yang bertahan cukup lama bersamanya. Pekerjaannya bagus meskipun Prabas sering meletakkannya di bawah tekanan.

Setelah yakin aman, Prabas pun meraih map lain yang ia sembunyikan kemudian membukanya sejenak. Asistennya yang lain telah membawakan dokumen tentang anak magang pada semester ini. Ia membuka dan mencari nama seseorang yang sejak kemarin berkeliaran di dalam kepalanya.

"Kaia... Saujana?" gumam Prabas bingung. Ia menoleh ke arah pintu dimana Kevin Saujana baru saja meninggalkan ruangannya.

Tentu nama Saujana bukanlah nama yang umum dipakai. Prabas menutup mulutnya untuk menyembunyikan kekehan kecil yang lolos.

"Well, she is so goddamn pretty," puji Prabas ketika melihat foto profil Kaia yang terletak di bagian kanan dokumen.

Prabas memotret dokumen CV milik Kaia dan meletakkan CV milik Kaia ke dalam brankas miliknya. Ia kemudian meletakkan map berisikan dokumen CV pegawai magang yang lain.

***

Sudah ada yang mulai simpan foto nih.

Terdeteksi bucin or not???

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now