7

11.2K 1K 70
                                    

Yuk spam komen dan votee!! Happy reading y'all!

***

Kaia tiba di sebuah restoran di dalam mall. Gadis itu didekati oleh seorang pelayan.

"Meja untuk satu orang, Kak?"

"Um.. kata teman saya, dia sudah reservasi."

"Atas nama siapa?"

"Pangestu."

"Pangestu... Baiklah, mari saya antar."

Kaia mengikuti arahan pelayan tersebut dan masuk ke dalam salah satu ruangan yang lebih private. Ia melihat sekeliling dan duduk santai di atas bantal tatami yang sudah disediakan. Segelas ocha dingin juga refill-nya juga sudah tersedia di atas meja.

Setelah bertukar pesan kemarin, Kaia dan teman barunya setuju mereka akan makan di resto Jepang karena kebetulan mereka berdua suka dengan makanan Jepang. Pelayan kemudian mengatakan bahwa ada tombol di samping meja yang bisa digunakan untuk memanggil pelayan jika diperlukan. Kaia mengangguk mengerti kemudian meletakkan tasnya di samping untuk menunggu temannya datang.

Tak lama ia menunggu, pintu balik resotoran kembali bergeser dan Prabas datang.

"Hai," sapa Kaia dengan ramah.

Prabas terkejut karena mengira bahwa ia akan tiba lebih dulu. masih pukul lima empat belas menit. Yang artinya Kaia pulang tepat waktu dan langsung kesini. Kalau tahu Kaia akan tiba lebih dahulu seharusnya ia memaksa untuk mereka datang bersama saja tadi.

"Hai, aku kira kamu belum sampai."

"Anak magang nggak boleh berlama-lama di kantor," jawab Kaia sambil tersenyum lebar berniat untuk melemparkan candaan.

Sepertinya gurauan itu ditangkap dengan baik ketika pria itu bergabung duduk dan tersenyum. Pria itu meletakkan kotak rokoknya agak jauh kemudian melepaskan jas agar lebih santai.

"Tidak lama menunggu kan?" tanya Prabas.

"Enggak, kok. Belum lima menit."

Prabas dengan terang-terangan memandangi wajah Kaia. Duduk di depan gadis itu memberikannya privilege untuk menikmati wajah cantik Kaia.

"Kamu bisa pesan apapun yang kamu mau. Kalau kamu icip-icip jangan sungkan untuk pesan. It's all on me."

Kaia meggeleng. "Nggak boleh! Aku juga mau bayar. Kita kan sepakat ke sini untuk makan sama-sama, jadi aku juga harus ikut bayar," jawab Kaia sambil membagikan buku menu kepada Prabas.

Prabar hanya tersenyum. "Kalau begitu konsepnya, ini bukan jadi ajang aku berbalas budi."

Kaia kembali manggleng. "Nggak apa-apa. Toh, dengan kamu ajak aku makan saja itu sudah cukup. Setidaknya kamu bisa jadi temanku di kantor."

"Teman?" tanya Prabas membeo.

Kaia yang sedang memindai buku menu terdiam di tempat. Ia menatap pria di depannya ragu-ragu. Pria itu terdengar tak yakin ketika mengatakannya. Kaia jadi takut apakah hanya dirinya di sini yang mengira bahwa mereka sudah berteman?

Ah... sepertinya begitu. Tiba-tiba saja wajah Kaia menjadi panas akibat malu. ia malu karena menganggap Pangestu adalah temannya tanpa konsen Pangestu padahal mereka hanya baru bertemu dua kali saja.

"Ah.. um.. Ma-maksudku..."

"Pfft.. hahaha..." Prabas tertawa sejadi-jadinya. Pria itu menutup wajahnya menggunakan tangan tapi itu tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat tertawa kencang.

"Pa-Pangestu?"

Prabas memegangi perutnya yang mulai terasa sakit. Ia menatap Kaia yang terlihat kebingungan di tempatnya. Astaga... bagaimana bisa anak semanis dan semenggemaskan ini lolos dari pandangannya? Sudah berapa lama ia mengenal Tio dan Kevin Saujana? Tapi kenapa ia tak pernah bertemu dengan Kaia Saujana sebelumnya? Ah... sangat disayangkan...

Jangan Bilang Papa! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang