53 (tidak percaya)

416 63 2
                                    

Sebuah sekolah ternama di kota Surabaya ada seorang siswa yang sejak tadi fokus mengenai pembelajaran. Berulangkali dia menutup mata untuk menghilangkan hal yang mengganggu dirinya. Cara dia tetap tidak berhasil bahkan secara tiba-tiba kilasan mengenai kenangan masa lalu melintas.

Dia Argo beberapa menit lalu setiap guru menjelaskan dia mengerti namun kenangan masa pahit membuyarkan segalanya. Argo mencengkram kedua tangan dia di kedua kakinya menahan rasa sakit tanpa bersuara.

Di sebelah Argo ada sosok Arik remaja itu memang mendengarkan guru walaupun dia heran juga akan sikap tenang Argo. Saat melirik kearah Argo matanya seketika kaget. "Bu! Argo sakit!" pekik Arik.

Tidak ada suara dari Argo untuk membantah keadaan dia tidak memungkinkan melakukan hal tersebut. Arik memberikan sapu tangan kepada Argo agar bisa mengelap darah yang keluar dari hidung Argo.

Dengan gerakan cepat mengambil sapu tangan tersebut di tangan Arik. Argo menghapus darah di hidungnya. "Terimakasih," ujar Argo.

"Sama-sama," jawab Arik.

"Argo lebih baik beristirahat saja di uks agar kondisimu membaik," ujar sang ibu guru.

"Tidak bu," tolak Argo.

Arik yang malas mendengarkan penolakan Argo memilih menarik tangan Argo untuk berdiri dari bangku dia duduk. "Bu izinkan saya dan Argo untuk ke uks. Orang ini memang sulit diatur bu, lebih baik aku paksa saja," ujar Arik menunjuk Argo.

Walaupun Argo tidak mau tetap saja Arik jadi dengan terpaksa Argo mengikuti langkah kaki Arik saja. Tubuh dia juga lumayan lemah akibat serangan ingatan masa lalu.

Sepanjang lorong kelas banyak murid berlalu lalang memperhatikan interaksi antara Argo dan Arik. Tatapan jijik didapatkan oleh dari semua siswa yang melintas membuat kedua remaja laki-laki itu heran.

Akhirnya di uks Arik mendorong tubuh Argo keatas kasur agar beristirahat. "Lu diem disini gua beli makanan dulu buat lu," ujar Arik kepada Argo.

Sikap baik Arik membuat sisi waspada Argo meningkat. "Lebih baik kau kembali ke kelas saja," ujar Argo.

"Lu sakit begini masa gua tinggal sih," ujar Arik.

"Gua belum terbiasa diperlakukan baik orang lain tanpa ikatan darah," ujar Argo jujur.

"Santai aja. Gua temen lu lho," ujar Arik kepada Argo.

Setelah mengatakan hal tersebut Arik keluar dari uks membiarkan Argo beristirahat. Nyatanya Argo memilih berinteraksi dengan sang alter ego Henry.

"Sisi mafiamu memang bagus Argo. Setidaknya percaya seorang teman bukan masalah juga," ujar Henry kepada Argo.

"Di masa lalu aku pernah dikhianati seseorang yang disebut dengan teman. Maka dari itu aku benci dengan ikatan tersebut," sahut Argo.

"Teman suatu hal yang menyenangkan lho," ujar Henry.

"Aku membenci itu!" pekik Argo.

"Tidak ada salahnya membuka hati untuk Arik. Kulihat dia tipikal teman yang lebih suka menunjukkan rasa peduli," ujar Henry.

"Tetap saja aku tidak percaya," ujar Argo.

"Kau jangan terlalu begitu Argo. Selain keluarga teman juga akan berguna untukmu," ujar Henry.

"Apa maksudmu?" tanya Argo tidak mengerti.

"Kurasa dia memiliki darah seorang mafia juga namun belum diasah," ujar  Henry.

"Hah dia kan seorang anak tanpa kasih sayang kedua orangtuanya," heran Argo.

"Lebih baik kau latih Arik untuk dijadikan bidakmu agar dia berguna untukmu di masa depan," saran Henry.

Save My Brothers Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum