11 (insiden)

1.7K 117 9
                                    

Di sebuah kamar bernuasa papan catur tengah terjadi perbedaan antara kedua kakak beradik diantara mereka ada satu anak balita melihat hal tersebut dalam diam.

"Ayolah bang kita ke pasar malam!" rengek Rimba memaksa sang kakak.

"Uangnya dari siapa?" tanya Argo.

"Abang lha. Kan uang jajan kita ada di abang semua," jawab Rimba.

"Abang malas ke pasar malam. Lain kali saja," tolak Argo malas berkerumun di tempat ramai.

"Dek lihat abang tidak sayang kita tuh!" adu Rimba kepada sang adik.

Rimba memeluk tubuh kecil sangat erat bahkan menaruh kepalanya di pundak sempit sang adik. Fano mengelus rambut Rimba yang malah senang dielus sang adik.

"Kalau abang tidak sayang kita lagi tidak masalah kok. Adek bisa cari abang baru yang sayang aku," ujar Fano.

"Heh jangan!" protes Argo tidak setuju akan ucapan sang bungsu.

"Makanya ikut kita ke pasar malam!" pekik Rimba.

"Baiklah. Abang ikut kalian," ujar Argo mengalah.

"Yeah!" pekik mereka berdua.

"Kalian tunggu di ruang tamu. Abang ingin ganti baju dulu," ujar Argo.

Mereka mengganggukkan kepalanya mengerti. Kedua anak itu berlalu pergi keluar dari kamar sang kakak. Di ruang tamu ada kedua orangtua tengah membahas hal serius.

"Pria itu sudah kau habisin sayang?" tanya Lusiana.

"Argo yang melakukannya. Aku menjual organ vitalnya saja," sahut Stevan.

"Papa akan kesini," ujar Lusiana.

"Lantas ibumu?" tanya Stevan.

"Dia tidak mau. Sibuk akan bisnisnya disana," ujar Lusiana.

"Wajar dia hanya ibu tiri," komentar Stevan.

"Yah begitulah," ujar Lusiana.

"Mama! Aku, abang dan adek izin ke pasar malam!" pekik Rimba.

"Hey pakaian kalian ganti dulu," ujar Stevan.

"Ganti?" beo Fano.

"Ayo ganti baju dulu sambil menunggu abang ganti baju," ujar Lusiana.

Lusiana menggendong kedua putranya bersamaan. Wanita itu masih kuat dia terlatih sejak dini jadi jangan heran didikan dia terhadap ketiga anaknya sangat keras.

Stevan tersenyum akan itu semua. Istrinya itu berbeda dengan kebanyakan wanita di luaran sana. Tidak ada rasa takut di matanya membuat Stevan semakin cinta terhadap istrinya.

Tak lama kedua anaknya keluar dengan outfit yang sama. Stevan terkekeh geli akan itu semua. Hanya Argo yang sulit untuk diatur dibandingkan kedua adiknya.

Stevan yang tidak ada kerjaan menggoda kedua anaknya yang tampak bosan menunggu kehadiran sang kakak.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Save My Brothers Where stories live. Discover now