45 (ultah stevan)

666 76 6
                                    

Sesuai dengan rencana tepat hari ini mereka akan menjalankan aksi. Saat memulai rencana ada sambungan telepon dari Edward ke hp Argo.

Argo mengangkat telepon itu dan menyuruh Edward agar datang ke rumah tanpa Stevan. Edward berkata ingin mencari tahu tentang penyebab permasalahan sang bos dengan keluarganya.

Sesaat Edward masuk ke dalam rumah tangan dia langsung ditarik sosok Rimba untuk masuk ke dalam kamarnya. Bagi Edward tindakan Rimba sedikit aneh ditambah ada beberapa kado di kamar Rimba.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Edward.

"Begini Om Ed. Tepat tengah malam kan papa ulang tahun jadi itu alasan kami tidak berbicara dengannya," ujar Rimba.

"Oh bagus deh. Kupikir Stevan melakukan kesalahan besar," ujar Edward.

"Om perlu ikut dalam rencana kami tentang kemarahan papa nanti kita handle," timpal Argo.

"Ada tidak seseorang yang kelihatan kriminal?" tanya Rimba.

"Hah?" bingung Edward karena hal yang ditanyakan oleh Rimba.

"Kami berencana melakukan suatu hal kepada papa sebelum acara puncak itu berlangsung," ujar Argo.

"Menculik?" tanya Edward.

"Lebih dari itu," jawab Rimba.

"Ya sudah Om ikutan rencana kalian asal posisi Om aman," ujar Edward.

"Okey!" pekik Rimba.

"Beritahu Om Ed. Abang akan memantau papa dulu," ujar Argo.

Tubuh Argo memang belum pulih sepenuhnya. Dia hanya ikut saja rencana sang adik untuk perayaan ulang tahun Stevan.

Ketika mendengarkan rencana Rimba wajah Edward nampak terkejut namun tergantikan dengan seringai jahilnya setelahnya.

Di tempat Stevan dia tengah fokus menyiksa seseorang untuk dibunuh. Dia perlu pengalihan atas masalahnya saat ini.

Suara dering telepon menghentikan kegiatan Stevan untuk menusukkan beberapa paku di tubuh manusia yang tampak kesakitan akibat perbuatan Stevan.

Tak lama wajah Stevan tampak syok dia dengan cepat berlari keluar ruangan bawah untuk mencari kebenaran. Di mobil berulangkali menghubungi orang yang dia memberitahu kabar buruk untuknya.

Dia sendirian tanpa pengawal siapapun. Pria dewasa berusia tiga puluh lima itu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Saat tiba di tempat dimana sharelock berakhir.

Disana hanya ada sebuah rumah tua bahkan di sekitarnya ditumbuhi rerumputan rimbun. Dia segera bergegas membuka pintu dengan mata elangnya dia mewaspadai sekeliling.

Perlahan-lahan Stevan berjalan tanpa suara wajah Stevan nampak khawatir akibat seseorang menelepon dia tadi.

"Oi kau dimana sialan?! Jangan sentuh putra kecilku dengan tangan kotormu!" kesal Stevan.

Beberapa kali Stevan mendobrak setiap ruangan yang berada disana. Cuma ada ruang kosong saja tidak ada keberadaan sang anak. Ketika ruangan terakhir terbuka hal yang sama pun terjadi.

"Kau dimana bodoh?!" kesal Stevan.

Pria dewasa itu terbawa emosi akibat musuh mempermainkan dia menggunakan sang anak atas jaminan keselamatan dia sendiri. Stevan menelusuri setiap sudut ternyata ada bercak darah di beberapa detik bahkan ada sobekan sebuah kain.

"Baju adek," ujar Stevan mengambil sobekan baju tersebut.

Stevan mencium sobekan baju tersebut. Dia mencari kearah belakang rumah untuk mencari petunjuk dimana sang anak berada.

Save My Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang