21 (aksi kejam)

1K 94 6
                                    

Di keheningan malam dimana semua makhluk hidup tengah terlelap tidur dengan mimpi indahnya. Sebuah rumah terlihat sangat jelek di luar ternyata menyimpan ruangan super besar di dalamnya. Disana ada sosok Stevan bersama tangan kanannya Edward. Mereka tengah memperhatikan aksi beberapa pria menyetubuhi seorang wanita dewasa. Suara laknat terdengar sangat jelas di telinga mereka berdua.

Bahkan para pria yang tengah aksi berpesta penuh hasrat itu sekali-kali menggoreskan luka di tubuh wanita itu. Stevan diam saja memperhatikan semua tindakan anak buahnya. Memang setiap penjahat yang berurusan dengan Stevan akan diperlakukan berbeda.

Bagi penjahat pria biasanya diurus oleh Stevan atau Argo. Kalau penjahat wanita akan diurus oleh anak buah Stevan yang kelebihan hormon.

Mereka tidak sembarangan berpesta ria. Namun mereka sekali-kali menyutikkan suatu cairan atau melukai tubuh sang korban. Perlakuan kejam mereka akan terus berlanjut hingga korban tiada.

Merasa korban mulai tidak berdaya mereka berhenti melakukan tindakan memuaskan hasrat. Mereka membungkukkan badan kepada Stevan sebelum pergi.

Sang bos berdiri dari tempat duduknya menuju tempat dimana sang mangsa berada. Tak lupa Stevan menutup tubuh wanita itu dia malas melihat tubuh polos wanita itu.

Wanita itu menatap Stevan dengan tatapan tajam. Tindakan wanita itu memancing emosi Edward yang langsung memukul kepala wanita tersebut. Tidak suka akan tindakan kurang ajar wanita tersebut.

"Kau tahu kesalahanmu apa?" tanya Stevan dingin.

Wanita itu menggelengkan kepalanya yang serasa mati rasa. Lidahnya telah dipotong oleh salah satu anak buah Stevan sebelum pergi dari ruangan tersebut. Bahkan beberapa anggota tubuh wanita itu tergeletak di bawah ditambah darah segar menetes.

"Dengan seenaknya kau memukul kepala putra bungsuku hingga dia pingsan." Stevan bahkan malas menatap wajah wanita yang beraninya membuat luka bagi buah hatinya. "Ed habisin dia dan berikan kepada anjingku," ujar Stevan.

Edward menjalankan perintah Stevan. Dia menembak wanita tersebut beberapa kali hingga tewas. Selesai melakukan hal tersebut dia memberikan kode kepada salah satu penjaga untuk membedah tubuh wanita tersebut.

Pria itu mulai membedah tubuh wanita tersebut. Stevan melihat saja dia memerintahkan agar organ vital diambil dan dituruti oleh sang pria.

Beberapa organ vital yang telah dipisahkan dari tubuhnya ditatap penuh minat oleh Stevan. Edward menatap malas mata antuasis Stevan.

"Yuk ke pasar gelap lumayan harganya," ajak Stevan kepada Edward.

"Iya baiklah," sahut Edward.

Mereka berdua pergi begitu saja membiarkan mayat wanita tergeletak begitu saja. Di tempat lain ada sosok Argo tengah menghajar seseorang hingga babak belur. Wajah ketakutan orang-orang tidak dipedulikan oleh Argo sama sekali.

Hingga melihat orang tersebut tidak sadarkan diri Argo baru menghentikan aksi brutalnya. Di kejauhan ada sosok Rimba dengan santai dengan menikmati cemilan bersama Kevin yang terlihat baru saja selesai menangis. Di pipi kanan Kevin ada sedikit luka gores.

"Abang yuk ke kamar rawat adek!" ajak Rimba kepada Argo sang abang.

"Kak Rimba gendong!" pinta Kevin kepada Rimba.

Rimba tersenyum dia menggendong sosok Kevin balita berusia empat tahun. Tak lama Argo mendekat dia dan pergi menuju ruangan rawat adik kecilnya.

Di ruang rawat Fano balita itu menatap bingung kehadiran keluarga besar Jovetic. Namun dia tidak melihat kehadiran kedua kakaknya dan sang ayah.

"Mama! Papa, abang sama kakak dimana?" tanya Fano kepada sang ibu.

"Abang sama kakak tengah menemani mas Kevin membeli jajan dulu. Paling sebentar lagi mereka akan datang," ujar Lusi mengelus rambut Fano.

"Aku bosan disini," keluh Fano.

Dia tidak suka berada di rumah sakit terutama jarum infus yang membuat dia sulit bergerak kemanapun. Perasaan sebelum dia kehilangan kesadaran masih berada di taman kota.

"Ada orang jahat memukul kepala adek makanya sekarang sedang dihukum papa," ujar Lusi.

Suara rusuh terdengar tak lama ada beberapa anak kecil menerobos masuk ke ruangan rawat Fano. Mereka itu Bryan, Indra dan Bobby ketiga kakak dari Kevin.

"Lho kok adikku tidak ada disini?" bingung Bobby.

Terlihat dari penampilan mereka pasti baru saja pulang sekolah. Melihat kehadiran Lusi mereka dengan kompak salim kepadanya.

Suara derap kaki datang membuat mereka melihat kearah belakang ternyata ada sosok kedua kakak sepupunya bersama Kevin. Bobby mengambil alih Kevin dari gendongan Rimba. Tindakan Bobby hanya dibiarkan oleh Rimba dia juga tipe kakak yang cukup posesif.

Dengan cepat Rimba naik ke ranjang rumah sakit dimana Fano berada. Dia memeluk tubuh sang adik sangat erat membuat Fano sedikit kesulitan akibat ulah sang kakak.

"Rimba longgarkan pelukanmu. Kasihan adek," nasihat Argo.

Rimba menatap wajah Fano terlihat jelas wajah putih bersih Fano memerah. Dia sedikit melonggarkan pelukan dan mencium kedua pipi berisi Fano. "Maafkan kakak ya dek," ujar Rimba.

"Tidak masalah kakak," sahut Fano.

"Tangan abang kenapa terluka?" tanya Bryan kepada sang kakak sepupu.

"Oh ini karena aku habis menghajar seseorang," sahut Argo santai.

"Kau ini mirip ayahmu sekali," ujar Lusi malas.

Ayolah Lusi merasa setiap anaknya memiliki sifat dominan Stevan dibandingkan dirinya. Apalagi anak pertamanya benar-benar duplikat Stevan sekali.

"Wajar dong tante kan om ayahnya abang," sahut Indra.

"Kalau tidak mirip kan aneh," ujar Bryan.

"Kalian juga sama mirip Marcus," ujar Lusi.

"Lho ada apa nih?" tanya seseorang.

Disana ada sosok Marcus bersama sang istri di belakang Marcus ada Bram juga. Sementara Stevan masih asyik di pasar gelap menjual organ vital.

"Kudengar kakak ipar mengatakan bahwa keempat putra kita mirip seperti dirimu sayang," ujar Adeline.

"Bryan, Indra, Bobby dan Kevin darah dagingku hal yang wajar mereka mirip sepertiku," ujar Marcus.

"Oh iya kak dimana abang?" tanya Adeline tidak melihat kehadiran Stevan.

"Biasalah," sahut Lusi.

"Sepertinya Stevan tengah bersenang-senang di pasar biasa," ujar Bram.

"Pasar?" beo Rimba.

"Lain kali abang beritahu," ujar Argo.

"Ok," ujar Rimba.

Rimba kembali memeluk sang adik. Dia suka memeluk sang adik menurut Rimba bau bayi Fano sangat khas jadi dia betah memeluk tubuh mungil Fano.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Minggu 25 Februari

Double update ya kan kemarin lupa update

Save My Brothers Donde viven las historias. Descúbrelo ahora