38. Hanya punggung yang rapuh

413 35 2
                                    

-HAPPY READING-

Di ujung koridor sekolah, Nafika dan Reo duduk dalam keheningan, menyelam dalam lautan pikiran mereka sendiri.

Semilir angin menyapu lembut, memeluk keheningan yang indah.

Akhirnya, Nafika memutuskan untuk memecah keheningan itu, meminta Reo untuk segera menceritakan apa yang diminta olehnya beberapa saat tadi.

Tarikan napas berat Reo membuat dahi Nafika mengkerut. Apakah itu adalah sesuatu yang sangat sulit diceritakan hingga terasa berat baginya?

"Tolong," katanya pelan.

Reo mengangkat kepala, menatap Nafika heran. Mengapa dia berkata seperti itu.

"Tolong ceritain ke gue, Reo. Gue mau tau setidaknya setengah cerita tentang masa lalu gue."

Pada akhirnya Reo tidak bisa menahan untuk mengabaikan tatapan Nafika yang selalu membuat hatinya luluh. Waktu mungkin berlalu, ingatan gadis itu juga ikut tersapu seiring berjalannya waktu, tapi, senyuman itu tak berubah.

"Mulai dari mana, ya?" Reo tertawa kecil. Sejak tadi dia memilah kata-kata yang tepat agar saat bercerita Nafika tidak terluka. Jujur, melihat setetes air mata dari gadis itu membuatnya ikut terluka.

"Dari awal gue kecelakaan bisa?" tanya Nafika ragu.

"Yeah, tapi gua ga jamin kalau lo bakal baik-baik aja setelah dengar itu. Bahkan sebaiknya lo ga perlu tahu."

Nafika menggeleng cepat. "Gue harus tahu, Reo."

"Iya, iya." Reo menghela napas singkat.

"Pada 27 maret 9 tahun yang lalu. Tepat pada hari ulang tahun Saga, lo kecelakaan," katanya dengan tatapan yang kosong. Tak ada emosi yang terasa dari setiap kata itu.

Nafika mengangguk mengerti. Jadi itu alasan mengapa dia terus bermimpi yang sama setiap maret. Tapi bagaimana bisa Nafika mengalami kecelakaan?

"Satu hari sebelum itu, lo ketemu Veya," ucap Reo.

"Veya? Ngapain?"

"Huft ... bisa dibilang pertemanan kita dengan tu cewek ditentang oleh nyokap gua. Jadi pada hari itu ..."

Flashback!

"Apa-apaan anak dari pembuangan sampah ini?" Rishe menatap gadis kecil dengan pakaian biasa itu dengan jijik. Dia langsung menarik putranya yang masih berusia 8 tahun.

Nafika kecil menggenggam tangan gadis kecil yang baru saja dihina oleh Rishe. "Dia anak baik, Madam, kami janji tidak nakal, jadi izinkan kami bermain dengannya."

"Oh? Sejak kapan kau pandai menilai baik buruknya seseorang?" Rishe melirik sinis anak kecil itu. "Jangan pikir hanya karena Reo menyukai gadis sepertimu, kau malah mengajaknya melakukan hal-hal menjijikan."

"Tapi—"

"Sejak awal, Reo berada di level yang jauh dari kau dan Saga. Tapi aku membiarkannya karena kalian anak-anak dari bawahanku. Tapi, untuk gadis buangan ini, jangan biarkan dia bermain lagi bersama Reo." Setelah mengatakan itu Rishe melenggang pergi meninggalkan anak-anak itu.

Dear Nafika badbaby sist!Where stories live. Discover now