29. Gadis masa lalu, kembali.

742 65 8
                                    

-HAPPY READING-

Kepulangan Dirga dan Aira di tengah masa sibuk sangat amat di nantikan oleh Nafika. Semuanya sibuk membicarakan mengenai perayaan ulang tahun Saga yang ke-17.

Menurut yang Nafika tahu, pada umur ke-17 tahun Saga akan mulai menerima pendidikan ketat mengenai penerus perusahaan. Jadi pada acara perayaan ulang tahun Saga tahun ini akan di hadiri banyak tamu penting dari para klien perusahaan Dirga.

Nafika memandangi kartu undangan yang ada di atas meja, menatapnya dengan penuh pertimbangan. Ini adalah ulang tahun yang sangat spesial bagi Saga, tapi Nafika ingin merekomendasikan beberapa orang untuk di ajak ke acara itu. Misalnya, beberapa anak dari sekolah mereka, dan teman-teman Nafika di sekolah lain.

"Ma?" Nafika memanggil ibunya ragu.

Aira yang sedang membaca jumlah tamu menoleh. "Ada apa?"

"Fika boleh undang temen Fika ke acara ulang tahun Saga?" Nafika bertanya hati-hati, menoleh ke arah Saga.

Aira ingin menjawabnya tapi Dirga menyela lebih dulu. "Boleh. Tapi acara kalian akan di pisah dengan tamu penting perusahaan. Jam dan waktu Saga akan dibagi jika kamu mau mengundang temanmu."

"Beneran nih?!" tanya Nafika penuh semangat.

Dirga tersenyum tipis dan mengangguk. "Papa akan menyewa penuh gedung agar bisa kita gunakan dengan bebas."

"Aaa, Fika cinta Papa!!!" Nafika segera berlari memeluk erat leher ayahnya.

Senyumnya merekah dengan sangat lebar. Dia sangat tahu bahwa ayahnya sangat menyayanginya, jadi permintaan kecil Nafika tidak akan membuatnya keberatan. Tapi tak lama Nafika tersadar sesuatu, yang menjadi tokoh utama pada acara ini adalah Saga. Apa tidak masalah jika Nafika mengundang teman-temannya tanpa persetujuan cowok itu?

Nafika melepaskan pelukan ayahnya, bertanya pada Saga yang sedari tadi sibuk menghapal nama tamu yang akan datang. "Gapapa, 'kan, kalau Fika undang beberapa orang?"

Saga mengangguk tanpa menatap Nafika. "Kalau Papa udah ngasi izin, ga ada alasan buat nolak."

"Huh! Bukan gitu, kalau Saga ngga suka, Saga bisa bilang!" Nafika mengerucutkan bibirnya. Saga ini amat patuh pada perintah orang tuanya, makanya terkadang Nafika mengajarinya hal 'bandel' untuk bersenang-senang.

Dirga mengelus rambut Nafika. "Saga pasti setuju. Semakin ramai, semakin meriah acaranya. Benar begitu, Nak?" Dirga menatap Saga sambil tersenyum tipis.

Saga mengangguk setuju. Tidak mengeluarkan sepatah kata bantahan atau penolakan. Sepanjang diskusi mengenai acara ulang tahunnya, atau kerap disebut sebagai 'sweet seventeen' Saga hanya mengangguk setuju atas perkataan kedua orang tuanya.

Mendengar persetujuan dari Saga membuat Nafika tersenyum lebar. Awal kepulangan Dirga dan Aira sebenarnya Nafika ingin menanyakan tentang masa kecilnya, tapi dia tidak ingin mengganggu kesibukan mereka untuk acara Saga.

Aira melirik jam tangannya. "Sudah hampir jam tujuh, pergi ke sekolah sana."

"Aaa, ga bisa bolos?" Nafika meminta sambil memelas. Dia ingin menikmati proses persiapan ulang tahun Saga malam ini.

"Tidak." Aira menolak tegas, berteriak memanggil Mang Diman untuk menyiapkan mobil mengantar Nafika.

Nafika menghela napas kesal, meraih tasnya dengan malas. "Padahal Fika mau pilih gaun yang bagus."

"Mama sudah pesankan sejak jauh hari. Kamu tidak perlu memikirkan hal seperti itu, cukup ikuti setiap perkataan Mama," jawab Aira menyerahkan kartu undangan untuk Nafika berikan pada teman-temannya.

Dear Nafika badbaby sist!Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum