13. Tuan Muda Reo

1.4K 98 170
                                    

-HAPPY READING-

Aksi kejar-kejaran part 2 berlanjut. Sepanjang koridor para murid menatap heran Nafika dan Reo yang berlari secepat kilat dikejar Ibu Weni. Wanita setengah baya itu mengejar para pencuri mangga yang bolos dengan rotan di tangan.

Nafika berlari sejajar dengan Reo. Napasnya tersengal. "Reo! Gue capek!"

Reo menoleh masih dalam posisi berlari. "Lah? Tadi waktu ngejar gua lo malah ga berkeringat sama sekali. Sekarang kenapa malah capek woi?!"

"Engga tau! Yang ngejar lo itu khodam gue." Nafika menjawab asal. Terus membujuk kakinya berlari. Hingga mereka tiba di ujung koridor. Berpapasan dengan Pak Adi yang baru saja keluar dari kelas Reo.

"Reo Gautama!" Suara bariton Pak Adi membuat Nafika dan Reo mengerem mendadak dengan wajah yang basah karena keringat.

Reo menelan ludah. Mereka berlari hingga kelasnya. Kelas paling ujung. Reo menyengir, menyalami punggung tangan Pak Adi. Merapikan seragamnya. "Eh, ada Pak Adi. Apa kabar, Pak? Mau beli apa? Saya traktir deh!"

Pak Adi menatap datar. Membenarkan posisi kacamata. "Kemana saja kamu? Berani sekali kamu bolos-"

"Ketangkap juga kalian!"

Belum selesai masalah ketahuan bolos oleh Pak Adi, kejaran Ibu Weni akhirnya sampai. Nafika dan Reo mengumpat dalam hati.

Pak Adi menghampiri Ibu Weni yang terlihat ngos-ngosan dengan tangan memegang rotan. "Ada apa, Ibu Weni?" Pak Adi bertanya.

Ibu Weni melirik tajam ke arah Reo dan Nafika. "Untung saja Bapak mencegah mereka berdua. Mereka bolos di jam pelajaran lalu memanjat pohon."

Mendengar itu Pak Adi ikut menatap tajam. Dua langganan nilai merah dalam mata pelajaran beliau. "Bagus jika begitu. Silahkan hukum mereka." Usai mengatakan itu Pak Adi langsung pergi meninggalkan Nafika dan Reo yang telah tertangkap.

"Ikuti saya." Ibu Weni memimpin jalan. Tujuan mereka adalah ruang BK. Nafika berjalan dengan kepala menunduk. Sedangkan Reo tetap santai. Penampilan cowok itu berantakan, baju dikeluarkan, rambut kusut. Untung masih ada poin plus. Ganteng.

Ibu Weni melangkah masuk ke dalam ruang BK. Duduk di kursi kekuasaannya sebagai Guru BK. "Duduk kalian berdua."

Nafika dan Reo menuruti titah Ibu Weni. Duduk menghadap beliau dengan meja sebagai pembatas.

Tatapan tajam Ibu Weni membuat keduanya diam tak berkutik.

"Bagaimana rasa mangganya, enak?" Ibu Weni bertanya datar. Basa-basi.

Nafika menyengir. Mengangguk canggung. Sayang sekali mangga miliknya tadi terjatuh saat berlari. Nafika melirik sekilas Reo yang sedang melakukan aksi tidak terpuji-ngupil.

"Jorok banget sialan!" Nafika mengumpat dalam hati. Menginjak kaki Reo.

"Ah! Sakit bego." Sontak Reo langsung meringis mengelus kaki. Mengabaikan Ibu Weni yang menatap tak bersahabat kedua orang itu.

"Lo jorok banget!" Nafika mengeluh sambil bergidik jijik.

Reo mendengus, melanjutkan aktifitasnya. "Alah, kayak ga pernah aja."

Dear Nafika badbaby sist!Where stories live. Discover now