37. Ini kisahmu, kamu berhak tau

368 33 10
                                    

Vote dong ah, jangan jadi pembaca gelap.

-HAPPY READING-

Tubuh yang masih gemetar karena terkejut itu kini menjadi lebih stabil. Matanya yang berkaca-kaca menangkap orang yang kini menatapnya penuh dengan kebencian.

"Ini serius gue ditampar tanpa tau apa alasannya?" tanya Nafika menahan tangis.

Saga masih menatapnya dingin, tidak ada rasa bersalah di hatinya, bahkan seolah hal itu memang pantas diterima oleh Nafika.

"Ngomong apa lo ke Mama?" Saga akhirnya bertanya.

"Apa?"

"Gua tanya, lo ngomong apa ke Mama?!" Volume suaranya meninggi lagi.

Nafika benar-benar tidak mengerti. Apa maksudnya 'apa yang Nafika katakan pada Aira?' Apakah mengenai keluarganya yang sebenarnya?

"Gue ..."

"Lo benar-benar ga bisa hidup tanpa merusak keluarga gua?"

Nafika semakin tak mengerti. Keluarga Saga? Apakah maksudnya keluarga mereka?

"Gue ngga tahu apa pun, Saga. Lo kalo ngomong yang jelas!" Nafika tersulut emosi karena perkataan Saga yang susah dimengerti.

Saga mengepalkan tangannya, rahangnya kembali mengeras. "Lo benar-benar nyusahin. Lo ngancurin keluarga gua lagi, Fika!"

"Keluarga apa yang lo maksud? Keluarga kita? Atau mendiang keluarga lo?!" Suaranya kini setara dengan suara Saga.

Apa-apaan maksud dari orang yang ada dihadapannya ini? Dia datang tiba-tiba lalu menamparnya, dan mengatakan bahwa dia menghancurkan keluarga laki-laki itu?

Saga mencengkeram kedua bahu Nafika dengan keras, matanya menyala dalam kemarahan yang membara. "Mama minta cerai! Gua yakin itu karena lo, kan?!" desaknya dengan suara gemetar oleh amarah yang tak terbendung.

Nafika terdiam.

"Kenapa lo selalu merusak keluarga gua, Fika?" lanjut Saga, suaranya bergetar oleh kekecewaan yang mendalam.

"Dulu lo buat keluarga gua hancur, sekarang lo bikin keluarga gua hancur lagi," tambahnya. Nafika hanya bisa menatap ke bawah, terdiam oleh keberatan yang tak terucapkan.

Nafika menggeleng tak percaya, kehilangan kata-kata. "Ini bohong, kan? Bilang ini gak benar ..."

"Semua gara-gara lo, Fika. Harusnya lo mati aja waktu itu. Dengan begitu gua ga perlu merasakan sakit ini," desis Saga dengan penuh kebencian.

"Lo benar-benar suka merusak keluarga gua? Kenapa ga sekalian lo bikin gua mati?"

Nafika semakin kehilangan kata-kata yang ingin dia lontarkan. Kata-kata jahat apa yang Saga katakan padanya? Kenapa rasanya begitu pedih. Kepalanya bahkan tertunduk sambil meremas jemarinya.

"Gua bahkan menyesal pernah berharap lo tetap hidup."

Kata-kata tajam itu tak berhenti keluar dari mulut Saga, seolah itu adalah mantra yang harus diucapkan terus menerus untuk melukai hati Nafika. "Mati aja kalau lo cuma bisa bikin orang menderita."

"Udah puas nyalahin gue?" Nafika akhirnya mengangkat kepala menatap Saga sayu. "Kenapa lo nyalahin gue tanpa cari tahu kebenarannya?"

"Lo bilang kalo gue yang bikin Mama minta cerai? Gue yakin, lo tahu kenapa Mama ngga betah sama Papa," ucap Nafika sambil menghapus kasar air mata yang berhasil lolos.

Dear Nafika badbaby sist!Where stories live. Discover now