09. Gadis kecil di masa lalu

1.1K 96 38
                                    

-HAPPY READING-

Nafika turun dari mobil. Hanya selisih berapa detik dari Saga yang juga terlihat baru sampai di rumah.

Setelah semua kejadian di kantin tadi siang. Situasi antara mereka berdua benar-benar canggung. Saga mengalihkan pandanganya berpura-pura tak melihat Nafika yang baru saja turun dari mobil.

Melihat Saga yang menghindar Nafika ikut menundukkan kepala. Sesekali dia memperbaiki posisi jepit rambut yang sedang dia pakai. Kemudian melangkah menyusul Saga yang telah masuk lebih dulu ke dalam rumah.

Tepat ketika Nafika melangkah masuk, Aira berteriak panik melihat wajah Saga yang lebam. Wanita itu yang tadinya fokus menonton televisi mendadak mengalihkan perhatiannya ketika Saga masuk ke rumah dengan keadaan babak belur.

Langkah Nafika terhenti. Dia hanya berjarak tujuh meter dari Saga yang sedang mencoba menenangkan kepanikan Aira.

"Ma, Saga baik-baik saja. Jangan khawatir," ucap Saga mencoba menenangkan Mama.

Aira menggeleng tegas. Wajahnya terlihat marah dan cemas. "Baik-baik dari mana, Saga? Wajahmu biru seperti ini, tidak ada yang baik."

Saga menggaruk kepalanya. Jika Aira sudah melihat Saga atau Nafika terluka, dia benar-benar menjadi ibu-ibu cerewet.

"Kamu berantem? Ya ampun, sudah Mama bilang jangan berantem. Lihat, kamu jadi luka seperti ini, bagaimana jika kamu mengalami patah rahang atau hal lain yang membahayakan?" omel Aira yang terus nyerocos panjang. Baru berhenti kala menyadari ada Nafika yang
menatap mereka.

"Eh, Fika. Kamu sudah pulang juga?" Aira segera bertanya. Mengangkat tangan menyuruh Nafika mendekat.

Nafika menyengir, kemudian menggeleng. "Fika mau ke kamar dulu, Ma. Badan Fika lengket banget, mau mandi."

"Eh? Tumben sekali." Aira menyeritkan dahi, "Apa kamu tahu Saga berantem dengan siapa, Fika? Biar Mama yang akan menghukum anak nakal itu!" Aira terlihat mengepalkan tangannya. Berjanji akan menghukum siapa pun pelaku yang berani memukul putranya.

Saga menghela napasnya. "Ma, Saga baik-baik saja. Saga hanya tidak sengaja terkena tinju murid yang sedang bertengkar ketika sedang menengahi mereka," jelas Saga bohong. Tentu saja dia akan berbohong, tidak mungkin dia menceritakan semuanya.

"Apa itu benar?" tanya Aira yang nada bicaranya mulai lembut. Saga mengangguk cepat sebelum Aira bertanya pada Nafika yang pasti tidak akan bisa berbohong dengan baik.

Aira menghela napas, puuh! Ternyata berat sekali menjadi Ketua Osis seperti putranya. "Kalau begitu mau bagaimana lagi. Lain kali kamu harus berhati-hati, Saga. Mama tidak mau kamu terluka lagi. Ingat itu?"

"Siap, Mama!" Saga menjawab mantap diakhiri kekehan kecil.

"Fika, kamu obati Abang," perintah Aira kala Nafika hendak melangkah pergi.

Nafika menghentikan langkah, menautkan alis. "Kok Fika? Bibi Dera mana?" Disaat kondisi hubungan Saga dan Nafika yang tengah renggang, bagaimana bisa Nafika akan mengobati cowok itu.

"Bi Dera sedang Mama suruh pergi ke pasar, jadi kamu saja yang mengobati Abang. Lagi pula kenapa kamu terlihat keberatan? Tumben sekali?" Aira bertanya menyelidik. Nafika? Tidak suka berdekatan dengan Saga? Mungkin itu akan masuk dalam barisan 7 keajaiban dunia.

Dear Nafika badbaby sist!Where stories live. Discover now