21. Pukulan calon mertua

657 31 15
                                    

Happy reading and sorry for typo

Masih di arena balap. Sekarang kondisi sudah sedikit tenang, ternyata suara tembakan itu berasal dari seorang pria dengan pakaian formal khas kantornya.

Dia adalah Nicholas Nixon, ayah dari Arraya Kalea Nixon.

Alasan Nicholas melakukan itu karna ia melindungi Raya-putrinya. Tadinya ia sudah sampai rumah namun saat melihat putrinya yang turun melalui balkon kamarnya membuat ia mengurungkan niatnya untuk masuk rumah, ia berpikir kemana putri akan pergi malam-malam seperti ini dengan cara keluar melalui balkon, kenapa tidak lewat pintu depan saja? Jelmaan uu aa kayanya om.

Saat putrinya sudah keluar dari gerbang, ia secara diam-diam ia mengikuti putrinya dengan mengandalkan alat pelacak yang ia pasang di salah satu benda yang selalu menempel di tubuh putrinya itu.

Ia sempat marah saat mengetahui tempat apa yang didatangi putrinya ini, namun ia membiarkannya sampai terjadi hal yang membahayakan ia langsung bertindak, seorang pemuda yang tadi sempat menjadi peserta balapan namun kalah itu nampak akan melemparkan sebuah pisau kearah Raya dan dengan gerakan cepat ia mengeluarkan pistol disakunya dan menembakkannya tepat pada tangan si pemuda itu hingga pisau digenggamannya terjatuh ke aspal.

Hingga saat ini ia sedang duduk bersama dengan pemuda itu beserta teman-temannya, dan juga seorang pemuda lainnya yang tengah berbincang dengan Raya-putrinya.

"Katakan, apa alasan kamu ingin melukai putri saya." Tanya Nicholas-ayah Raya.

Nicholas menghunus tajam pemuda yang sedang menatapnya dengan pandangan kesal bercampur takut yang terlihat kentara dipandangannya, disamping pemuda itu itu juga ada 3 pemuda lainnya yang tengah menundukkan kepalanya.

Melihat ketuanya yang enggan menjawab, Gio berinisiatif untuk menjawab, ia menegakkan kepalanya dan menatap pria berumur itu.

"Tuan, saya meminta maaf atas tindakan tidak mengenakan yang dilakukan teman saya kepada putri anda."

"Tidak, sebelum dia mengatakan alasannya."

Gio menghela nafas pelan, ia menoleh pada Zildan yang duduk disampingnya.

"Kalo lo masih gamau jawab, kita bakal disini seterusnya." ucapnya.

Zildan mendengus kasar, ia memalingkan wajahnya saat pria dihadapannya itu menyunggingkan senyumnya.

"Gue itu ga punya urusan sama lo, urusan gue sama si bajingan itu!" ucapnya sembari menunjuk pada Atlas.

"Dia menyetujui taruhannya, jika saya menang cewe itu jadi milik--"

"Kamu tidak memenangkannya." Sela Nicholas yang mengundang tawa bagi sebagian orang.

Zildan menggeram kesal, tangannya mengepal erat, ia melangkah pergi meninggalkan tempat itu tanpa berbicara apapun lagi.

"Biarin aja, yah." Ucap Raya saat melihat ayahnya mengeluarkan pistolnya lagi, ia segera mengambilnya dan menyembunyikannya dibelakang tubuhnya.

"Sekali lagi saya meminta maaf atas tindakan tidak sopan teman saya, saya permisi." Gio segera pergi menyusul Zildan.

Meninggalkan Alyan dan Petter yang masih berdiri kaku disana.

"Hey cewek, gue--"

"Apaan 'hei cewek' lo mau genit sama neng raya?!" potong Aksa.

Petter menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu mengaduh sakit saat Alyan yang disampingnya memukul keras punggungnya.

"Yang bener pe'a!" bisik Alyan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RayasWhere stories live. Discover now