13. Bertemu lagi

2.3K 68 9
                                    

Raya masih anteng duduk di sofa yang ada di rooftop sembari memakan roti coklat yang diberikan oleh Atlas beberapa saat lalu, dan Atlas yang saat ini sedang menghisap benda nikotin yang tak lain adalah rokok, Raya sempat berpikir untuk melarangnya namun jika dipikir lagi untuk apa ia melarang lelaki itu? Membuatnya lelah berbicara saja.

"Gue mau tanya dong,"

Atlas mengalihkan atensinya pada gadis di hadapannya yang sedang memainkan bungkus rotinya.

"Hm?" respon Atlas.

bezirlahh slkdjsdj

Raya berdehem sejenak, "Lo punya niat terselubung sama gue, kan?" tanya Raya, gadis itu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

Atlas mematikan rokoknya terlebih dahulu dengan menginjaknya, lalu menatap Raya dengan alis yang terangkat.

Bukannya menjawab, Atlas malah balik memberikan sebuah pertanyaan. "Apa yang bikin lo ga nyaman deket gue?" tanyanya.

Raya mengerutkan keningnya heran, "Gue mau jawaban dari lo, bukan pertanyaan dari lo." ucapnya.

"Sekali lagi, apa yang bikin lo ga nyaman deket gue?" ulang Atlas.

Raya tersenyum miring. "Sekali lagi, lo punya niat terselubung sama gue, kan?" ujar Raya.

Atlas semakin menatap gadis itu datar, menyebalkan sekali pikirnya.

Akhirnya, Atlas memilih untuk mengalah dengan menjawab pertanyaan dari Raya.

"Gue ga punya niat terselubung sama lo, gue deketin lo bukan berarti gue mau berniat jahat sama lo."

Raya menatap intens lelaki dihadapannya itu, ia tidak melihat adanya kebohongan dari perkataan itu, lantas ia pun mengangguk saja.

"Yang gue denger dari orang-orang, lo itu gasuka dideketin cewe, lo suka kasar sama cewe, dan banyak deh yang gue tau tentang lo, tapi--"

"Tapi lo ga pernah tau yang sebenernya pernah terjadi sama gue, sampai-sampai gue bersikap demikian sama mereka," potong Atlas.

"Las--"

"Gue tanya, pernah gue nyakitin lo?"

Raya menggelengkan kepalanya membuat Atlas menyunggingkan senyum tipisnya.

"Lo mau tau kenapa gue tiba-tiba deketin lo?" tanya Atlas.

"Karna, setelah pertemuan pertama yang terkesan buruk itu, rasanya gue pengen selalu ada dideket lo, dan saat ada dideket lo gue ngerasain hal yang udah lama ga gue rasain, dan lo jangan pernah punya niatan buat pergi dari gue, Ray. Gue benci kehilangan." ucap Atlas panjang lebar.

"Kalo semisal lo penyebab gue pergi?"

"Jangan pernah kembali,"

"Kenapa?" kepo Raya.

Atlas berpindah tempat duduk ke samping gadis itu, ia menarik kepala raya agar bersandar di bahunya dengan ia yang mengelus rambut hitam legam milik Raya.

Raya diam, ia membiarkan perlakuan Atlas padanya selagi itu masih normal-normal saja.

Yang ga normal tuh yang begimana sih ray? -Author

Nyaman. Itulah yang Raya rasakan saat ini, rasanya ia ingin meminta kepada Tuhan untuk memperlambat waktunya agar ia bisa menikmati kenyamanan yang ia rasakan saat ini.

Sial. Apa yang ia pikirkan?!

Sentilan di dahinya membuat ia tersadar dari lamunannya, "Nanti kerasukan, gue lempar ke bawah sana." ucap Atlas dengan santai.

RayasDove le storie prendono vita. Scoprilo ora