14. Perjalanan pulang

2.1K 63 8
                                    

Author comeback, yuhuuu

Sorry for typo and happy reading guys!!

⭐⭐⭐

"Oh ada yang nguping ternyata,"

Raya tersentak kaget mendengar itu. Ah sial! Ia ketahuan rupanya, ia menatap tajam lelaki itu yang saat ini berjalan mendekat ke arahnya.

Raya memberikan intruksi 'berhenti' menggunakan tangannya agar lelaki itu berhenti berjalan, "Stop, lo terlalu kepedean, gue baru selesai berak dan baru aja keluar dari toilet, nguping apaan? Ga penting!" balas Raya dengan tenang.

Lelaki itu memberikan tatapan menyelidiknya, "Lo kira gue bodoh? apa aja yang udah lo denger?" tanyanya dengan memberikan tatapan tajamnya.

Raya menghela nafasnya, ia hendak berjalan melewati lelaki itu, namun cekalan pada pergelangan tangannya membuat langkahnya terhenti.

Ia menghempas kasar lengan itu, "Apa sih? Gue bilang abis berak juga, masih ga percaya aja!" ucap Raya kesal.

"Oke, gue percaya," ucap lelaki itu yang membuat senyum Raya terbit.

"Raya? Lo kenapa?"

Seseorang datang menghampiri mereka, dan menatap bingung kedua orang itu. Cila, gadis yang waktu itu bertemu dengannya ditaman saat dikejar warga karena mencopet (part 9).

"Eh kang copet, lo pindah lokasi ke mall ini?" sapa Raya dengan asal.

Cila menatap kesal Raya, "Gue cekik lo!" ucapnya.

Lalu, pandangan Cila tertuju pada lelaki yang berada di samping Raya, si teman barunya itu. Ia mengerutkan dahinya saat merasa mengenal lelaki itu, tak lama dari itu ia melihat lelaki itu menganggukkan kepalanya seolah memberikan kode kepadanya, untung ia pintar jadi ia mengerti.

Tidak tahu saja mereka, jika Raya menyadari itu semua walaupun wajahnya terlihat seperti tidak peduli.

"Temenin gue makan, yuk! Sekalian gue mau traktir lo juga," ajak Cila.

Tanpa pikir panjang, Raya pun menganggukkan kepalanya dan menarik lengan Cila menuju restoran tempat dirinya dan Atlas akan melakukan makan malam.

Oke, lupakan lelaki itu.

"Sorry Ray, gue harus balik sekarang deh kayanya," ucap Cila menatap tak enak pada Raya yang terlihat murung.

Saat ini keduanya masih berada di pintu restoran, namun entah mengapa Cila tiba-tiba saja pamit ingin pulang, padahal tadi gadis itu mengajaknya dengan semangat.

"Lo gak punya duit ya? Yaudah, balik aja sana!" ucap Raya kesal, ia seperti dapat undian tapi saat akan ditukarkan sudah tidak berlaku.

Cila sedikit kesal mendengarnya, padahal saat ini ia memegang dua kartu hitam miliknya, tapi karena ada suatu hal, membuat dirinya lebih baik pergi saja.

"Bye bye! Lain kali deh!" ucap Cila sebelum menghilang dari pandangan Raya.

"Udah nyopet, bohongin gue lagi." gumam Raya.

Heran sebenarnya, kenapa Cila seperti menghindari sesuatu?

Raya berjalan menuju mejanya tadi, Atlas yang merasa ada yang mendekati mejanya pun mendongak mengalihkan atensinya dari ponsel ditangannya.

"Lama," kesalnya

"Sorry, gue dapet antrian 30 buat bisa masuk toilet." jawab Raya yang dibalas tatapan malas oleh Atlas.

Ada-ada saja Raya ini.

Mereka pun mulai memakan makanan yang sudah tersedia hingga memenuhi meja mereka itu.

Raya nampak melamun sembari menguyah puding mangga yang dipesannya tadi sebagai penutup, tiba-tiba saja ia merasa khawatir dengan Atlas, perasaannya mengatakan jika pembicaraan lelaki itu tertuju untuk pacarnya, Atlas. Tapi ia tidak yakin, siapa tau hanya perasaannya saja 'kan?

Tepukan dipundaknya membuat ia berjengkit kaget, ia menatap kesal Atlas si pelaku.

"Kenapa sih?"

"Ada yang ganggu pikiran lo, hm? Bilang sama gue, lo kenapa?" tanya Atlas sambil menatap lembut pada Raya.

"Sebenernya...pudingnya terlalu asem, apalagi pas liat muka lo," Dengan kurang ajarnya Raya menjawab sembari menatap santai Atlas.

Seketika tatapan lembut Atlas berubah menjadi tatapan datar, padahal ia sudah berperan sebagai pacar yang baik untuk gadis itu tapi jawaban Raya malah diluar prediksinya, bahkan diluar prediksi BMKG.

Setelah menyelesaikan acara makannya, kini mereka berada diperjalanan menuju rumah Raya untuk mengantarkan gadis itu pulang.

Di dalam mobil Atlas, lelaki itu fokus menyetir dengan sesekali melirik ke arah Raya yang sedang menatap jalanan melalui jendela mobil, ia cukup heran melihat keterdiaman gadis itu semenjak kembali dari toilet tadi.

"Ra--"

Prang!

Kaca mobil bagian belakang pecah akibat lemparan batu dari seseorang, jalanan yang mereka lewati sekarang adalah jalanan yang cukup sepi sehingga tidak banyak orang yang berlalu lalang disini, apalagi mengingat waktu yang sudah cukup larut malam.

Atlas menggeram marah melihat itu, bukan masalah mobilnya yang rusak tapi disini ia sedang bersama gadisnya dan itu pasti akan membahayakan keselamatannya, jika masalah mobil ia bisa membelinya lagi.

Raya yang hendak tertidur pun langsung tidak mengantuk lagi mendengar suara nyaring itu, untung saja tidak ada pecahan kaca yang mengenai mereka berdua.

Ia menoleh pada Atlas yang terlihat menahan amarahnya, Raya menoleh ke belakang dan benar saja, banyak motor yang mengikuti mobil yang mereka tumpangi sekarang.

"Mereka ngikutin kita, las." ucap Raya memberitahu.

Atlas melirik spion mobilnya, benar apa kata Raya. "Pegang seatbelt-nya, gue mau ngebut." ucap Atlas seraya melirik pada Raya yang terlihat biasa saja.

Raya mengikuti intruksi Atlas, ia memegang seatbelt dengan kencang, sesekali menoleh ke belakang untuk melihat pelaku pengejaran itu yang sepertinya semakin banyak jumlahnya.

"Hubungin Kenzo sekarang!" titah Atlas tanpa menoleh pada Raya.

Raya mengangguk, ia mencari nomor Kenzo, namun saat akan menekan ikon telpon ponselnya malah jatuh lantaran Atlas mengerem mendadak mobilnya.

Raya berdecak kesal, "Ngapain rem dadakan?!" tanyanya.

Pandangannya melihat ke depan, ternyata orang-orang itu menghadangnya, sepertinya ini alasan Atlas rem mendadak.

Atlas tak menghiraukan ucapan Raya.

"KELUAR LO PENGECUT!" Teriak salah satu dari mereka yang saat ini berdiri didepan mobil Atlas dengan sebuah tongkat bisbol ditangannya.

Atlas menoleh pada Raya. "Jangan takut, selama ada gue lo pasti baik-baik aja." ucapnya lalu mengecup singkat kening gadisnya.

Si gila ini batin Raya yang geram dengan kelakuan Atlas yang tidak tahu situasi walaupun perasaannya jadi sedikit tenang, sedikit.

"WOI ANJING! KELUAR LO!"

"Gue gaakan kenapa-napa, lo jangan khawatir, dan jangan keluar mobil apapun kondisinya." peringat Atlas sebelum benar-benar keluar dari mobilnya.

Tapi sepertinya lelaki itu melakukan kesalahan dengan lupa mengunci pintu mobilnya.

Waduh si Atlas kelupaan ga kunci pintu mobilnya, aman gak ya neng raya? Hm...kita tunggu di next part.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sayang-sayangkuu 💗

Sabtu, 10 Februari 2024

RayasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang