38 // Our Road - END

890 174 14
                                    

Dengan bantuan Arif, Mabel bisa memasuki area tempat Ratna melakukan kampanye. Bersama Bas, dia melihat dari kejauhan bagaimana Ratna berinteraksi dengan para konstituen. Ibunya mengobrol, membantu membuat kerajinan, tertawa, bahkan makan bersama para warga. Tidak nampak sosok Ratna yang begitu dingin pada anak kandungnya sendiri. Yang terlihat adalah sosok Ratna yang sangat membumi, menjadi perwakilan rakyat terbaik.

Mengingat Ratna adalah sosok yang cukup terkemuka, di ujung kegiatan, Ratna telah siap untuk bertemu para wartawan. Wartawan yang memang kenalannya dan sengaja diundang untuk meningkatkan citra positif Ratna, juga wartawan yang hanya sekedar bertugas mencari berita.

Ketika wartawan telah berkumpul di satu titik dan menunggu Ratna, Mabel sengaja memanfaatkan kesempatan itu. Ratna masih bersiap pasca acara, merapikan pakaian atau apa. Mabel lah yang sengaja menghampiri lebih dahulu.

Sontak, para wartawan yang sudah mengetahui siapa Mabel sebenarnya, begitu antusias menyambut kehadirannya. Mabel pun memberikan senyuman, menunjukkan bahwa dia memiliki sesuatu untuk disampaikan.

"Apa kabar awak media semuanya?" Mabel menyapa, manis.

"Baiiik," beberapa kompak menyahut.

"Bagaimana kehamilannya, Mbak Mabella?"

Pertanyaan yang ditunggunya.

"Saya hadir di sini untuk menunjukkan dukungan kepada Mama. Tapi karena pertanyaan itu muncul, mungkin ini memang waktu yang tepat. Dengan sangat berat hati, saya dan suami saya terpaksa mengumumkan bahwa saya telah keguguran. Janin saya tidak berkembang sehingga sebulan lalu saya terpaksa dikuret. Ini adalah berita yang sangat menyedihkan bagi Mama, saya, dan suami. Apalagi ketika saya telah merasakan janin tersebut tumbuh dan menjadi bagian dari hidup saya."

Beberapa wartawan merengut sedih. Berita kematian tidak pernah mereka sukai.

"Saya mohon doanya. Agar kami kuat untuk melepaskan janin yang–walaupun tak pernah lahir–akan selalu menjadi bagian dari keluarga kami. Saya dan suami masih berusaha untuk memiliki anak. Kami ingin memiliki anak yang akan kami banggakan dan bahagiakan. Jika masih ada yang meragukan keabsahan cerita saya, dipersilakan untuk mengecek sendiri ke rumah sakit." Mabel tersenyum manis tapi dalam suaranya terkandung ancaman. Bahwa jika ada yang berani-berani meragukannya, mereka sendiri yang kena batunya.

"Sebagai penutup, saya ingin menegaskan satu hal. Saya dan Mama adalah dua orang berbeda. Saya adalah seorang desainer interior sekaligus seorang istri. Sementara Mama adalah seorang wakil rakyat yang punya tanggung jawab besar bagi Indonesia. Lihatlah kami sebagai diri kami seutuhnya. Dukunglah Mama atas sifatnya, keinginannya, kerja kerasnya, dan rasa sayangnya untuk negeri. Bukan karena latar belakangnya ataupun keturunannya. Saya akan selalu mendukung ibu saya sendiri. Tapi sekali lagi, kami punya kehidupan masing-masing." Mabel sengaja mengucapkan ini. Dia tak mau lagi dikaitkan dengan ibunya, menjadi faktor naik turun suara ibunya. Para awak media harus memahami itu dan meninggalkan hidup Mabel. Yang perlu mereka perhatikan hanya Ratna.

"Itu saja. Terima kasih." Mabel kembali memberikan senyumannya, kemudian berbalik menghampiri Baskara yang menunggunya di belakang. Para wartawan masih ingin menanyai Mabel tapi beberapa petugas sigap membatasi interaksi mereka.

"Neng Mabel bisa menunggu di ruangan lain sementara Ibu yang akan menemui wartawan." Arif mengusulkan.

Mabel menyetujuinya, dia masih punya hal yang ingin disampaikan pada ibunya.

Setengah jam kemudian, Ratna memasuki ruangan yang diisi oleh Mabel dan Bas. Arif pasti sudah menceritakan tentang Mabel yang menunggunya, sehingga saat Ratna masuk, wajahnya tertekuk.

"Ada apa?" Tanyanya ketus. Sadar bahwa dia juga tak bisa dengan mudahnya memarahi Mabel lagi karena sekarang putrinya sudah menemukan keberanian yang selama ini hilang.

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now