12 // Strictly Prohibited*

1.1K 221 18
                                    

Hasil pemeriksaan kesehatan reproduksi mereka keluar dua hari kemudian. Keduanya dinyatakan sehat walafiat sehingga tidak ada alasan medis yang bisa mencegah mereka untuk punya anak. Begitu menerima hasil dari laboratorium, Mabel segera memotretnya dan mengirimkan kepada Ratna.

Ibunya hanya membalas dengan satu kata. Bagus.

Namun tentu saja, dokter memberi wejangan jika mereka memang ingin segera memiliki anak. Istirahat yang cukup, jaga asupan makanan, jaga kesehatan, jangan stres. Susah-susah gampang untuk dijalani.

Tapi dengan adanya hasil tes, jujur sebenarnya Mabel jadi lebih tenang. Setidaknya tuduhan dari orang-orang yang tak berdasar sudah berhasil dibantah secara otentik. Namun tentu saja tidak semudah itu. Tapi bukti yang jelas bahwa dia hamil dan melahirkan, gosip tetap beredar dan ibunya tetap tak puas.

Mabel pulang ke rumah setelah bekerja dan kaget mendapati bahwa mobil Bas sudah berada di parkiran. Seingatnya, Bas tidak bekerja dari rumah hari ini. Didorong rasa penasaran, Mabel bergegas menuju kamar.

Di sana, didapatinya Bas sedang merapikan pakaian di depan cermin. Seperti baru selesai mandi.

"Bas? Kamu udah pulang? Atau mau ada acara lagi?"

Mabel masuk ke kamar, menaruh tas, menghampiri Bas, lalu melihat penampilannya dari atas ke bawah.

"Kita yang ada acara lagi. Aku udah ajak kamu lho," Bas nyengir. "Coba liat HP kamu."

Mabel yang kebingungan. Tadi memang Bas bertanya jam berapa Mabel akan pulang. Sudah dijawab pula. Setelah itu ponselnya disimpan terus di dalam tas.

Baskara Adhitya:

Aku sudah pesan tempat. Kita makan di luar yuk?

"Oh. Aku baru baca." Mabel menunjukkan layarnya ke Bas.

"Pantes. Aku sudah siap. Kamu mau istirahat dulu atau langsung pergi?

Melihat Bas yang rapi dan wangi, Mabel merasa dirinya lusuh sekali.

"Cantik kok," Bas menambahkan, seperti paham pemikiran Mabel.

Tapi Mabel tidak sependapat, dia menggeleng. "Aku mandi dan dandan dulu. Nggak akan lama." Mabel pun melesat ke kamar mandi.

Bas mengangkat bahu. Dua bulan menikah, dia tahu yang dimaksud Mabel 'nggak akan lama' akan menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk mandi dan berdandan.

Namun akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju tepat waktu. Keduanya bergandengan saat menuju restoran yang sudah direservasi. Beberapa langkah menuju pintu, telepon masuk ke ponsel Bas, membuatnya berhenti.

"Dari Mas Indra, atasanku. Kamu masuk duluan. Meja atas nama Mabella."

Mabel menurut, melangkah masuk disambut petugas.

"Selamat malam Bu. Sudah booking?"

Sebenarnya Mabel tidak suka dipanggil ibu. Rasanya dia tidak tua-tua amat. Wajahnya juga rutin melakukan perawatan. Tapi mungkin aura usia 30an tidak bisa disembunyikan.

"Baik, Ibu. Tunggu sebentar, kami cek dulu mejanya."

Petugas pun melakukan panggilan melalui walkie talkie. Selagi menunggu konfirmasi, Bas tiba.

"Selamat malam, Mas. Sudah booking?"

Mendengar itu, mata Mabel langsung menyipit. "Saya kok dipanggil 'Ibu' tapi dia dipanggil 'Mas'? Memangnya kami terlihat seberbeda itu?"

Petugas itu tercengang, kaget tiba-tiba dikomplain.

"Eh."

"Panggil Pak aja, Mbak." Bas melangkah, merangkul pinggang Mabel. "Dia istri saya," ujarnya, disertai senyuman manis yang membuat petugas itu meleleh.

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now