10 // Goes Wet*

1.2K 233 13
                                    


"Kok tiba-tiba hujan sih?" Rita mengulurkan tangan, menerima tetesan air hujan di telapak tangannya. "Kayaknya tadi terang benderang."

Mabel berdiri di samping sahabatnya, juga melihat ke atas langit yang mencurahkan hujan begitu deras.

"Bukannya biasanya memang gitu? Kalau siangnya panas banget, biasanya sorenya hujan."

Saat ini Mabel dan Rita baru saja selesai mengadakan rapat dengan klien klinik kecantikan. Mereka akan membuka cabang baru di salah satu mall dan tertarik untuk bekerja sama dengan konsultan milik Rita dan Mabel.

"Lo baliknya gimana?"

Mabel tidak membawa mobilnya. Karena full meeting seharian, jadi tadi Mabel diantar ke kantor oleh Bas dan berpindah tempat menggunakan mobil Rita. Tadinya Rita akan mengantar Mabel sampai rumah, tapi Kiara mendadak harus segera dijemput.

"Gue masih bisa naik taksi. Tenang."

"Gue temenin sampai mobilnya datang."

Begitulah, Mabel dan Rita sama-sama menunggu di lobi. Padahal biasanya ada deretan taksi yang menunggu di depan mall, tapi sekarang kosong melompong. Mabel memesan via aplikasi, mendapat satu buah mobil, tapi tetap harus menunggu sekitar 15 menit.

"Muter," ujar Mabel, memperhatikan peta.

"Mana searah lagi jalan di sini tuh. Muternya lama." Rita berdecak.

"Lo duluan aja, Ta. Gue nunggu sendiri. Kasian Kiara kalau kelamaan dijemput."

Mulanya Rita sangsi, tak mau pulang lebih dulu meninggalkan Mabel. Tapi Mabel berkeres, jadi Rita pun menurut.

"Kabari gue kalau udah sampai di rumah, key?" Rita memeluk Mabel, mencium pipi kiri dan kanan, lalu bergegas kembali masuk ke dalam mall untuk menuju basement.

Mabel pun berdiri sendirian, menatap tetesan hujan yang turun begitu rapat dan mendengarkan bunyi hujan yang deras. Tanpa sadar, Mabel memeluk dirinya. Suhu semakin dingin sementara Mabel hanya mengenakan kemeja tipis.

Benar saja, 15 menit kemudian mobil pesanannya tiba. Area drop off mall ini tidak dinaungi kanopi sehingga Mabel terpaksa terkena tetesan hujan dalam upayanya masuk ke dalam mobil. Begitu aman di dalam mobil, Mabel memerintahkan agar supirnya segera menuju rumah yang tertera di Maps. Mabel pun mengabari Rita bahwa dia sudah di dalam mobil.

Perjalanan terasa lebih lama karena hujan menyebabkan beberapa titik menjadi lebih padat. Mabel tak mengeluh, dia mengisi waktu sambil membaca beberapa referensi desain interior dan interior yang cocok dengan warna Pantone tahun ini.

"Mbak, maaf."

Mabel mendongak. "Ya?"

Supirnya terlihat gusar dan gugup. Mabel pun baru menyadari bahwa mobil ini tidak bergerak, padahal tidak sedang macet.

"Mobil saya kayaknya mogok. Bensinnya keburu habis, Mbak. Saya pikir cukup sampai ngedrop Mbak."

Aduh. Adalah reaksi pertama Mabel. Tapi ekspresinya tetap dipertahankan datar.

"Rumah Mbak juga dikit lagi. Apa Mbak mau tunggu saya cari Pertamini dulu?"

Mabel membuka ponsel, melihat estimasi perkiraan jarak saat ini hingga ke rumahnya. Hanya tiga menit berjalan kaki. Lebih baik dia menerobos hujan saja daripada harus menunggu supir mencari bensin lalu menjalankan mobilnya lagi.

"Saya lanjut jalan aja, Pak." Mabel memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Melapisi ponsel dan iPad dengan barangnya yang lain. Sekilas Mabel melihat tas Charles & Keith yang dia pakai hari ini. Bukan tas termahal yang dia punya, tapi salah satu favoritnya. Untuk kali ini dia terpaksa merelakan jika tasnya terkena hujan.

Lovygdala (END - WATTPAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang