13 // Missing Real Partner

912 206 14
                                    

Mabel makan malam sendiri sekarang. Tidak benar-benar sendirian sih. Karena Mbak Ijah dan Mbak Teti masih di dapur. Yang satu menyiapkan kopi dan yang satu menyiapkan makan malam ke atas nampan. Baskara sudah pulang, tapi dia langsung melesat ke ruang kerja. Launching produk syariah start up-nya akan segera dilakukan di Jakarta. Jadi sekarang dia sedang melakukan persiapan final. Besok akan berangkat ke Jakarta untuk puncak peluncurannya.

"Misi Neng, saya antar makanan sama kopinya Pak Bas dulu," ujar Mbak Teti yang lebih muda.

Mabel menanggapi dengan anggukan. Di belakang Mbak Teti, Mbak Ijah mengantre untuk bicara dengan Mabel.

"Apakah Neng masih ada yang mau dibuatkan?" tawar Mbak Ijah.

"Nggak, Mbak. Sudah cukup. Mbak boleh istirahat saja," Mabel tersenyum. Mbak Ijah pun pamit.

Merasa makanannya tinggal sedikit, Mabel segera membereskannya lalu menaruh piring kotor di wastafel. Dia pun memasuki kamar dan menyalakan lampu. Masih gelap karena tadi Mabel langsung menuju dapur sepulang bekerja. Dia pun tak menunda lagi untuk mandi dan berganti pakaian, lalu segera bergelung di balik selimut. Niatnya, ingin menunggu Bas masuk sembari melihat-lihat Instagram, ternyata kantuk dengan cepat melandanya.

***

Hampir tengah malam saat Bas akhirnya bisa menyelesaikan persiapan di Bandung, sebelum besok benar-benar harus terjun ke lapangan di Jakarta. Badannya terasa pegal dan dia sudah membayangkan berendam air panas.

"Encok nggak nih gue mandi tengah malem?" gumamnya saat memasuki kamar.

Di sana dia melihat Mabel sudah tertidur lelap. Gerakannya terhenti, demi melihat Mabel bernapas pelan dalam tidurnya. Bas pun tersenyum, lalu melanjutkan perjalanan ke kamar mandi, berendam. Setelah siap tidur, Bas nekat menyelipkan tangan ke bawah leher Mabel, menariknya mendekat, sehingga Bas tidur sambil memeluk istrinya.

"Tiga hari dua malem nggak bisa begini," gumam Baskara, sebelum membaca doa tidur.

***

"Bas, barang-barang kamu udah dipacking?" Mabel mencolek-colek lengan Bas, membuatnya terbangun.

Pagi ini Mabel lah yang bangun lebih dulu. Sebelum mandi dan sarapan, Mabel melihat sekelilingnya, menyadari koper milik Bas masih anteng di tempatnya.

"Belum," Bas bergumam tanpa membuka mata, malah berguling ke samping dan memeluk guling.

"Ayo, kamu kereta jam sebelas. Mau bawa apa aja?" Mabel menarik koper, membukanya di lantai, lalu membuka lemari.

Karena suara-suara yang ditimbulkan koper, Bas pun membuka mata. "Kamu nggak ngantor?"

"Nanti aku ke kantor setelah antar kamu ke stasiun," Mabel menjawab selagi tangannya sigap mengambil beberapa pakaian. "Bawa baju formal berapa? Dua? Perlu suit atau kemeja cukup?"

"Eh?" Bas masih loading, tidak menduga Mabel yang akan membantunya packing. "Eeeh. Nggak usah. It's okay."

Buru-buru Bas bangkit dari tempat tidur, meraih pakaian di tangan Mabel. Dia tidak biasa dipersiapkan oleh orang lain. Biarpun sekarang sudah menikah, tapi karena mereka menikah dengan alasan... tertentu, Bas tetap tidak bisa berpikir bahwa Mabel perlu melakukan ini semua untuknya.

"Tapi..."

"Aman. Aman. Aku udah tahu mau bawa apa aja. Kamu mandi aja, oke?"

Mabel masih bingung. Perasaannya, dia harus membantu Bas packing, tapi yang dibantu malah menolak.

"Sarapan yang enak bakal membantu, Bel. Serius," Bas nyengir, bolak-balik mengambil baju dan menaruh ke koper.

Mabel tak punya pilihan. Dia pun turun untuk menyiapkan sarapan sebelum mandi dan berdandan.

Lovygdala (END - WATTPAD)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ