33 // From the Bottom of Your Heart

634 193 26
                                    

Untuk menghibur hati Mabel, Bas sengaja menyarankan agar mereka berwisata bersama teman-teman. Tidak perlu jauh-jauh, staycation di sekitar Bandung pun cukup. Mabel menyambut baik ide itu. Maka di akhir pekan, Bas menyewa empat kabin di sebuah tempat glamping di daerah Cikole. Satu kabin untuk Bas dan Mabel, satu kabin untuk Rita dan keluarganya, satu kabin untuk Refal dan Ali, dan kabun terakhir untuk salah satu sahabat Mabel juga yang Bas baru kenal. Namanya Mita, selama ini tinggal di Jakarta dan menyambut baik saat diajak berlibur di Bandung.

Tersedia tempat memasak dan api unggun bagi para penyewa. Bas sengaja memesan keempat kabin yang mengelilingi area api unggun sendiri. Ketika sampai di lokasi pukul dua siang, para wanita menyimpan barang bawaan sementara para pria menyiapkan bahan untuk memasak barbekyu nanti malam. Usai menyimpan barang bawaan masing-masing, Mabel, Rita, dan Mita juga Kiara berkumpul di kabin Mabel, sementara para pria, Bas, Refal, Ali, Rizal, berjalan-jalan atau menongkrong di sekitar daerah wisata ini.

"Seneng banget gue bisa liburan ke sini," Mita merebahkan diri di atas tempat tidur, mengangkat tangannya dan bergerak riang. "Kiara juga seneng kan?"

Orang dewasa dan anak kecil itu tertawa riang. Mita belum menikah dan tidak berniat menikah. Tapi dia senang bermain bersama anak-anak.

"Biasanya lo jalan-jalan kena macet ya," Rita menimpali. Dia memilih bersandar ke dinding sambil memeluk bantal.

"Mobil, kafe, belanja, mobil lagi." Mita memutar bola mata. "Anyway, ini ide siapa? Gue mau memuji yang punya ide. Lo, Bel?"

Mabel yang tadinya sedang menyediakan minuman, menggeleng, lalu duduk di lantai. "Ide Bas. Gue tinggal berangkat aja."

"Omooo. Suami berondong lo itu ya. Eh cerita dong. Lo bahkan nggak ngundang gue pas nikah. Tega."

"Lo lagi di Paris waktu itu monyong." Malah Rita yang sewot.

Mita pun tertawa. Mabel bercerita singkat tentang pertemuannya dengan Bas setelah dia disuruh menikah tiba-tiba oleh ibunya. Juga tentang bagaimana mereka memutuskan menikah dan bagaimana hubungan mereka sekarang. Tapi Mabel tidak bercerita tentang perjanjian yang mereka miliki. Sama seperti pada Rita, biarkan Mita juga tak tahu.

"Jadi kalian nikah karena emang pengen punya anak aja gitu?" Mita memandang Mabel dan Rita. "Tapi gue yang baru liat kalian kok nggak ngerasa begitu?"

"Maksud lo?" Mabel menyesap teh hangat.

"Guuurl, he's deeply in love with ya!" Mita mengangkat tangan, kepalanya bolak balik melihat Mabel dan Rita. "Really? Nggak ada yang sadar?"

"Bas sih memang effort banget ya ke Mabel. Bantuin begadang, nyamperin ke Karawang, jagain di rumah sakit..." Rita mengangguk-angguk.

"See!" Mita bersorak.

Mabel malah menggeleng. "Dia tuh emang baik aja, Mit."

"Astaga dragon, Mabella, are you blind?"

Rita terkikik. Sudah lama tak mendengar kefrontalan Mita. Biarpun mereka kenal karena Mabel, tapi Rita langsung cocok dengan Mita. Mita bisa mengeluarkan sikap atau kata-kata yang tak berani disampaikan Rita, apalagi Mabel.

"Ini karena lo tiap hari ketemu sih ya jadi nggak bisa ngeliat perubahan. Sekali liat aja gue tahu kok Baskara cinta sama lo. Emangnya dia nggak pernah bilang?"

Mabel menggeleng lagi. "Pernikahan kami dimulai bukan karena cinta. Jadi gue sangsi akan ada kata cinta terucap dari kami."

"Kalau gitu gue harus ingetin si Baskara." Mita melipat tangan.

"Nggak usah, Mit." Rita tertawa. "Itu kan harusnya di Bas sendiri yang sadar."

"Lo bener. Ya udah gue sindir aja."

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now