35 // Local Prisoners

616 167 26
                                    

"Kamu..." Ratna benar-benar murka tapi tidak ada yang bisa dia katakan. Di dalam hatinya, Ratna tahu bahwa Bas benar. Dia tak punya siapapun lagi selain Mabel. Sebagian dirinya ingin mempertahankan Mabel, tapi dia tidak tahu caranya. Dia malah terus melakukan hal-hal yang membuat Mabella semakin jauh dari dirinya.

Entah harus mengatakan apa sekaligus marah karena menantunya berani membentak, dada Ratna naik turun. Tangannya mengepal erat.

Mabel mulai terisak, dia menarik kaos Bas, memintanya duduk. Bas menoleh, ketika dilihatnya Mabel yang menangis, Bas berniat duduk dan memeluknya.

"JONOOOOOOO!"

Ratna mendadak berteriak. Teriakannya memekakkan telinga. Seketika Mabel tersentak dan Bas batal memeluk Mabel. Dia kembali berdiri dengan waspada.

Seorang laki-laki berpakaian hitam mendadak masuk. Meskipun badannya tidak tinggi besar atau wajahnya menyeramkan, tapi auranya membuat Bas sedikit tercekat. Dia pasti bodyguard Ratna.

"Bawa anak saya ke rumah." Perintah Ratna tegas,

Bas gelagapan. Apa maksudnya itu?

Jono melangkah lebar, menghampiri Mabel dan dalam sekali tarikan, menggendong Mabel di punggung.

"Kyaaaa!" Mabel berteriak histeris. "Turun! Turunin aku!!!"

"Woi! Mau ke mana?" Bas segera menghadang Jono, tapi datang satu orang lagi yang bertugas menahan Bas. Kekuatannya bukan main-main. Bas tak bisa berkutik walaupun sudah berusaha keras memukul dan menendang.

"Bas! Bas!" Mabel berteriak-teriak. Kakinya menendang dan tangannya memukul. Namun Jono tak bergeming. Dengan santainya memikul Mabel untuk dibawa ke mobil.

"Mabel! Mabella!" Bas berteriak,

"Diam! Diaaam!" Ratna berteriak menggelegar. "Saya semakin yakin bahwa kamu bukan laki-laki yang pantas untuk Mabel. Saya akan buat kalian bercerai. Sementara Mabel tinggal bersama saya, kamu silakan pergi dari rumah ini!"

"Tinggal apanya?!" Bas membentak, sudah lupa sopan santun. "Mama menculik Mabel!"

"Terserah." Ratna mengibaskan tangan. "Ceraikan Mabel atau saya buka perjanjian pranikah kalian ke publik!"

Mendadak Bas terdiam. Tidak menduga bahwa Ratna mengetahui soal perjanjian itu.

Melihat ancamannya terkena sasaran, Ratna segera berbalik, masuk ke dalam mobil. Bas yang masih terdiam membuat bodyguard yang sedari tadi menahannya, melepaskan diri dari Bas dan mengikuti Ratna keluar.

Dua detik kemudian Bas sadar lagi bahwa Mabel baru saja diculik ibunya sendiri.

"Astaga. Mabel! Mabella!"

Bas berlari keluar. Tepat saat bodyguard yang tadi memeganginya masuk ke mobil pengawal Ratna. Bas berlari menuju mobil Mercedes hitam milik Ratna. Kacanya yang gelap membuat Bas tidak tahu di mana Mabel berada.

"Mabel! Mabel!" Bas mengetuk-ngetuk pintu kaca. Tak berhasil. Mobil itu malah dengan santainya mulai melaju. "Mabella! Mabel!"

Mobil melaju semakin kencang, Bas berlari sekuat tenaga tanpa alas kaki. Namun dia semakin tahu itu sia-sia. Bas jatuh terduduk di atas aspal.

"SIAAAAL!"

***

"Bas! Bas!" Mabel melihat saat Bas mengejarnya. Juga saat Bas mengetuk-ngetuk pintu mobil, berusaha membuka pintu dan mengajaknya turun. Tapi pintu mobil terkunci rapat, Mabel tak bisa kemana-mana.

Dari semua perlakuan ibunya, Mabel tak percaya dia diculik oleh ibunya sendiri, dipisahkan dari suaminya.

Mabel hanya bisa menangis saat mobil terus melaju di jalanan. Menuju rumah masa kecilnya, rumah yang terasa sesak dan pasti akan semakin mengekang setelah hari ini.

"Berhenti nangis! Buat apa kamu nangisin suami kurang ajar begitu!"

Malah Mabel menangis semakin kencang. Dia ingin membantah bahwa bukan Bas yang kurang ajar. Namun hatinya terlalu sakit.

"Astaga! Dia itu nggak baik buat kamu! Mama sekarang nggak peduli kamu punya anak atau nggak. Mama akan menjauhkan kamu dari dia! Arif!"

Arif yang sedari tadi duduk di kursi depan, menoleh. "Ya Bu?"

Ketika Ratna berada di dalam rumah Mabel, Arif berjaga di samping mobil. Betapa terkejutnya dia saat melihat Jono menggendong Mabel dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Semakin terkejut saat Bas mengejar, bertelanjang kaki dan berteriak-teriak. Arif tahu ada yang tak beres.

"Hubungi tim hukum kita. Perintahkan untuk urus perceraian Mabel dan Baskara." Perintah Ratna kepada Arif membuat Mabel makin terisak.

"Baik, Bu." Arif segera mengirimkan pesan kepada tim hukum, mengatakan bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukan. Namun selain itu, dengan jari-jarinya yang cepat, Arif juga mengirimkan pesan kepada Baskara,

Akan saya kabari ke mana Neng Mabel dibawa Ibu. Dua hari lagi Ibu akan kampanye ke dapil. Saat itu, bawa Neng Mabel pulang.

"Mereka bisa bertemu di kantor nanti sore, Bu," ujar Arif begitu pesan terkirim kepada Bas. Bersamaan dengan balasan dari tim hukum Ratna.

"Di rumah saja. Kalau perlu langsung siapkan dokumen dan bisa Mabel tanda tangani."

"Baik, Bu." Arif segera mengirimkan pesan lagi, meminta rapat di rumah Ratna. Namun di bawahnya Arif menambahkan sebuah pesan yang akan langsung terhapus begitu dibaca.

Datang saja untuk memenuhi permintaan Ibu. Tapi jangan sampai mereka bercerai.

"Sudah, Bu." Arif berkata namun katak-katanya terkalahkan oleh Mabel yang akhirnya bicara.

"Aku nggak mau cerai sama Bas!" Suara sengau Mabel mengambil alih.

"Kamu harus! Suami kurang ajar begitu! Berani membentak mertuanya sendiri."

"Bas punya alasan," Mabel terisak.

"Mama nggak peduli. Dia bawa pengaruh buruk buat kamu."

"Pokoknya aku nggak mau cerai!" Mabel memekik.

"Berhenti jadi anak kecil, Mabella!" Ratna malah membentak.

Mobil akhirnya sampai di kediaman Ratna. Ratna kembali memerintahkan Jono membawa Mabel. Meskipun Mabel melawan sekuat tenaga, Jono begitu kuat hingga Mabel dibawa paksa menuju kamarnya. Jono menjatuhkan Mabel di tempat tidur dan segea beranjak keluar.

Mabel berlari, berusaha keluar sebelum pintu kamarnya ditutup. Namun Mabel tak berhasil. Pintu kamarnya ditutup dan dikunci. Mabel disekap di kamarnya sendiri. Kamar masa kecil yang pernah membuatnya bahagia sekaligus kesepian. Sekarang semakin mencekam dan menekan.

Mabel pun merosot di pintu. Dengan sisa tenaganya, Mabel menggedor pintu, meminta agar ibunya membukakan pintu, memohon dengan suaranya yang serak dan semakin hilang, diiringi air mata yang masih juga tak berhenti.

***

Gilak sih bisa sampe segitunya!

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now