23 // Lady in Waiting

689 203 24
                                    

Ketika waktu istirahat siang telah tiba, betapa kagetnya Bas saat Resepsionis memberi tahu bahwa dia memiliki tamu. Klien tidak akan menemuinya di jam 12 siang dan hari ini Bas tidak punya jadwal rapat dengan siapa pun.

"Siapa?" Bas tidak langsung keluar ataupun menyuruh Resepsionis mengantarkan tamu itu.

"Aura, Pak."

Bas mengernyit. "Aura? Ada perlu apa katanya?"

"Ada hal penting yang perlu disampaikan. Tapi tidak disebutkan apa."

Bas berpikir. Dia tidak mungkin mengundang Aura ke meja kerjanya yang terbilang terbuka. Bas khawatir topik pembicaraan Aura akan membuatnya terlihat seperti suami yang tidak setia. Padahal baru pagi ini dia muncul sebagai suami siaga dari istri yang baru dinyatakan hamil.

"Antar ke ruang rapat aja. Jangan lupa buka tirainya." Bas memutuskan menemui Aura saja. Biar bagaimanapun anehnya Aura akhir-akhir ini, dia tetap teman Bas sejak dulu.

Bas tiba di ruang rapat setelah Aura berada di dalamnya. Sengaja, Bas tidak menutup pintu. Dia duduk agak jauh dari pintu tapi dekat jendela. Agar orang bisa melihatnya bicara di ruang terbuka meskipun hanya berdua, dengan niat Bas untuk menjaga jarak.

"Nggak gawe, Ra?"

"Izin bentar," jawab Aura. Seperti biasa, Aura terlihat percaya diri, tapi kali ini juga gusar.

"Ada apa?"

"Apa bener Mabel hamil?" Aura mendongak. Matanya sedih, bibirnya berkerut. Seakan berita Mabel yang sedang hamil adalah berita duka bagi dirinya.

Otomatis Bas tersenyum. "Iya. Tadi malam baru ketahuan. Mungkin besok ke dokter buat periksa."

Wajah Aura sekarang benar-benar terpuruk. Dia menutup wajah dengan tangannya. Pundaknya bergerak-gerak. Dia menangis?

"Kunaon ai maneh?" Bas mengetuk meja dengan jarinya. Dia tidak mau mendekati Aura, khawatir menjadi fitnah. Kenapa kamu?

"Ini artinya kamu benar-benar jadi milik Mabel?" Aura mengangkat wajah yang bersimbah air mata.

"Aku memang... milik Mabel sejak awal." Bas bingung dengan pertanyaan Aura.

"Kamu jahat, Bas. Padahal ada aku di sini tapi kamu malah menikah dengan perempuan lain!" Aura memukul meja.

"Woi," Bas berjengit, mundur.

"Aku mencintai kamu, Bas. Aku selalu mencintai kamu. Sejak kita SMP, aku sudah punya perasaan ke kamu. Tapi aku nggak pernah berani mengungkapkannya karena aku merasa saat itu aku nggak cantik. Sekarang aku sudah berusaha jadi perempuan cantik. Perempuan yang cocok jadi pasangan kamu. Ternyata kamu nggak pernah melirik aku. Malah pacaran sama cewek lain, tidur sama cewek lain, sekarang menikah dan punya anak dengan cewek lain!" Aura menangis sesenggukan. "Kamu tega. Aku yang jatuh cinta lebih lama ke kamu, Baskara."

Bas membuka mulut, siap menyampaikan pandangannya tentang Aura juga. Bahwa selama ini Aura hanya dianggap sebagai temannya.

"Please stop," ujar suara dingin di ambang pintu.

Aura dan Bas sama-sama menoleh dan terkejut melihat Mabel berdiri di pintu, melipat kedua tangan di dada dan menatap Aura dengan dingin.

"Bukan salah aku kalau Bas nggak membalas mencintai kamu. Nggak semua perasaan cinta harus berbalas dan jangka waktu pertemuan tidak berarti apapun. Kamu nggak berhasil mendapatkan Bas bukan berarti kamu nggak berharga. Artinya Bas bukan laki-laki yang paling tepat buat kamu." Mabel melangkah ke dalam. Entah kenapa Aura malah memundurkan kursinya.

"Bas sudah tahu kamu mencintai dia. Cukup. Tolong jangan terus mendorong dan memaksa Bas untuk memilih orang yang tidak mau dia pilih. Tolong juga jangan menganggap seakan aku pengganggu atau orang yang nggak pantas untuk Bas," Mabel terdengar sedikit sedih sekarang. "Bas akan jadi ayah, Ra. Aku sedang hamil. Aku berharap sepenuh hati bahwa kamu mau menghormati kami, dan juga diri kamu sendiri. Dengan tahu di mana posisi kamu dan apa peran kamu di hidup kami. Jadilah sahabat Bas, jadi tante anak kami nanti yang bisa dia banggakan karena punya tante yang cantik. Jangan... jangan memilih jadi perusak rumah tangga kami..."

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now