11 // Husband Take Over

961 228 20
                                    

Hari Sabtu datang lagi. Benar-benar tidak terasa bahwa sekarang Mabel sudah sebulan menjadi seorang istri. Kadang dia masih kaget dengan keberadaan seorang laki-laki yang tidur di sebelahnya.

Pagi ini Mabel bangun karena bunyi ponsel yang tidak berhenti-berhenti. Mabel menggerutu, bunyi itu mengganggu tidurnya. Biarpun tadi malam dia pulang cepat dan bisa dibilang tidur cukup lama, tapi Sabtu pagi selalu membuatnya juga bangun lebih siang.

"Siapa sih?" Mata setengah terpejam, Mabel meraba ponselnya.

"Nggak usah diangkat," Bas ikut berkomentar. Dia juga sepertinya terbangun karena bunyi yang berisik ini. Entah suaminya ini tidur berapa lama, karena saat Mabel tidur, Bas belum pulang. Mungkin malah Bas yang membutuhkan tidur lebih lama.

Tapi Mabel tak bisa melanjutkan tidurnya karena melihat siapa yang tega membuat kegaduhan pagi ini.

Evil Queen.

Mabel segera membuka matanya lebar-lebar. Duduk tegak di tempat tidur, Mabel pun mengangkat telepon.

"Iya, Ma."

"Udah hamil?"

Bukan selamat pagi. Bukan menanyakan kabar putrinya. Bukan bertanya apa aktivitasnya hari ini. Pertanyaan Mabel sudah hamil atau belum menjadi lebih penting.

"Belum," Mabel menutup wajahnya.

"Kapan?"

"Nggak tahu, Ma..." Mabel menjawab lirih. Di sebelahnya, Bas juga sudah terbangun, menyadari siapa menelepon dan membuat Mabel begini.

"Kok bisa? Waktu dulu, Mama nikah cuma dua minggu udah hamil kamu. Jangan-jangan kamu yang mandul, bukan Mama. Coba periksa ke rumah sakit."

Dada Mabel terasa sesak seketika saat mendengar ibunya sendiri yang membandingkan. Ibunya sendiri pula yang mengatakan bahwa dia mungkin mandul.

"Iya, Ma." Mabel hanya bisa mengucapkan itu.

"Kasih Mama hasil pemeriksaan kamu ke dokter. Supaya Mama nggak berharap sama pepesan kosong."

Begitulah. Ratna menutup teleponnya, bahkan tanpa sempat mengucapkan salam.

Mabel setengah menjatuhkan ponsel ke pangkuannya. Tatapannya lurus ke depan, sudut matanya terasa berat.

Bas merangkul paha Mabel. "Jangan terlalu dipikirkan. Sini tidur lagi." Bas tak perlu berpura-pura tak mendengarkan pembicaraan tadi.

"Nggak bisa, Bas." Mabel menggeleng. "It's all in my head now."

"Okay." Bas mengelus paha Mabel. "Ayo kita ke rumah sakit pagi ini juga. Buktiin sama Mama kamu bahwa kamu nggak mandul. Siapa tahu juga sebenarnya kamu sudah hamil kan?"

Mabel hanya melirik Bas yang masih berbaring.

"Dan setelah itu ikut aku mancing."

"Mancing?" Mabel belum pernah pergi memancing sebelumnya.

"Iya." Bas menggeliat, lalu duduk di sebelah Mabel. "Waktu lebih sehat, Papa suka mancing sampai ke laut. Sekarang karena nggak memungkinkan, kita mau ke kolam pemancingan. Kamu bisa ikut mancing atau tunggu sama Mama. Gimana?"

"Well..." Mabel diam.

"Atau kamu punya agenda lain? Kamu biasanya ngapain sih kalau weekend?"

Selama sebulan menikah, mereka hampir selalu menjalani agenda bersama-sama. Belum pernah juga membahas aktivitas akhir pekan biasanya saat belum menikah.

"Mabel, ayo bangun. Sudah pagi lho!"

Pintu kamar Mabel terbuka, ayahnya melongok ke dalam kamar. Putri kecilnya masih terlelap di balik selimut.

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now