15 // Attention

839 204 16
                                    

Sebetulnya Bas masih ingin tidur. Hari ini dia bisa datang lebih siang ke kantor karena proyek besarnya sudah resmi diluncurkan. Untuk beberapa hari, dia diizinkan 'bernapas' sebelum kembali berlari untuk memastikan produk ini sukses di lapangan.

Tapi rencana Bas untuk bangun siang terpaksa harus batal. Sayup-sayup terdengar suara musik dan gerakan heboh seseorang membuka lemari, berjalan, lemari lagi, laci.

Seseorang itu siapa lagi kalau bukan Mabella Anastasia.

Bas menggeliat, membuka matanya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya melihat Mabel. Sudah rapi dan berdandan, berdiri di depan laptop.

"Kamu mau ke maa-hoaaahm-na?" Bas bertanya masih dengan suara serak.

"Ke Karawang. Aku sudah bilang kan?" Mabel hanya sekilas menatap Bas, dia mengetikkan sesuatu lalu menutup laptop.

"Oh itu hari ini ya," Bas mengerjapkan mata, duduk di kasur.

"Iya." Mabel mengambil tas tangan dan tas laptop, lalu menghampiri Bas. "Kemungkinan pulangnya malam, karena sekaligus cek furnitur."

Bas hanya mengangguk.

"See you tonight," Mabel melambai, berbalik, tapi Bas sigap memegang tangannya, membuat Mabel berputar lagi.

"Nggak ada cium dulu? Kayak suami istri beneran?"

Mabel tersenyum, menundukkan kepala lalu mencium pipi Bas.

"Hati-hati di jalan," Bas berpesan.

***

Sesuai rencananya, pukul sembilan pagi Bas baru turun dari kamar untuk berangkat ke kantor. Setelah mandi dan mempersiapkan barang bawaan, Bas menuju dapur, meminta sarapan.

Di dapur, Bas mendapati kedua pembantunya sedang berbisik-bisik. Wajahnya khawatir. Begitu menyadari kehadiran Bas, Mbak Teti menyenggol pundak Mbak Ijah, seakan menyuruhnya menghadap Bas.

"Ada apa, Mbak-mbak?" Bas menyapa ramah, duduk di salah satu kursi meja makan.

"Anu, Mas Bas. Neng Mabel tadi berangkat, lupa nggak sarapan." Mengiringi kata-kata Mbak Ijah, Mbak Teti membuka tudung saji. Di sana masih ada menu sarapan yang biasa dimakan Mabel.

"Nggak bekel?" Bas memeriksa makanan itu, sepertinya masih utuh.

Keduanya menggeleng.

"Tadi saya minta Neng Mabel tunggu, buat dimakan di jalan, tapi katanya takut kesiangan. Soalnya mobil kantor udah di depan."

Bas mengetuk dagu dengan jari. "Mungkin Mabel sudah sarapan dengan teman-temannya, Mbak." Bas berusaha menenangkan tapi sekarang dia pun mengambil ponsel dan menelepon sang istri.

"Ya Bas?"

"Sudah sampai Karawang?"

"Udah. Aku lagi di kantor klien. Ada apa?" Mabel terdengar berbisik dan tidak sabar.

"Kamu udah sarapan?"

"Sarapan?" Hening. Dua detik Mabel terdiam. "Belum ternyata. Tapi itu gampang, Bas."

"Share loc sekarang." Bas memberi isyarat agar para pembantu memasukan makanan ke kotak makan.

"Hah?" Mabel tak mengerti.

"Share loc tempat kamu berada sekarang. Aku tunggu." Bas mengulangi, lebih tegas.

Meskipun bingung, akhirnya Mabel mengiyakan. Lalu telepon pun ditutup.

"Masukin cukup porsi buat sarapan dan makan siang, buat Mabel dan saya." Instruksi Bas membuat kedua pembantunya segera bekerja. Sementara menunggu, Bas memberi informasi pada atasannya bahwa hari ini dia berhalangan masuk kerja.

Lovygdala (END - WATTPAD)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum