7 // Terrible In-Laws

967 235 33
                                    

Satu hari tersisa sebelum mereka mulai bekerja secara penuh dan menyelesaikan masa bulan madu. Satu lagi yang harus ditemui pasangan pengantin baru ini. Ibu kandung Mabel.

Pagi ini Mabel tidak terbangun dalam pelukan Bas. Laki-laki yang menjadi suaminya itu sekarang masih tidur dalam posisi terlentang dengan kedua tangan terangkat ke atas. Mulutnya agak terbuka tapi tidak membuat ketampanannya berkurang. Perlu dicatat, tanpa mereka menikah pun Mabel sudah mengakui bahwa Bas memang good looking.

Mabel meraba nakas di sisi tempat tidurnya, melihat sekarang sudah pukul tujuh. Biarpun lokasi rumahnya dengan rumah ibunya bisa ditempuh dalam waktu setengah jam, dan janji temu mereka di pukul sepuluh, Mabel harus tiba di sana paling lambat pukul 09.30. Ditambah lagi dengan waktu persiapannya agar bisa tampil sempurna, Mabel membutuhkan waktu paling singkat satu jam. Berarti dia masih punya waktu untuk tidur dan yang lebih utama adalah mengumpulkan nyali. Pertemuan terakhir yang mereka benar-benar bisa mengobrol adalah sebulan lalu, saat Ratna memaksa Mabel untuk segera menikah. Sekarang setelah dia menikah, Bas juga akan ikut menemui Ratna, entah bagaimana reaksi Ratna. Apakah masih belum bisa mempercayai hingga Mabel benar-benar hamil? Kepalanya mendadak pening. Akhirnya Mabel menambah alarm yang menyala di pukul delapan. Semoga kedatangannya tak terlambat.

"Mabel, jadi berangkat ketemu Mama Ratna nggak?"

Pelan, Bas membangunkan Mabel sembari berbisik dan menggoyangkan lengannya.

"Jadi," Mabel menjawab, masih setengah tertidur. "Jam berapa sekarang?"

"Delapan lewat seperempat."

Mabel membuka mata tiba-tiba. "Beneran?" Dia segera meraih ponsel. Bas benar. Dia harus segera bersiap.

Ketika Mabel bergegas ke kamar mandi, dia baru menyadari bahwa Baskara, suaminya yang tadi masih tidur dengan mulut terbuka, sudah rapi jali.

"Aku mandi dulu." Mabel segera memalingkan muka, hampir berlari ke kamar mandi.

"Aku siapkan sarapan sama Mbak-mbak dan manasin mobil ya!" Bas berteriak karena Mabel sudah menghilang.

Setengah jam kemudian Mabel sudah siap untuk berangkat. Mereka berkendara menggunakan mobil Bas, meluncur keluar dengan mulus setelah pembantu membukakan pagar.

"Nah, gampang kan keluarnya," Bas bersiul, mengomentari terkait perdebatan mereka soal parkir maju atau mundur.

"Iya, iya," Mabel sedang malas berargumentasi, dia mengiyakan saja. Pasalnya, sekarang yang lebih dipikirkan Mabel adalah sikap ibunya. Apa saja yang akan dikatakan oleh Evil Queen kepada Bas?

Ketika mobil Bas sampai di kediaman Ratna, mereka disambut oleh Jajang yang menunggu di pintu.

"Selamat datang, Neng," sapa Jajang ramah.

Mabel hanya mengangguk, tapi Bas menyalami dan menepuk pundaknya bagaikan sahabat akrab.

"Sehat, Jang?"

"Sehat, Kang. Seger nih?"

"Wih, iya lah, bahagia," Bas nyengir, melirik Mabel dan mengangkat alis.

Mabel memutar bola matanya sesamar mungkin. Dia masih heran dengan sikap santai Bas, padahal dia tahu bagaimana sikap ibunya berdasarkan cerita Mabel.

"Ibu sudah tunggu di belakang," Jajang mempersilakan.

Dipandu oleh Jajang, Mabel memasuki rumahnya sendiri. Di ambang pintu menuju halaman belakang, Mabel melihat Arif, ajudan ibunya.

"Silakan, Neng." Arif menyapa, menggeser pintu sehingga Mabel dan Bas bisa masuk.

Di halaman belakang hanya ada ibunya. Sedang membaca kertas-kertas sambil menelepon. Entah apa isi dokumen itu, Mabel tak mau mengetahuinya. Mabel pun hanya berdiri sampai ibunya selesai bertelepon. Bas melihat Mabel gugup, maka dia pun meraih tangan Mabel dan menautkan jarinya.

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now