Bagian 44(2). 'Efek Kabut Api'

20 2 0
                                    

"Faramond Vatillian dan penyihir muda Laguna" ucapnya Esthella, "Mendengarnya saja sudah memuakkan" balas Ayrece.

Bersamaan dengan kalimat terakhir yang Ayrece ucapkan, butiran-butiran hujan yang jatuh disekelilingnya berhenti.

Esthella menoleh menatap Ayrece yang dikelilingi butiran hujan yang mengeras itu, ia sama sekali tidak ingin menahan Ayrece saat ini.

Butiran hujan yang mengeras itu bergerak maju secara perlahan, permukaannya yang tadinya bulat rata melancip seperti terasah oleh angin.

Ayrece mengangkat tangan kanannya rendah, karena melihat Ayrece yang mengangkat tangannya, kedua orang didepan sana terlihat seperti waspada, mereka menghentikan langkahnya.

Namun terlambat untuk membaca situasinya, karena satu lambaian tangan Ayrece membuat ribuan duri-duri es itu melesat cepat kearah mereka.

"Ishh !" Esthella mendengus keras saat Faramond dan Laguna dapat menahan serangan tiba-tiba dari Ayrece itu.

"Mereka menjadi penyihir Istana bukan tanpa alasan," ucap Ayrece mengakui kehebatan keduanya.

Esthella memegang gagang pedangnya, siap mengeluarkannya saat mereka kembali melangkah maju, kali ini dengan sihir hitam yang mengelilingi tubuh mereka.

"Ella, jangan keluarkan pedangmu dulu, itu bisa memprovokasi mereka, aku sudah berjanji pada Ayah untuk menghindari pertempuran," ucap Ayrece.

Langkah tersebut sangat benar, karena meskipun pertempuran mereka tidak akan memakan korban, jika benar-benar terjadi pertempuran singkat itu bisa memperburuk konflik.

"Lebih dari lima," ucap Ayrece, Esthella menoleh kebingungan, "Ada lebih dari lima butir yang mengenai masing-masing dari mereka," ucap Ayrece.

"Setidaknya itu akan membuat mereka meriang selama satu minggu," tambahnya. "Saya cukup puas mendengarnya," Esthella terkekeh.

"Selanjutnya serahkan saja pada Saya" tambah Esthella, ia melangkah maju dan berdiri didepan Ayrece.

Ia menaruh tangannya di gagang pedangnya tanpa mengeluarkannya.

"Lady !"

Faramond memanggil Ayrece setengah berteriak, Ayrece melongok dari balik badan Esthella, sekarang ia bisa melihat dengan jelas Faramond dan Laguna.

Mereka berhenti cukup dekat dengan Ayrece dan Esthella, bahkan Ayrece dapat melihat pipi Faramond yang tergores.

"Anda tahu ini akan membuat perang pecah," ucap Faramond, Ayerece menatap kedua orang itu bergantian.

"Apa sih yang dia katakan ?" ucap Ayrece, ia melangkah maju beridiri di samping Esthella. 

"Bukankah kalian yang memulainya ?" Ayrece berucap lagi, rasanya ia ingin tertawa mendengar apa yang baru saja Faramond ucapkan.

"Tuan muda Faramond, Saya tidak bisa merasakan energi batu sihir dari tambang," ucap Laguna setengah berbisik.

"Tambangnya dipenuhi sihir elemen dan sesuatu yang sangat kontras dengan sihir hitam," tambah Laguna, Faramond mendesis, jika ini dibiarkan perang yang sebenarnya akan benar-benar terjadi.

Ayrece yang kini berdiri di sebelah Esthella mengernyit menatap keduanya, "Apa mereka tidak berniat menyerang ?" Ayrece menatap Esthella yang masih berada di posisi waspadanya.

"Mereka akan menyerang," ucap Esthella membuat Ayrece segara menatap kedepan.

Benar saja, baik Faramond dan Laguna, saat ini sedang mengeluarkan sihir mereka, siap untuk menyerang.

Kedua mata Ayrece terfokus pada cahaya berpendar yang keluar dari kedua tangan anggota penyihir Istana itu.

Sepertinya keduanya jauh lebih kuat dari perkiraan Ayrece, pada jarak yang cukup jauh inipun aura sihir hitam keduanya dapat Ayrece rasakan dengan sangat jelas.

Eternal WinterWhere stories live. Discover now