Bagian 26. 'Dua Pangeran Muda Brechordon dan Pangeran Negeri Timur'

69 9 2
                                    

Ayden tahu hari itu adalah hari ulangtahun Ayahnya, namun ia sama sekali tidak memperkirakan akan sebanyak ini orang yang datang ke mansion Taranesse untuk mengantar hadiah. 

Sampai-sampai Ayden bertanya-tanya sedari pagi darimana orang sebanyak itu datang tanpa henti. 

Ia sangat terganggu dengan kebisingan itu tentu saja, jika tadi Althare tidak memanggilnya mungkin ia sudah pergi ke luar.

Dan disinilah Ayden sekarang, mengawasi saudari kembarnya yang tengah berdiri di depan cermin, wajahnya terlihat ragu. 

"Rasanya ini tidak benar" ucapnya seraya memperhatikan dirinya di cermin. 

"Itu terlihat bagus untukmu, percayalah itu sangat cocok untuk musim saat ini" ucap Ayden seraya melahap apel hijaunya.

Ayrece menoleh menatap Caryn yang terlihat puas dengan hasil dandanannya terhadap nona nya itu. 

Meskipun ini akan menjadi pengalaman pertama Ayrece pergi ke pesta teh ia tidak terlihat gugup sama sekali, apalagi pesta teh yang akan didatanginya adalah pesta teh Ibu Suri.

"Bukankah kau terlewat santai, padahal akan bertemu Ibu Suri ?" ucap Ayden seraya menghampiri Ayrece yang masih berada di depan cermin. 

Ayrece melirik Ayden sekilas saat ia menarik kursi dan duduk disamping Ayrece yang berdiri. 

"Adakah hal tertentu yang harus membuatku gugup atau takut ?" tanya Ayrece masih melihat dirinya di cermin tampak ragu.

"Di Istana kan ada penyihir pelangi" ucap Ayden seraya memainkan beberapa aksesoris yang terletak di sebelah cermin. 

"Kau bicara apa sih" terkadang lelucon Ayden sangat aneh sampai membuat Ayrece risih. 

"Aku serius tahu" Ayden membela diri. 

"Iya iya, nanti akan kubekukan dan akan kubawa padamu pelangi beku itu" ucap Ayrece yang tidak ingin melanjutkan debat lelucon Ayden.

Untuk terakhir kalinya Ayrece memeriksa ekspresi Ayden untuk memastikan sebelum akhirnya ia keluar dari kamarnya, bersiap untuk berangkat ke Istana.


"Buatlah kekacauan sebesar yang kau bisa, aku mendukungmu" ucap Ayden lirih dari balkon memandang kereta kuda Ayrece yang mulai berjalan keluar gerbang mansion. 

"Tuan muda juga akan membuat kekacauan kan ?"

Ayden menoleh, ia mendapati Esthella yang berdiri tegap diambang pintu balkon, tersenyum.

 "Entah kenapa saya merasa Anda sudah merencanakan sesuatu" sambungnya dengan tatapan curiga yang dibuat-buat. 

Menurut Ayden orang itu sama-sama merepotkannya seperti Theodore, mereka selalu tau apa yang ada dikepala Ayden, ia ingin sekali menghindari kedua bersaudara itu jika saja energi keduanya bisa Ayden rasakan.

Namun diluar itu, karena keduanya sudah seperti orangtua asuh bagi Ayden jadi ia tidak terlalu membencinya, hanya saja ia sedikit merasa tidak nyaman, maksudnya siapapun akan merasa tidak nyaman jika berhadapan dengan orang yang mengerti isi kepala mereka kan.

"Jangan bilang aku akan pergi denganmu ?" tanya Ayden memastikan, Ayahnya memberinya sesuatu untuk dilakukan hari ini.

 "Karena Theo dan Sir Geovanni sedang mengurus beberapa pekerjaan jadi Anda akan pergi bersama saya" Esthella tersenyum.

"Meskipun tidak nyaman Anda harus menahannya karena ini perintah Tuan Grand Duke" ucap Esthella sedikit melangkah maju.

"Terserahlah" Ayden tak mau lagi mendebat.

Eternal WinterWhere stories live. Discover now