Bagian 25. 'Yang Ketiga dan Rival Lama'

63 7 0
                                    

"Saya akan menjaga rahasia Anda jika Anda mau menyampaikan pesan Saya ke Tuan Muda Ayden" dengan sangat percaya diri dan mantap Morgan mengucapkan kalimat yang membuat Ayrece menaikkan alisnya.

Kilatan ingatan muncul di otak Ayrece, rasanya seperti sedang mendengarkan suara Madam Shirley yang menjelaskan tentang Putri Marquess itu.

Morgan Ruzellaim adalah anak ketiga dari Marquess Gaston Ruzellaim, ia adalah satu-satunya Putri Marquess dari ketiga anaknya, umurnya berbeda sangat jauh dengan kedua kakak laki-lakinya. 

Karena memiliki dua kakak laki-laki yang sudah banyak menunjukkan prestasi Morgan menjadi Lady yang sangat ambisius, karena itulah ia memutuskan untuk bergabung ke akademi.

Ia satu angkatan dengan Ayden yang dua tahun lebih muda darinya, kabarnya saat di akademi Morgan sering sekali berusaha untuk berinteraksi dengan Ayden, sampai banyak sekali Lady yang membencinya karena hal tersebut.

Itu semua yang Ayrece ingat, membuatnya merasa lebih antusias.

"Pesan ? Pesan seperti apa ?" tanya Ayrece.

"Itu, tolong sampaikan pesan Saya untuk mengajak duel satu lawan satu" ucap Morgan membuat Ayrece mengernyit.

"Duel ? Anda dan Ayden ? Apa Anda serius, Lady ?" tanya Ayrece tidak yakin. 

Namun setelah melihat anggukan yakin Morgan, ia tidak bisa lagi merasa ragu. 

Ayrece sempat mengira Morgan ingin dia menyampaikan surat cinta atau semacamnya, tapi yang baru ia dengar sangat mengejutkannya.

Namun setidaknya karena hal tersebut Ayrece jadi mengerti kenapa dulu Morgan mengejar-ngejar Ayden.

'Jadi dulu ia mengajak Ayden untul berduel terus ?' batin Ayrece berpikir bahwa Lady dihadapannya itu sangat ambisius.

"Duel ya" gumam Ayrece, sebenarnya ia cukup meragukan kemampuan Lady yang dua tahun lebih tua darinya itu, bukan karena ia adalah seorang Lady. 

Namun karena orang yang akan ia ajak duel adalah Ayden, sejauh ini hanya sedikit orang yang Ayrece perkirakan dapat menyaingi atau paling tidak seimbang dengan Ayden. 

"Apakah itu dengan pedang ?" tanya Ayrece memastikan, setidaknya akan lebih bagus jika tidak berpedang.

Walaupun senjata apapun jika sudah berada ditangan Ayden akan menjadi alat eksekusi untuk lawan, pedang dapat membuatnya berkali-kali lebih menakutkan.

"Ya, mungkin Anda sedikit meragukannya karena saya seorang Lady, tapi saya mengikuti pelatihan yang sama dengan Kesatria muda lain dan saya cukup mahir" ucap Morgan dengan percaya diri. 

Ayrece tersenyum kearah Morgan 'Cukup mahir saja tidak cukup tahu' batin Ayrece.

"Dengan berat hati saya menolak, Lady" ucap Ayrece yang kemudian mendengar dengusan Morgan. 

"Jadi Anda tidak apa-apa jika saya mengatakan masalah tadi ke orang-orang ?" Morgan berusaha memojokkan Ayrece, keinginannya untuk berduel dengan Ayden cukup besar rupanya.

Ayrece mengangguk santai membuat wajah putus asa Morgan semakin terlihat "Bagaimana bisa Anda bilang tidak apa-apa ?, Lady bisa dihukum berat" ucapnya.

Ayrece menatap Morgan dengan santai "Pertama dari awal Saya sudah mempertimbangkan apa yang akan saya lakukan, kedua saya agak ragu bagaimana Lady akan membuktikan kalau itu adalah ulah saya, Lady akan melaporkan hal itu karena Anda bisa melihat energi elemen Saya ?" ucap Ayrece masih dengan senyumnya, Morgan menatapnya sedikit bingung.

"Anda kan menyembunyikan fakta bahwa Anda memiliki mata pengamat" lanjut Ayrece, sebenarnya itu hanya perkiraan Ayrece saja karena jika memang keluarga Marquess tahu maka berita itu pasti sudah ramai, mengingat sifat Marquess Gaston yang sangat suka pamer.

Eternal WinterOù les histoires vivent. Découvrez maintenant