Bagian 42. 'Ucapkan Mantranya'

24 3 0
                                    

Ini adalah hari kedua setelah ia menerima kalung milik Caryn, Theodore telah mengkonfirmasi kematian Caryn lewat penglihatannya.

Ayrece sangat marah saat itu, ia terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak ada untuk Caryn disaat ia membutuhkannya, ia juga marah karena ia terlalu mempercayai Georgia.

Theodore adalah orang yang berhasil menguatkan Ayrece, untuk tidak terlalu berlarut dalam rasa bersalah dan kesedihannya.

Tentu, itu juga karena Ayrece sadar bahwa Theodore adalah orang yang paling merasa kehilangan lebih dari siapapun di Dantevale.

Tetapi ia tidak terlihat gentar sama sekali, padahal di hari Theodore melihat kalung yang dibawa Ayrece, ia terlihat begitu marah sampai energinya menguar tak terkendali.

Di hari selanjutnya, ia sudah terlihat baik-baik saja, seolah ia sudah bisa menerima kematian Caryn.

Dengan tenang Theodore berkata pada Ayrece yang seharian mengurung diri di kamarnya "Saya tidak ingin membuat kematiannya menjadi sia-sia," ucap Theodore saat itu.

Setelah melewati kesedihan yang membuat Ayrece terpuruk untuk waktu yang lama itu, akhirnya Theodore dapat meyakinkan Ayrece dan membuatnya bangkit kembali.

Karena bagaimanapun juga, perang yang sebenarnya belum dimulai. 

Dengan kejadian itu, Ayrece bertekad untuk menjadi lebih kuat sehingga dapat membalaskan kematian Caryn.

Oleh karena itu, saat ini Ayrece tengah berdiri di hadapan Ayahnya yang sedang menyambut kedatangan Esthella beserta para petinggi kesatria wanita Tortarent.

Yang kabarnya akan disusul oleh Countess mereka, Letticia Tortarent setelah selesai mengurus urusan wilayah.

"Tidak, kau tidak akan pergi kemanapun. Kau hanya sedang dibutakan amarah saat ini," ucap Althare melarang Ayrece yang berencana pergi melawan musuh.

Ayden dan Thistle yang juga berada di sana menatap Ayrece yang masih terlihat ingin memperjuangkan pendapatnya.

Semenjak berada di Dantevale, Ayden terus mengajak Thistle kemanapun ia pergi.

Ia mengatakan karena Thistle tidak begitu dekat dengan Putri Earlene dan Ceruleon selalu menemani sang Putri. Thistle mungkin akan kesepian, jadi ia berniat menemani Thistle selama ia berada di Duchy.

"Apa kita akan terus diam, Ayah ? Saya tidak ingin mereka merasa menang karena telah membunuh orang yang berada di pihak kita," Ayrece bersikeras.

"Bertindak dengan gegabah hanya akan memperkeruh suasana, Richie. Lagipula apa kau memiliki rencana ?" tanya Althare yang kemudian membuat Ayrece tidak bisa berkata apa-apa.

Ayrece melirik Ayden yang duduk disebelah Althare, ia menatap Ayden meminta dukungan darinya. Karena bagaimanapun juga Ayrece yakin Ayden pun ingin melakukan sesuatu saat ini.

"Ayah benar, Richie, saat ini tidak memungkinkan untuk mulai menyerang. Kita belum tahu sekuat apa mereka, jadi yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu sembari mengumpulkan lebih banyak kekuatan, lalu kita bisa membalas mereka nanti" ucap Ayden membuat Ayrece merengut kecewa.

Ayrece menghela napas, ditatapnya orang-orang yang berada disana termasuk Esthella, Thistle, dan tiga orang dari ksatria wanita Tortarent yang tidak pernah Ayrece temui sebelumnya.

Sepertinya ia memang harus menyerah, tidak mungkin ada orang yang setuju dengannya, lagipula ia pun menyadari kalau menyerang sekarang adalah tindakan yang ceroboh, meskipun ia tidak bisa diam saja.

"Umm maaf,"

Ayrece hampir saja meninggalkan ruangan itu jika saja suara itu tidak menghentikannya, ia mendongak menatap Thistle yang baru saja berucap seraya mengangkat rendah tangannya.

Eternal WinterWhere stories live. Discover now