Bagian 18. 'Eternitas dan Energi Sihir Tak Terbatas'

78 6 0
                                    

Ayden memacu kudanya tanpa henti kearah Timur, lebih cepat ia mendapat bantuan dari Althare lebih cepat orang-orang yang terluka diobati. 

Tidak membutuhkan waktu lama untuknya menemukan Althare dan Theodore yang tengah berdiri dihadapan dua tubuh Ogre yang sudah tergeletak berdarah-darah. 

"Tuan muda ?" Theodore berseru saat menyadari Ayden melaju mendekati mereka, Althare yang mendengarnya menoleh. 

"Dimana Richie dan Sir Ravin ?" tanya Althare seraya menendang kepala Ogre yang terputus karena menghalangi jalannya. 

Ayden menatap dua Ogre itu, tinggi mereka kira-kira sepuluh meter dengan kulit hijau yang tebal mereka juga membawa sebuah pentungan besar yang terbuat dari kayu berduri.

"Ada summoner di lingkaran sihirnya, Basilisk muncul" ucap Ayden seraya turun dari kudanya, hamparan salju dihadapannya berubah jadi ungu karena darah Ogre itu. 

"Basilisk ?" tanya Theodore terkejut. 

"Ya, Sir Ravin berhasil membunuhnya tapi keadaannya sangat parah, lalu aku dan Richie tidak dapat menghancurkan batu sihirnya karena kami kekurangan energi" ucap Ayden menjelaskan. 

"Aku mengerti" Althare mengelap pedangnya yang dilumuri darah Ogre dengan kain. 

"Tangan Anda terluka, Tuan muda" ucap Theodore sebelum kemudian mengambil kain perban dari tas di pelana kudanya dan membalut luka di kedua telapak tangan Ayden.

"Bagaimana dengan Richie, apa dia terluka ?" tanya Althare setelah menyarungkan pedangnya "Tidak, tapi ia terlihat sangat terkejut karena kemunculan Basilisk, dan apa yang terjadi disini ?" tanya Ayden. 

"Ada lingkaran sihir juga di titik ini, tidak terlalu besar dan hanya ada pola summoner jadi hanya muncul dua Ogre bodoh ini" ucap Althare menarik kudanya mendekat. 

Ayden menggangguk, lalu menggerakkan kedua tangannya memastikan ikatan perbannya tidak terlalu kencang saat kemudian suara ledakan yang sangat besar terdengar. 

Bersamaan dengan itu Ayden merasa seperti ada sesuatu yang menghantam tubuhnya membuatnya terjatuh ke hamparan salju.

"Tuan muda !" Theodore yang kaget segera bersimpuh di depan Ayden diikuti Althare "Kau baik-baik saja ?" tanya Althare. 

"Bukan aku, itu" Ayden mengatur napasnya "Ledakannya, Richie dalam bahaya" ucap Ayden segera bangkit dan melompat ke kudanya hendak menghampiri Ayrece. 

"Pergi ke benteng dan panggil bantuan, Theo kita juga membutuhkan beberapa healer" ucap Althare seaya bergegas melompat kearah kudanya lalu melaju menyusul Ayden. 

Theodore juga ikut menaiki kudanya dan melaju menuju Selatan ke benteng ketiga untuk memanggil bantuan.

Althare memacu kudanya lebih cepat lagi, Ayden berada beberapa meter didepannya memacu Storm gila-gilaan. 

"Dasar anak itu" ucap Althare yang kemudian meneriaki Ayden "Tetap lihat kedepan !" dan menggunakan sihir teleportasinya untuk memindahkan dirinya dan Ayden serta kuda mereka. 

Segera setelah Ayden mendengar teriakan Ayahnya, cahaya muncul mengelilinya dan Storm sesaat kemudian Storm seperti kehilangan jejakan kaki dan mereka sudah berpindah lebih dekat dengan posisi Ayrece dan Ravin. 

Ayden memperlambat laju kudanya, belum sempat kudanya berhenti ia melompat turun membuatnya hampir saja jatuh.

Ayden berlari tunggang langgang saat mendapati Ayrece tergeletak dengan Ravin yang bersimpuh disampingnya, batu-batu sihir yang tadi melayang diatas lingkaran sihir kini sudah menjadi serpihan berserakan diatas hamparan salju menyisakan satu batu ruby raksasa. 

Eternal WinterWhere stories live. Discover now