Bagian 7 (2). 'Benteng Ketiga Dantevale'

96 10 0
                                    

Sementara itu di ruang kerja Grand Duke, Theodore yang baru saja memasuki ruangan dan hendak melapor pada Althare mendapati sang Grand Duke tengah melakukan percakapan dengan Stephan. 

Theodore berdiri di sisi kanan pintu menunggu sampai tidak begitu lama ketiga pria itu mendengar bunyi kepingan kaca pecah entah dari mana. 

Althare menghentikan percakapannya, menatap Theodore dan Stephan bergantian lalu tertawa kecil "Kukira anak itu sudah menyerah, Stephan lanjutkan semua pekerjaanku, dan Theo kau ikut aku" titah Althare seraya bangkit dari duduknya dan segera menuju bangunan perpustakaan.

Sampai di perpustakaan, tepatnya di lantai dasar Althare berdiri di tengah ruang besar yang dipenuhi buku itu, ia melambaikan tangan mengisyaratkan Theodore untuk lebih mendekat padanya. 

Theodore sedikit ragu karena ia tau akan pergi kemana, sebelum ini hanya keturunan Dantevale dan Georgia yang boleh memasuki tempat itu namun melihat tatapan mata Althare yang meyakinkannya membuatnya segera melangkah maju.

Segera setelah ia berdiri tepat dibelakang Althare mereka seperti dikelilingi oleh cahaya biru yang berasal dari lantai lalu sekian detik setelahnya, Theodore merasa mereka kehilangan pijakan dan terjatuh begitu saja. 

Theodore masih belum sempat memikirkan apa yang terjadi saat tiba-tiba pijakannya kembali dan ia sudah berada di sebuah lorong gelap.

Theodore melihat sekelilingnya dan mendapati Althare sudah berjalan mendahuluinya menuju ujung lorong dimana terdapat sebuah cahaya, dengan segera Theodore menyusul. 

Sampai di ruangan tempat dimana Valjakutse disimpan, Althare menoleh menatap Georgia yang terlihat sangat bersemangat, dan pandangannya beralih pada seorang gadis dengan rambut panjang terurai berwarna perak yang menyala. 

Gadis itu menatap Althare dengan dagu terangkat, meskipun dari jarak yang lumayan jauh Althare dapat melihat ekspresi wajah yang seolah sedang pamer itu. 

Dibelakang gadis itu terdapat sesuatu yang sebelumnya tidak ada di ruang bawah itu, sesuatu yang membuat gadis tersebut menunjukkan ekspresi wajah pamernya.

Duke terkekeh sebelum kemudian berbalik melangkah kearah lorong gelap lagi. Awalnya ia ingin mengucapkan selamat kepada Ayrece namun karena sepertinya Ayrece sudah sangat bangga kepada dirinya sendiri, ia mengurungkan niatnya.

Ditengah-tengah langkahnya ia menoleh menatap Georgia "Bersiap pergi ke benteng ketiga malam ini". 

Althare mengucapkannya dengan keras terdengar sengaja agar Ayrece yang masih berdiri di sisi Valjakutse mendengar. 

Ayrece melihat punggung Althare yang mulai melangkah pergi meninggalkan ruangan itu diikuti Theodore, jantungnya berdetak kencang merasa antusias sekaligus gugup.

Malamnya saat perjalanan ke benteng ke tiga, di kereta kudanya Ayrece terus-menerus menghela napas panjang. 

Ia menatap sang Grand Duke yang duduk dihadapannya lalu menghela napas lagi, Althare yang sedari tadi melipat tangannya di depan dada menatap Ayrece.

"Kau bisa membuat kereta kudanya membeku" mendengar ucapan Althare, Ayrece menatap sekitarnya dan baru menyadari ia membuat bagian dalam kereta kuda itu berkabut dan dingin lalu menatap Althare lagi, membatin kenapa Althare baru memberitahunya. 

Sebenarnya sejak berangkat tadi Ayrece sedikit merasa kecewa karena bukan Georgia yang pergi bersamanya ke benteng.

Padahal Georgia pernah bilang Grand Duke Althare hanya akan pergi ke benteng jika situasinya benar-benar genting, 

Ayrece hendak membuka mulut ingin menanyakan kenapa bukan Georgia yang ikut ke benteng dan malah dia "Nyonya Martinez mengurus semua pekerjaannya yang tertinggal karena mendampingimu melakukan pemanggilan" ucap Althare mendahului.

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang